8-MANTAN-

146 22 20
                                    

⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️

Khususon ilaa @Kak War, silahkan,di perbolehkan dengan luas, jika anda ingin membayangkan/mengganti Salad sebagai diri anda sendiri, tapi jangan sama Mas Boru 😘🤣🤣

Sarada turun dari motor Boruto, seketika mereka langsung menjadi pusat perhatian.

"Itu beneran dong Sarada udah jadian sama Kak Boruto!"

"Sarada beruntung banget!"

Sarada malu menjadi pusat perhatian, gadis itu menunduk. Sedangkan Boruto tidak perduli, laki-laki itu menggandeng Sarada berjalan masuk.

"Kak, lepas ya." Sarada melepaskan gandengan tangan mereka.

"Kenapa?"

"Malu dilihat banyak orang!" Masak Boruto tidak paham sih.

"Biarin."

Sarada menghela napas, susah jika Boruto sudah seperti ini. Tidak menyangka, kabar tentang hubungan mereka akan menyebar luas dengan secepat ini, padahal baru semalam.

Boruto mengantarnya sampai kelas.

"Cie! Yang baru jadian! Kiw kiw!" Himawari menyoraki mereka.

Sarada menunduk malu-malu.

"Udah duduk sana gue pergi dulu." Boruto melangkah akan keluar, tapi baru beberapa langkah, laki-laki itu berbalik. "Him! Jagain Kakak ipar lo, jangan sampai dia ngelirik cowok lain!"

"Siap Abang!"

Sarada hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kakak adik itu, ada-ada saja.

"PERSIAPAN UPACARA! D MOHON PARA MURID SEGERA BERBARIS DI LAPANGAN!"

Terdengar perintah di speaker sekolah. Segera para murid berbondong-bondong ke lapangan.

Sarada juga segera keluar kelas.

Upacara berlangsung, dan di tengah-tengah itu, guru yang bertugas keliling menemukan beberapa anak-anak yang kurang rapi dan berpenampilan berantakan. Beberapa dari mereka sebagai besar adalah inti Andromeda tentu terkecuali ketua OSIS yang setiap hari rapi. Sarada menatap cemas Boruto, dari barisannya.

"Lihat ini, adalah sifat anak-anak muda yang tidak patut jadi panutan. Anak-anak seperti inilah yang akan merusak bangsa ini—" Perkataan pembina upacara itu terpotong.

"Penampilan berantakan belum tentu tindakannya juga berantakan, Pak!" Bukan bermaksud gimana-gimana, hanya saja ... Boruto sedikit tidak terima saat mereka dinilai hanya dari penampilan dan dibilang generasi yang merusak bangsa.

"Kami berpakaian seperti ini karena merasa nyaman! Kami masih menghormati peraturan sekolah, Pak! Setiap masuk, selalu pakai seragam, bukan piyama!" sambung teman Boruto yang berambut pirang.

"DIAM KALIAN!" Guru petugas membentak mereka. Mereka menatap guru laki-laki itu, mereka hanya diam. Bukan takut, hanya tidak ingin memperpanjang masalah.

"ini—"

"Pak!" Boruto mengangkat tangannya, melangkah maju ke arah pembina.

"Hoi! Kamu mau apa?" Boruto tidak mendengarkan dan terus berjalan.

"Pak, saya mau menyampaikan sesuatu." Boruto menggeser posisi pembina yang bingung melihatnya. Mendekatkan mulutnya pada mikrofon.

"Teruntuk Sarada Launa Nayanika X IPS1. Semangat ya berdiri upacaranya. Jangan khawatir soal pacar lo yang kena hukuman. Gue kuat selama lo baik-baik aja," Boruto berucap tepat di depan mikrofon, dan langsung menimbulkan sorakan-sorakan luar biasa dari pada murid KSHS.

Boruto turun dari panggung dengan gagah. Sedangkan sang gadis yang namanya disebutkan, sudah malu setengah mati. Wajah putihnya memerah padam seperti tomat. Sarada menutup wajahnya, sungguh dia baper sekaligus malu.

"BORUTO SAGARA DHANURENDRA!"

Sang guru petugas langsung menarik Boruto kembali pada barisan anak-anak yang akan terkena hukuman.

"TERKHUSUS BORUTO, HUKUMAN KAMU, SAYA TAMBAH TIGA HARI MENYAPU BERSIH LAPANGAN SEKOLAH!"

-MANTAN-

Jam pertama Matematika, cukup menguras otak. Untung jam pertama, jadi perut mereka masih kuat karena sarapan. Jika tidak ... bisa dipastikan para cacing akan demo, dan pusing mulai menyerang.

Sarada memerhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan.

"Sar." Sarada menoleh pada Chocho yang barusan memanggil namanya.

"Hm?"

"Dari tadi gue udah coba nahan-nahan buat gak tanya ini dulu. Tapi ... nggak bisa! Rasa kepo gue tuh terus ngelunjak naik. Boleh gak gue tanya?"

"Ini kamu udah nanya." Sarada kembali memfokuskan pandangannya ke depan.

"Ck! Lo kok bisa sih jadian sama Kak Boruto?" Chocho sudah penasaran setengah mati mengenai hal ini.

Sarada mengedikkan pundaknya. "Takdir." Jawaban yang sangat simpel sekali dan tidak berbelit-belit.

"Gue tagih cerita lo nanti."

Sarada hanya mengangguk-angguk saja.

Saat pelajaran Matematika usai, Sarada dan Chocho beranjak untuk keluar kelas. Seperti yang sudah di bicarakan tadi, tapi suara guru Matematika yang memanggil Sarada membuat mereka berhenti melangkah.

"Kenapa ya, Bu?" tanya Sarada sopan.

Terlihat guru wanita itu sedang mengambil sesuatu yang terselip di dalam buku cetaknya.

"Ini ada surat buat kamu, tadi dititipin ke Ibu." Guru itu memberikan selembar kertas itu pada Sarada. Sarada mengambilnya.

"Makasih ya, Bu."

Sambil kembali melanjutkan langkah, Sarada membuka surat tadi.

"Cie! Yang mentang-mentang baru jadian masih anget-angetnya aja nieh!" Chocho menyenggol lengannya.

Sarada tidak peduli. Asyik membaca kata demi kata yang tertulis di atas selembar kertas yang di sobek itu.

 Asyik membaca kata demi kata yang tertulis di atas selembar kertas yang di sobek itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'semoga kalian membawa kemenangan dan kembali dengan baik-baik saja'

Sarada POV on

Selalu aku do'akan. Aku tidak melarangnya melakukan tawuran, apalagi jika demi hal yang benar. Hanya saja, aku bilang ... boleh-boleh saja, tetapi jangan terlalu sering melakukannya.

Sarada POV off

TBC









-MANTAN- (BORUSARA (REVISI))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang