9-MANTAN-

173 18 10
                                    

Putar mulmed dulu donks biar enak bacanya ☺️☺️

Pagi ini Sarada kembali mendapatkan bekal kotak makan di atas bangkunya.

Hari ini rencana dia mau mengembalikan kotak makan yang Boruto berikan lewat Himawari. Karena setelah memakannya, Sarada membawa pulang kotak tersebut untuk dia cuci. Tapi jika ingin mengembalikannya, selalu saja lupa. Dan hari ini saat akan dia kembalikan, malah kembali mendapatkan kiriman bekal sudah berada di atas bangkunya.

 Dan hari ini saat akan dia kembalikan, malah kembali mendapatkan kiriman bekal sudah berada di atas bangkunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mama repot-repot banget sih, harusnya aku yang ngasih. Ini malah kenapa jadi Mama yang ngasih." Sarada menepuk dahinya tidak habis pikir.

Sarada duduk di bangkunya. Chocho sepertinya belum datang, terlihat dari bangku di sebelah Sarada masih kosong belum terisi tas.

Sarada menatap kotak makan di depannya. Senyum gadis itu mengembang.

Mengambil buku tulisnya. Dan menulis sesuatu di sana.

Setiap Perhatiannya Selalu sanggup memikat hatiku. Dia itu,,,menjadi spesial, kendati baru beberapa hari.

Sarada mendongak, memejamkan mata indahnya. Tersenyum dan bergumam lirih. "Konoha, kini aku cukup menyesal ketika sempat menolak untuk tinggal di atas bumimu. Salah satu penghunimu, berhasil mengacaukan perasaanku."

-MANTAN-

"Him!" Sarada dan Chocho menghampiri adik dari pacar Sarada itu.

"Kantin yok!" Mereka bertiga berjalan beriringan ke arah kantin sekolah.

"Him, sampaiin ya ke Mamah, nggak usah kirim bekal buat aku lagi." Sarada benar-benar merasa tidak enak.

"Mama nya Kak Boruto?" Sarada mengangguk.

"Cie! Udah manggil Mamah aja," ledek Chocho.

Sarada menunduk malu. "Orangnya yang mulai, jadi aku ya ikut aja." Sarada menatap Himawari. "Bilangin ya, Hima."

"Kenapa Sar? Lo nggak suka? Atau masakan Mamah nggak enak ya? Lo dikasih racun? Pernah sakit perut? Atau ... gosong?" Entah otak gadis itu eror atau memang rada-rada terguncang. Sarada menatap teman sekelasnya yang sekaligus calon adik iparnya itu, tidak habis pikir.

"Bukan, bukan gitu!" Sarada melambaikan sebelah tangannya. Tangan yang satunya lagi membawa bekal makan yang Hinata berikan. Yang Himawari katakan sangat berlawanan dengan kenyataan. "Aku nggak enak kalo Mama yang ngasih terus. Kebalik, harusnya aku yang ngasih, bukan malah Mamah."

"Gapapa Sar, santai aja ... lagian itu maunya Mamah sendiri 'kan. Bukan lo yang minta." Benar, Sarada tidak pernah sekalipun meminta. Semua, keinginan Hinata sendiri.

"Tapi-"

"Assalamualaikum calon makmum!"

Di depan mereka sudah terdapat lengkap inti Andromeda besar.

-MANTAN- (BORUSARA (REVISI))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang