Sinar matahari yang sangat terik itu mulai masuk ke dalam kamar seorang remaja, dimana remaja itu mulai menggeliat diatas kasurnya. Karena sinar sang fajar remaja itu terbangun dengan muka kusut. Ia benci matahari.
"eunggh" ia merentangkan kedua tangannya keatas lalu mengucek mata indahnya itu perlahan.
Kemudian ia melirik kearah jam yang berada di atas laci. Ia melotot kaget dan langsung beranjak dari kasur kesayangannya itu sembari berlari menuju kamar mandi.
"BUNDA! kenapa ngga bangunin adek!!!"
Teriak remaja itu sembari lari untuk turun kebawah, ah jangan lupa tangan yang sibuk dengan dasi dan tas nya.
"Sayang pelan-pelan nanti jatuh" ucap halus sang bunda saat melihat anaknya sedang lari menuruni tangga.
Hey itu sangat bahaya, bagaimana jika anak kesayangan jatuh? Ia tidak mau.
"Bunda, bunda tolong" ucapnya tergesa-gesa sembari menunjuk dasi di dadanya yang sangat amat berantakan.
Ia berlari menuju sang bunda didekat meja makan, lalu langsung memasuki semua roti yang ada di meja itu.
"Astaga sayang, pelan-pelan. Bagaimana jika kamu tersedak?" Ujar sang bunda sembari merapihkan baju dan rambut sang anak.
"Lagian bunda kenapa ga bangunin adek coba! Kakak juga pasti ninggalin adek lagi kan?" Bibir itu mengerucut sebal dengan pipi yang penuh.
Astaga ini sangat menggemaskan.
"Enak aja kamu bilang bunda ga bangunin, kamu nya aja yan-"
"Adek berangkat" belum selesai sang bunda berucap anak itu sudah berlari ke depan dengan kunci motor ditangannya, sang bunda hanya menggeleng sembari tersenyum.
.
.
.
Remaja itu berlari susah payah menuju kelasnya, ia benar-benar lelah lari mulai dari parkiran hingga kelasnya dimana jaraknya itu sangat amat jauh!
"huh huh huh, plis semoga belum ada guru" ujar dirinya pelan.
Ah akhirnya pintu yang ia tuju ada didepan mata, ia langsung membuka pintu itu dengan deruan nafas yang tak beraturan.
Semua yang berada didalam kelas itu menoleh kepadanya, termasuk sang guru yang berada didepan. Guru itu melotot sembari menunjuk remaja yang tengah mengatur nafas di dekat pintu.
"Kamu!" Tunjuk sang guru sembari melotot kesal.
Remaja itu kaget saat mendengar suara keras sang guru, matanya mulai menatap guru itu dengan gemetar.
Sial kenapa sudah ada guru,
"mm-maaf pak, saya kesiangan saya janji ga akan mengul-"
"Keluar dari kelas saya dan hormat didepan tiang bendera! Dan jangan lepaskan tanganmu itu sebelum mata pelajaran saya habis. Sekarang!" Suara guru itu meninggi, siswa-siswi didalam kelas hanya mendengarkan guru itu sembari melirik ke arah remaja itu.
Remaja itu berdecih pelan sembari menutup pintu kelas nya. Ia mulai jalan menuju lapangan dengan langkah lesu, ia benci hari ini.
Remaja itu hanya bisa menghela nafas, lagi dan lagi. Tangannnya mulai pegal, entah sudah menit ke berapa ia berdiri didepan tiang ini.
"Kembali ke kelas, dan jangan ulangi lagi" akhirnya ya tuhan, suara yang sedari tadi ia tunggu. Guru itu berucap lalu pergi dari hadapan remaja yang mukanya sudah memerah.
Ia berjalan ke kelasnya dengan tangan yang sibuk mengelap keringat yang bercucuran itu.
.
.
.
Bel istirahat berbunyi, para siswa-siswi mulai berhamburan keluar dari kelas, mereka tergesa-gesa menuju kantin.
"Adek sayang" ucap seseorang yang tengah bersandar di pintu kelas Yujin.
Yujin tau, orang itu memanggil tapi ia tidak ingin menanggapi pemuda tampan itu. Ia kesal pada sosok itu.
Benar-benar kesal.
Yujin melangkah meninggalkan orang itu dengan tergesa-gesa, dan orang yang ditinggalkan Yujin mulai berlari kecil dan menggapai pergelangan tangan sang empu.
"Dek, kenapa tinggalin kakak?" Ucapnya sembari menggapai tangan yang lebih kecil.
Yujin tiba-tiba berhenti dan berbalik, wajah imut itu sedang menahan kesal. Apalagi saat orang didepan mengatakan ia meninggalkannya.
Tunggu,
"Hah? Bukannya kakak yang ninggalin adek? Karena Kakak adek dihukum! Adek benci sama kakak!" Tutur Yujin sembari memegang pinggangnya sendiri, ia kesal!
Lain hal dengan orang dihadapan Yujin, Kim Gyuvin nama orang itu.
Gyuvin sedang menahan rasa gemas terhadap sang adik di hadapannya, mana ada orang marah dengan wajah selucu ini.
Gyuvin tidak tahan ini terlalu menggemaskan, ia menangkup pipi tembam itu "sayang, kakak bukan ninggalin, tapi kakak gak mau ganggu adek tidur" ujarnya sembari mengunyel-unyel pipi Yujin.
Alasan bodoh macam apa itu? "Kan kakak tau adek juga sekolah kayak kakak!" Mata bulat itu mencoba menatap tajam Gyuvin.
Yang ditatap hanya tersenyum tampan,
Kim Gyuvin
18tahun
XII IPS³Kim Yujin
16tahun
X MIPA¹.
.
.
Halo guys, ini cerita pertama aku heheh semoga kalian suka ya! Jan lupa vote komen dan kalo bisa follow aku xixixi
Makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER || KIM GYUVIN HAN YUJIN || END
FanfictionGyujin area! END ◕22 Juni 2023 - 23 July 2023◕