Seketika keadaan kantin yang sudah ricuh kini semakin ricuh gara-gara kelakuan si tampan Sasori.
"Kiw kiw!" Inojin malah tersenyum menyoraki.
Tangan Sasori masih setia menggantung setia menunggu balasan Sarada.
Sarada perlahan membalas menjabat tangan Sasori. "Sarada, dari X IPS1." Sarada memperkenalkan dirinya.
"Salken, Sasori XII IPA1." Sasori tersenyum hingga langsung menimbulkan jeritan-jeritan para gadis terdengar.
Sarada melepaskan tangan mereka. "Mau gabung?" Dia menawari Sasori untuk bergabung dengan mereka.
Sasori menggeleng. "Ada temen gue nungguin. Pergi dulu ya, sampai bertemu lagi." Sasori melangkah mundur perlahan sambil melambai pada Sarada.
"Wei! Sarada doang nih yang diajak kenalan?! Kita-kita nggak, juga? Tuh ada Chocho ada Yodo Himawari! Nggak sekalian?" Sasori melangkah pergi keluar kantin tidak peduli dengan teriakan Kawaki juga jeritan para gadis.
"Anjay! Si Sasori berani banget mau deketin lo!" Inojin sungguh takjub.
Sarada menatapnya bingung. "Emang kenapa, Kak?"
"Ya lo 'kan udah punya pacar, Sarada!" Sepertinya Kawaki memang satu frekuensi dengan Inojin.
Inojin menggebrak meja pelan. "Nah bener yang si ketos bilang! Apalagi pacar lo, si bos besar kita."
"Ya terus kenapa? Kan cuma temenan, nggak lebih. Enggak apa-apa dong"
"Sar, cowok kalo udah mulai ngajak kenalan duluan. Kek si Sasori tadi, itu tandanya dia mulai tertarik." Shikadai tau betul tabiat cowok.
"Keknya bener deh Sar, apa yang mereka bilang," Yodo setuju dengan apa yang di katakan para inti Andromeda.
Sarada tampak berpikir, "Apa iya? Tapi enggak apa-apa kok, insyaallah aku bisa jaga diri dan nggak aneh-aneh."
"Harus, karena kalo sampek Bang Boruto kecewa, bisa gawat. Orang yang belum pernah jatuh cinta, tapi sekalinya punya rasa, malah kecewa. Itu bisa lebih fatal sih, bekasnya ninggal. Yang udah pernah ngerasain aja, kecewanya masih dalem, apalagi yang baru ngerasain, pasti kewalahan sakitnya."
-MANTAN-
Sarada menyusuri jalanan kota. Hari ini Sarada pulang tanpa angkot. Uang jajannya yang lebih sedikit, tidak seperti biasanya, tadi dia gunakan untuk makan di kantin karena memang Sarada belum sarapan. Andai Sarada sudah sarapan, mungkin di sekolah tidak perlu men-jajan. Sayangnya, bahan belanja di rumah sudah habis dan baik Isamu maupun Sakura belum kembali memberinya uang belanja lagi, karena tadi pagi kedua orang itu juga berangkat tanpa sarapan. Jadi untuk uang saku, Sarada gunakan sedikit dari uang simpanannya.
Duar! Duar!
Tiba-tiba guntur terdengar, sore ini langit memang mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
Sarada memandang langit, sepertinya dia akan kehujanan. Tidak apa-apa Sarada juga suka bermain hujan, meski Sakura selalu menegurnya.
"Ayo turun hujan." Sarada bergumam sembari memejamkan matanya dengan kedua tangan dan wajah menengadah.
Duar!
Bersama suara guntur, hujan mulai datang. Sarada berdiri menikmatinya, tidak peduli orang-orang yang berlarian, tidak peduli dengan kendaraan-kendaraan, tidak peduli seragam dan tasnya yang basah.
Sarada berlarian di trotoar, bersenang-senang di tengah-tengah hujan Konoha ini.
Melompat-lompat di genangan air, tidak peduli basah dan kotor. Tertawa puas merasakan, sudah lama Sarada tidak merasakan seperti ini. Tapi di saat bersamaan, tawa itu menjadi tawa yang lirih bernada pedih. Dulu, Sarada pernah seperti ini bersama seseorang, dan sekarang orang itu meninggalkannya hingga menikmati semuanya dengan sendirian. Sarada terus berjalan dan duduk di tepi trotoar.
Memejamkan mata indahnya, dan menengadahkan wajah. Menikmati setiap tetesan hujan yang menerpa. Tidak peduli semakin dingin, rasa panas di hatinya tidak bisa semakin dingin hanya karena tetesan air hujan.
Mata Sarada langsung terbuka saat mendengar suara motor yang sangat familiar di pendengarannya. Matanya mencari, dan ketika menemukan, dia memandang lekat di depan sana. Dua orang bergegas turun dari motor yang sangat Sarada kenali itu dan segera berlari menuju emperan ruko guna untuk sekedar berteduh ... mungkin. Sarada terus menatap mereka. Di depan sana, pacarnya. Dia tau itu Boruto, meski terhalang derasnya hujan, tapi Sarada tau itu Boruto. Tapi dengan siapa? Siapa perempuan itu? Siapa perempuan yang sedang bersamanya? Sarada tau bukan Himawari, karena tadi Himawari memilih pulang ke ruangan Naruto. Dan itu juga bukan Hinata? Hinata tidak berambut panjang seperti itu. Lalu, siapa perempuan yang sedang bersama dengan Boruto?
-MANTAN-
Sarada mengernyit saat pintu rumahnya sudah terbuka. Sakura sudah pulang? Atau Isamu? Tapi motor matic Isamu tidak terlihat, berarti yang pulang Sakura.
"Assalamualaikum Mamah!" Sarada menyelonong memasuki rumah. "Loh-" Seketika terdiam.
"Sarada kenapa baru pulang? Kamu hujan-hujanan?" Sakura langsung menghampiri putrinya yang mematung di tempat.
"Sarada."
"Stop." Tangan Sarada menghentikan ketika Sasuke bangkit akan menghampirinya.
"Sarada ...," Sakura menatapnya dan menggeleng.
"Nggak Mah, Sarada nggak mau!" Sarada berlari masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya.
Sakura menatap Sasuke.
"Masih sama. Lebih baik kamu pergi."
-MANTAN-
Sarada merosot di balik pintu kamarnya, perempuan itu menangis.
Sarada mengepalkan tangannya. "Aku benci penghianatan."
Bangkit dengan kasar, kemudian meraih spidol besar di dalam gelas alat tulisnya. Membuat sebuah tulisan besar di dinding atas kasurnya.
Tanpa banyak yang tau, di balik sikap Sarada yang selalu kalem, ada dingin yang selalu dirinya tunjukkan pada orang-orang yang pernah menyakitkan.TBC
Hayooo ada apa sama Boruto nih? Siapa yang bisa nebak?
Apa pendapat kalian tentang Sarada?
KAMU SEDANG MEMBACA
-MANTAN- (BORUSARA (REVISI))
Teen Fictionapa pandanganmu tentang masa lalu? Hanya kenangan? Hanya pelajaran? Atau ... hanya sesuatu yang tidak patut di ingat? Setiap orang mempunyai sisi pandang yang tidak sama. Bagiku, masa lalu itu ... adalah kenangan sekaligus pelajaran. Yang baik bisa...