20

1.1K 97 8
                                    

Sudah tiga hari Yujin masih belum tersadar, Yujin masih terbaring diatas kasur rumah sakit dengan infus yang ada ditangan.

Sebenarnya kemarin ada selang oksigen yang terpasang yang dimana itu menutupi hidung dan mulut Yujin, namun hari ini sudah dilepas oleh dokter karena pernafasan dan kondisi Yujin sudah stabil.

Jangan lupa perban yang menutupi kening Yujin.

Bunda sudah tidak bisa lagi menangis, air mata sudah tidak lagi bisa keluar. Bunda hanya bisa menatap kosong kearah si bungsu yang masih terbaring lemah.

Keadaan Gyuvin tidak jauh beda dari sang bunda, namun Gyuvin selalu mengajak Yujin mengobrol meski obrolan itu hanya Gyuvin yang berbicara.

Setiap harinya Gyuvin selalu mengelap tubuh Yujin pelan dengan kain yang sudah dibasahi.

Hari ini juga sama, sekarang Gyuvin tengah telaten mengusap leher Yujin pelan.

"Adek tau ngga kemarin kakak jatuh dari motor, karena pikiran kakak dipenuhi sama adek. Setiap hari tanpa henti kakak selalu mikirin adek selalu berdoa tentang adek supaya adek cepet sadar dan cepet sembuh"

"Kakak kangen Yujin, kangen senyuman Yujin, kangen tawa Yujin, kangen liat Yujin lagi ngambek, lagi cemburu, lagi bingung, kakak kangen semua tentang Yujin"

"Ayo bangun,"

"Banyak orang yang nunggu kamu bangun dek"

"Termasuk kakak, bunda sama papah"

"Kita semua nunggu kamu bangun"

"Adek tau ngga? Papah sama bunda setuju kalo kita pacaran dan nikah"

"Kakak bakal kerja keras nanti setelah lulus sekolah, bakal ngumpulin banyak uang buat nikah dan nafkahin adek. Nanti adek ngga perlu capek-capek kerja cari uang semua kebutuhan adek bakal kakak penuhi"

"Maka dari itu ayo bangun,"

Tutur panjang Gyuvin, tangannya terulur untuk mengusap pelipis adiknya lalu dikecup pelipis itu dengan lama mencoba menyalurkan rasa sayang dan rindu Gyuvin pada Yujin.

"Kakak sayang sama kamu"

"Dan akan selalu seperti itu"

Gyuvin kembali menangis, semua salah Gyuvin coba jika hari itu Gyuvin mengantar adiknya untuk pergi ke toilet atau kemanapun pasti Yujin tidak akan seperti ini.

Pasti Yujin sekarang tengah bermain dengan dirinya, tertawa bersama seperti biasanya tidak akan seperti ini. Tidak akan terbaring lemah seperti ini tidak akan tidur selama ini.

Gyuvin mengutuk dirinya sendiri.

"Vin, buruan makan dulu" kata bunda mulai mendekati Gyuvin yang duduk disampingnya Yujin.

"Nanti ajah,"

"Nanti kapan?"

"udah hampir tiga hari kamu belum makan, kamu cuman minum doang setiap harinya" sambung bunda mengusap pundak Gyuvin

Gyuvin hanya menjawab dengan gelengan,

"Ayo makan bunda mohon, bunda ga mau anak bunda sakit lagi." Lirih bunda dengan mata yang mulai basah, dirinya tidak ingin anaknya sakit lagi, cukup Yujin Gyuvin jangan sampai sakit lagi.

Bunda kemarin menangisi Gyuvin karena anak itu terjatuh dari motor, memang hanya mendapat luka kecil tapi bunda hampir pingsan lagi karena mendapat kabar bahwa Gyuvin kecelakaan,

Gyuvin menoleh lalu berdiri menatap sang bunda, dihapusnya air mata bundanya.

"Iya Gyuvin makan, bunda mau nitip makan ngga? Gyuvin mau kekantin."

"Samain aja sama kamu kak" jawab bunda,

Gyuvin mengangguk lalu pergi keluar dari ruangan itu, berjalan mencari kantin rumah sakit dengan langkah yang lesu.

Gyuvin tidak lapar sama sekali, yang dirinya inginkan hanya Yujin yang tersadar dan segera sembuh.

Gyuvin membeli permen Yupi favorit adiknya itu, mengambil dengan perasaan sedih.

Setelah membeli makanan dan juga permen Gyuvin kembali keruang inap Yujin, lagi-lagi Gyuvin berjalan dengan ekspektasi seperti seorang mayat.

Wajah datar dan bibir kering pucat.

Kata dokter Yujin baik-baik saja tapi mengapa Yujin masih belum bangun juga? Ini sudah hampir tiga hari tapi adiknya itu belum ada pergerakan sama sekali.

Gyuvin rindu Yujin

Rindu gelak tawa adik kecilnya itu

Gyuvin menyuapi sang bunda dan dirinya sendiri secara bergantian, makan tanpa adanya sebuah obrolan mata keduanya hanya menatap kearah ranjang Yujin.

Menatap Yujin dengan perasaan yang tidak lagi bisa diartikan.

Ayah tetap bekerja, kalo tidak dari mana mereka akan bayar biaya rumah sakit Yujin?

Setelah makan Gyuvin kembali mendekati Yujin, duduk disamping ranjang adiknya itu kembali menggenggam punggung tangan yang terdapat selang infus.

Lalu tangan satunya mengambil sebuah permen disaku celana,

Menunjuk permen itu kehadapan Yujin, Gyuvin tersenyum

"Yujin tau engga? Kakak beli permen kesukaan Yujin. Tapi kakak cuman beli satu buat kakak aja, kalo Yujin mau Yujin harus bangun dulu nanti setelahnya kakak bakal beli banyak permen ini buat Yujin"

"Ayo bangun, beneran kamu ngga mau ini permen?"

"Kan ini favorit Yujin, ayo bangun"

Gyuvin menghela nafas, lalu menunduk kepalanya disenderkan pada sisi ranjang samping tangan Yujin. Dielusnya tangan itu, dan dikecup.

"Kak bunda pulang ya, nanti bunda kesini lagi kamu temenin adekmu disini jangan ditinggal adekmu ngga suka sendirian" ujar bunda, Gyuvin hanya mengangguk lalu bunda pergi meninggalkan ruangan ini.

Gyuvin terus mengecup punggung tangan itu,

Hingga tangan itu bergerak pelan dengan sendirinya, Gyuvin melotot matanya terus mengarah ke tangan Yujin lalu beralih ke wajah adiknya itu.

Mata itu, mata yang Gyuvin selalu tunggu-tunggu akhirnya perlahan terbuka.

Yujin sadar,

Gyuvin segera berdiri dan mengusap pipi adiknya itu sembari tersenyum.

Akhirnya, akhirnya dunia Gyuvin kembali.

Gyuvin mendekat, mencium pelipis Yujin menyalurkan rasa bahagia dan rindu yang mulai terobati.

"Kakak kangen banget sama Yujin," ujar Gyuvin dengan mata bahagia menatap sang semestanya.

"Adek mau minum? Atau ada yang kerasa sakit? Dimana?" Tanya Gyuvin saat Yujin hanya diam menatapnya.

Yujin menjawab dengan gelengan kepala pelan, memejamkan mata sebentar lalu kembali menatap Gyuvin didepannya.

"Kakak kangen Yujin, kangen banget malah" Gyuvin mengusap pelan punggung tangan Yujin pelan sembari tersenyum.

"Yujin ngga kangen kakak?" Tanya Gyuvin,

"Kakak?" Yujin balik nanya dengan raut wajah bingung,

.

.

.

BROTHER || KIM GYUVIN HAN YUJIN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang