Bab 40

10.2K 1K 120
                                    

"Tuan Yohan, apa yang membuat Anda datang kesini, Tuan?" Noah menunduk hormat kepada pria yang tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya itu.

Yohan. Yohan Ferg adalah ketua mafia Aureum. Mafia yang Liam katakan sebelumnya.

Aureum memang salah satu mafia terbesar di negara ini. Namun tak dapat dipungkiri jika Yohan adalah pemimpin yang hebat dan mampu menghabisi lawannya dalam hitungan detik.

Jika kalian berpikir Aureum adalah mafia Azure yang dulu, maka kalian salah. Ini dunia yang berbeda.

"Halo, Liam. Bagaimana kabarmu?" Yohan sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan Noah, ia lebih tertarik dengan anak di depannya itu.

"Baik, apa yang membuatmu kemari, Kak Yohan?" Umur Yohan memang masih muda. Jadi saat mereka berjumpa, Yohan menyuruhnya untuk memanggilnya kakak.

Yohan dan Liam memang tak sengaja bertemu. Dulu ... saat ia membeli bahan-bahan pembuatan bom yang ia gunakan sebelumya. Awalnya Yohan tak peduli, tapi setelah ia kembali berpikir, kenapa anak itu membeli bahan pembuatan bom?

Yohan mulai mencari tahu dan mengikuti Liam kemana ia pergi, dan akhirnya ia terciduk di dalam lorong itu. Sudah ada 3 bom yang ia rakit.

Mau tak mau Liam pun pasrah dengan pria pemaksa itu. Dia menjelaskan semuanya, dan Yohan malah memujinya. Dia mengatakan Liam adalah anak yang keren.

Mulai saat itu setiap mereka bertemu, Yohan selalu mengajak Liam untuk makan bersama, atau sekedar berbincang-bincang.

"Tentu saja menjumpaimu. Kudengar kau tengah kesulitan? Kenapa tidak menghubungiku hm?" Yohan menyingkirkan Noah yang duduk di samping Liam dan langsung duduk di sana.

Noah menatap pria itu tak percaya, andai saja dia tidak berbahaya, mungkin ia sudah membunuhnya saat ini juga.

"Bukankah Papa ku akan menghubungimu, Kak?" Liam menatap jengah Yohan yang bersikap seperti itu.

"Kakak posesif. Jangan seperti itu, mereka keluargaku." Liam menatap kesal Yohan yang menatap keluarganya tajam, seakan-akan ia siap untuk membunuh mereka saat ini juga.

"Wah, kau sudah menyebut mereka sebagai keluargamu hmm? Bukankah mereka yang terus saja menolakmu? Apa mereka pantas kau sebut keluarga?" Yohan menatap sinis Noah. Sebenarnya ia ingin sekali memenggal kepala pria itu.

"Ck, aku sudah memaafkan mereka. Kami sudah tidak seperti dulu lagi. Jadi kak Yohan jangan berpikiran yang tidak-tidak. Okay? Semuanya sudah berakhir. Mereka sudah bersikap baik padaku." Liam berusaha menjelaskan semuanya, karena yang Yohan tau hanyalah keluarganya yang memperlakukannya dengan buruk.

"Yayaya, terserahmu. Jadi kapan kau akan menangkap wanita itu? Atau perlu aku saja yang menangkapnya untukmu hm?" Yohan menatap Liam serius.

Eljiah dan Oliver menatap tak suka dengan kedekatan Liam dan Yohan. Katakan saja mereka tengah cemburu.

"Jangan terlalu ikut campur, Kak. Aku akan menanganinya sendiri, jika aku butuh bantuanmu, kau bisa datang. Kau bisa membantuku dari jauh saja." Liam menatap tajam pemuda itu.

Ia ingin targetnya ditangkap oleh nya sendiri. Oleh tangannya sendiri.

"Tidak. Papa tidak setuju, kamu tidak boleh pergi sendiri. Kami ikut." Noah terlihat tak setuju dengan ucapan si bungsu nya itu.

"Kali ini aku setuju dengannya Liam. Aku juga tidak setuju." Yohan sama hal nya dengan Noah. Dia khawatir jika Liam terluka nantinya. Ia akui Liam memang sedikit berbahaya, tapi mereka bukanlah lawan yang seimbang untuknya.

"Tapi aku ingin sendiri." Liam tetap kekeh. Memang pada dasarnya anaknya keras kepala.

"Baiklah. Kau bisa sendiri menghadapi wanita itu, tapi tidak dengan anak buah dan mafia yang berkerjasama dengannya. Wanita itu urusanmu, tapi yang lainnya adalah urusanku." Yohan langsung memutuskannya secara sepihak.

"Stop. Aku tidak menerima bantahanmu Liam. Jadi tutup saja mulutmu itu." Yohan menatap Liam tajam, terlihat jika anak itu hendak memberikan protes.

"Yayaya, terserah kau saja." Liam hanya bisa pasrah, lagipula target utamanya adalah wanita itu. Bukan yang lain.

"Bagus, good." Yohan mengusap kepala Liam lembut. Dia sangat menyayangi anak itu, apalagi saat dulu Liam sering bercerita padanya, ia tau jika Liam lebih banyak diam.

"Jauhkan tanganmu dari adikku." Eljiah menyingkirkan tangan Yohan dari kepala Liam dan menarik Liam agar duduk di atas pangkuannya. Padahal di sampingnya masih ada sofa yang kosong.

"Haha, posesif. Sepertinya aku percaya jika mereka sudah sadar dan sudah menyayangimu." Yohan terkekeh melihat aksi posesif Eljiah.

"Kau kira aku penipu huh?" Liam menatap kesal Yohan.

"Yayaya. Baiklah, peringatan untuk kalian, jika kalian memperlakukannya dengan buruk lagi, maka ucapkan sampai jumpa dengannya, karna aku akan membawanya." Liam menatap tajam tiga pria itu.

"Berhenti bermimpi, karna itu tidak akan pernah terjadi." Oliver berdecih mendengar ucapan Yohan.

Sedangkan Eljiah malah asik memeluk Liam dan mengusap kepalanya lembut.

"Baiklah. Terserahmu. Besok kutunggu di tempat yang sudah disiapkan. Mari kita bermain Liam. Kalau gitu, aku pergi dulu." Yohan mencium pipi Liam sebelum ia benar-benar pergi.

Yohan lari terbirit-birit ketika tiga pria itu menatapnya horor. Menakutkan juga, pikirnya.

"Bersihkan pipimu. Aku takut jika dia meninggalkan virus." Eljiah langsung mengusap pipi Liam dengan tisu yang ada di atas meja. Ia sangat kesal dengan Yohan, bagaimana jika bibir Yohan mempunyai virus? 

Liam hanya terkekeh kecil melihat aksi kakaknya itu. Berbeda dengan Oliver dan Noah yang malah menatapnya datar.

Tbc-

****

Jangan lupa vote dan follow akun ini!!

Jangan lupa baca juga cerita BabyRiel yahhh....

About Azure ✓ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang