Bab 18

21.3K 2.4K 150
                                    

Hi

Hi

Jumpa lagi nih di bab baru

ABSEN DULU MAKE NAMA BELAKANG YUKK

Ciee...yang udh nungguin bab 18 xixixi kaciann...

SO, ENZOY YAA

*
*
*

"Sepertinya akan lama untuk merakit benda ini," gumam Azure alias Liam sambil memperhatikan gambar rakitannya, sesuatu yang akan ia pakai kedepannya.

Azure terus memperhatikan setiap detail dari benda yang akan ia rakit itu. Beruntung dulu ia sempat belajar merakit benda itu, ia sungguh harus berterima kasih pada Jon yang terus menuntutnya untuk belajar.

Azure mengeluarkan smirknya, ia begitu puas. Sangat puas dengan apa yang sudah ia buat.

"Tunggu saja, suatu saat nanti aku akan memakaimu," gumamnya sambil mengusap benda yang belum sepenuhnya selesai itu lembut, seakan-akan ia sangat menyayanginya.

Azure berjalan keluar dari terowongan yang sudah tertimbun rerumputan itu. Ia berencana akan kembali ke kediaman Christopher

"Halo, jemput saya. Saya sudah sharlock." Liam langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan supir keluarga Christopher itu.

James sudah memberikan fasilitas, tentu saja dia akan menggunakannya dengan baik. Ngapain capek-capek jalan. Iya kan?

Sebuah mobil sport berhenti di depannya. Seorang supir berbaju lengkap itu keluar dan membukakan pintu untuknya, ah dia diperlakukan seperti pangeran. William tersenyum tipis.

Dia langsung masuk dan mengucapkan terima kasih. Ah, dia harus ingat bahwa dia harus tetap berterima kasih bukan?

"Berhenti di toko kue dulu, Pak," ucapnya dengan smirknya. Tiba-tiba sebuah rencana, ah bukan rencana, tapi entahlah, dia hanya menginginkan itu terjadi.

"Baik, Tuan muda," jawab supir itu patuh.

Mobil itu melaju menuju sebuah toko kue yang sepertinya tak terlalu jauh dari tempatnya tadi. Toko itu lumayan bagus, bernuansa putih cerah seperti masa depannya.

"Tunggu sebentar, saya akan membeli beberapa kue," ucap Liam lalu turun dan membeli beberapa kue, tidak, itu tidak beberapa, tapi lumayan banyak.

Sepertinya supir itu peka, karena dia langsung membantu Liam membawa kue itu ke dalam mobil. Liam hanya menurut saja, daripada ia harus capek. Mungkin Azure dengan tubuhnya dulu sangat kuat, tapi sekarang sudah berbeda, dia berada dalam tubuh yang menurutnya masih lemah.

'Tapi tak apa, aku menyukai tubuh ini,' batinnya tersenyum senang. Karena darah tubuh itu mampu membuatnya tenang.

"Apakah tidak ada lagi tempat yang ingin tuan muda singgahi?" tanya sopir itu sopan, siapa tau masih ada tempat yang ingin disinggahi oleh tuan muda nya itu.

"Tidak. Kita langsung pulang saja."

Mobil itu kembali melaju cepat. Sangat cepat, karna itu suruhan Liam, dia ingin merasakan angin yang begitu kencang.

About Azure ✓ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang