Sarada menangis histeris saat mengetahui keadaan Boruto.
Gadis itu terjatuh lemas di tengah pintu ICU ketika melihat Boruto sedang koma di dalam sana.
Boruto jadi seperti ini karena dia. Boruto menolongnya hingga menjadi sakit seperti sekarang.
Sakura mendekap perempuan itu dari belakang, wanita itu ikut menangis. "Temui dia," bisik Sakura. Sarada menunduk dan semakin menangis.
"Tida apa-apa ... bukan salahmu ... temui dia," Sakura kembali berbisik padanya.
"Tenang Salad," Sakura mencoba menenangkannya.
"Sarada ...," Hinata ikut memeluknya.
"Kamu ...," Sakura menatap Hinata.
"Jadi kamu, Ibunya Sarada? Lama nggak ketemu ya, Sakura." Hinata tersenyum padanya.
Sarada menatap bingung dua wanita ini.
"Masuklah dulu Sarada, temui dia. Dia masih bisa mendengarmu walaupun sedang tertidur. Barangkali kamu bisa membuat mata indahnya terbuka. Jika kamu bingung dengan kami, biar nanti kami bercerita."
Sarada mengangguk kemudian menuruti ucapan Hinata.
Ia berjalan masuk, lalu menutup pintu ruangan.
Sarada duduk terpaku pada kursi di samping brankar Boruto. Dengan bergetar, Sarada mengambil tangan laki-lakinya. Mencium tangan itu berkali-kali, bahkan sampai basah karena air mata gadis itu.
"Maaf karena aku, Kakak jadi kayak gini." Sarada merebahkan kepalanya dengan menggenggam tangan Boruto. Dan tanpa sadar, matanya terlelap. Dia lelah, dan sekarang bisa beristirahat kendati hanya sejenak.
-MANTAN-
"Mama! Salad!" Isamu yang terlihat gusar langsung berdiri dari duduknya, memeluk dua perempuan yang dia sayang.
"Ini ada apa sebenarnya?" Dia menatap khawatir dua perempuan itu.
"Kalian dari mana? Aku sudah mencari kalian, tapi kenapa baru pulang sekarang? Kalian nggak apa-apa 'kan? Aku menemukan Boruto tergeletak tidak berdaya di rumah ini. Sebenarnya ada apa? Kalian nggak kenapa-kenapa 'kan?"
Sarada menatapnya sendu. "Nanti aja ya Bang, kami mau ke rumah sakit lagi malam ini. Tenang aja, kami nggak kenapa-kenapa kok." Sarada mencoba menenangkannya.
Sarada dan Sakura pulang untuk membersihkan diri mereka, Hinata memaksa mereka supaya pulang dan beristirahat dulu.
-MANTAN-
Suasana di taman rumah sakit malam ini tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang berada di sana. Tiga wanita itu duduk berdampingan di salah satu kursi panjang yang di sediakan di taman.
Sarada menatap kanan dan kirinya. Dua wanita ini, setia menatap lurus ke depan.
"Jadi ... ada apa sebenarnya?" tanya Sarada pelan, memulai percakapan.
"Kamu tau, Andromeda yang di pimpin Bolt sekarang itu, generasi keberapa?" tanya Hinata masih menatap ke depan.
Sarada menggeleng. "Pertama ...," jawabnya ragu.
Hinata tersenyum tipis, menunduk sejenak kemudian menoleh pada pacar anaknya. "Yang benar adalah, ini sudah generasi ke-4."
Sarada baru tau hal ini.
"Kamu tau Bu Tsunade, dia salah satu pihak yang ikut campur dalam pembentukan Andromeda besar generasi pertama. Bisa dibilang, tetuanya Andromeda. Dan tiga orang lainnya adalah Bang Jiraiya, bang Orochimaru, dan almarhum ayah mertuaku—Minato, Ayahnya Naruto. Mereka adalah guru-guru kami, yang turut ikut membentuk awal dari Andromeda," Hinata menceritakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
-MANTAN- (BORUSARA (REVISI))
Teen Fictionapa pandanganmu tentang masa lalu? Hanya kenangan? Hanya pelajaran? Atau ... hanya sesuatu yang tidak patut di ingat? Setiap orang mempunyai sisi pandang yang tidak sama. Bagiku, masa lalu itu ... adalah kenangan sekaligus pelajaran. Yang baik bisa...