5-MANTAN-

195 24 33
                                    

Pagi ini Boruto menjemputnya. Sekarang Sarada sedang terkaget saat berhadapan langsung dengan laki-laki itu yang sudah bersandar pada motor besarnya.

"Kok Kakak jemput?" Sebelumnya laki-laki ini tidak memberikan kabar dahulu kepada Sarada.

Boruto hanya tersenyum dan langsung memberikan helm pada Sarada. Sarada menerima helm itu.

"Kasian Mama lo kalo uangnya terus dipakai bayar angkot, mending ditabung aja." Boruto sedikit membantu Sarada untuk naik pada jog motornya.

"Makasih." Sarada tersenyum.

"Udah sarapan?" Boruto memecah keheningan.

"Hah?" Sarada tidak terlalu mendengarnya.

"Udah sarapan tadi?" Boruto sedikit lebih mengeraskan suaranya.

"Belum," Sarada memang belum sarapan.

Boruto hanya mengangguk dan terus melajukan motornya.

"Kok ke sini?" Sarada langsung turun dari motor. Bingung saat Boruto malah lewat jalan menuju belakang sekolah dan berhenti di depan sebuah warung.

"Assalamualaikum!" Boruto mengajaknya masuk.

"Waalaikumsalam!" Seorang perempuan paruh baya datang dari arah dalam.

Boruto menyalaminya diikuti Sarada.

"Bik! Mi ayam dua sama es tehnya," Boruto langsung memesan.

"Kak?" Sarada menatapnya.

Boruto tersenyum kecil. "Gue juga belum sarapan."

Sarada paham sekarang. Boruto mengajaknya sarapan bersama.

"Tapi Kak, nanti telat. Sekarang sudah hampir jam tujuh lebih, aku nggak usah aja yah." Sarada hendak keluar, ia tidak mau telat.

"Jangan, maag itu lebih buruk daripada hukuman." Boruto mencegahnya. "Hukuman cuma lo sama gue doang yang bakal susah, tapi kalo maag, bisa lebih beratin Mamah lo. Harus tambah pengeluaran karena periksa ke dokter."

"Ta—"

"Gue nggak terima penolakan!" Final Boruto. Langsung menarik tangan gadis itu duduk di bangku warung.

"Agak cepet ya, Bik. Biar gebetan Boruto nggak kelamaan nahan lapar." Boruto tersenyum dan melirik Sarada.

Gadis itu berusaha menahan salah tingkahnya dan debaran di jantungnya.

Ayame langsung memperagakan hormat tegak. "Siap laksanakan Aden!"

"Kenapa milih ke sini?"

Boruto langsung menoleh ketika mendengarnya. "Hm?"

"Kenapa nggak ke kantin aja? Kan biar bisa lebih hemat waktu nanti." Sarada memperjelas maksud pertanyaannya.

Boruto tersenyum kecil. "Di kantin memang kita bisa membeli makanan sekaligus menghemat waktu, tapi di sini kita bisa menyalurkan rezeki kepada yang lebih membutuhkan."

"Tapi, di kantin 'kan juga bisa. Sama-sama mencari rezeki 'kan?"

Boruto masih tersenyum tipis. "Memang, tapi diantara mereka para penjual, ada yang lebih membutuhkan."

"Ini Mi ayam sama es tehnya." Bik Ayame datang membawa pesanan mereka.

"Makasih Bik." Mereka tersenyum.

"Bik, cantik nggak 'kan Boruto?"

Bik Ayame tersenyum. "Cantik." Kemudian memandang Sarada. "Den Boruto orangnya terlalu baik, Neng. Banyak bantu Bibik, wajar saja kalau banyak yang suka. Eneng jangan nyerah kalo ada yang ganggu. Langgeng-langgeng ya kalian berdua." Bik Ayame tersenyum ramah kemudian meninggalkan mereka.

-MANTAN- (BORUSARA (REVISI))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang