Bab 25

17.5K 1.9K 40
                                    

"Ada apa dengan wajahmu itu?" sinis Eljiah saat melihat Oliver yang baru saja pulang dengan raut tertekuk.

Bukankah tadi dia pergi dengan raut sumringah? Lalu kemana pulang dengan raut seperti itu? Dan di mana Liam? Bukankah mereka pergi bersama? Itu lah isi kepala Eljiah saat ini.

Oliver tak menjawab. Dia langsung duduk di atas sofa dengan raut yang sama.

"Hei, jawab jika aku sedang berbicara! Kau ingat...aku adalah kakakmu!" Eljiah kesal sendiri di buatnya. Bisa-bisanya adiknya cuek padanya.

"Diamlah, Kak. Mood ku sedang tidak bagus." Oliver menatap Eljiah tajam.

"Ada apa denganmu? Dan di mana Liam?" tanya Eljiah yang sedari tadi memperhatikan pintu utama. Siapa tau anak itu kembali sebelum Oliver.

"Huaaaa...dia marah padaku. Huaaa...aku tidak tau harus bagaimana lagi." Oliver langsung menangis begitu pertanyaan Eljiah didengarnya.

Entah kenapa...kejadian tadi masih terngiang-ngiang di otaknya. Nada bicara Liam yang sangat mengintimidasi masih bisa dirasakannya.

"Lihatlah dirimu. Kenapa kau menjadi begitu cengeng?" sinis Eljiah yang merasa hal itu sama sekali tidak berguna buatnya.

"Kakak kenapa menangis?" tanya Daniel yang baru saja tiba bersama dengan ibunya-Amelia.

"Kenapa kau menangis Oliver?" tanya Amelia menatap keponakannya itu yang masih menangis.

"Liam marah padanya." Bukan Oliver yang menjawab, melainkan Eljiah lah yang menjawabnya.

"Wah...anak haram itu sudah berani memarahimu? Padahal aku baru beberapa minggu tidak datang ke rumah ini. Kenapa dia menjadi pemberani seperti itu?" Amelia dibuat geram sendiri.

"Kak Liam di mana, Kak?" tanya Daniel tiba-tiba kepada Oliver.

Namun Oliver tidak menjawabnya. Merasa dicueki, mata Daniel mulai berkaca-kaca.

"Oliver! Daniel akan menangis karnamu!" ujar Amelia yang merasa kasian melihat puteranya itu.

"Kenapa?" beo Oliver sambil melihat ke arah Daniel.

"Daniel mau jumpa kak Liam. Apakah boleh?" tanya Daniel dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Dia sedang tidak di rumah." Oliver kembali tertunduk, dia kembali mengingat kejadian di mall tadi.

"Kemana dia? Apakah dia sudah sebebas ini? Sejak kapan? Dan kenapa bisa? Anak haram itu benar-benar!!" Amelia hampir naik pitam dibuatnya. Sedangkan pelaku tidak ada di sana.

****

"Kenapa kau berhenti berteriak hm?? Teruslah berteriak...karena aku suka mendengarnya." Azure tengah bersenang-senang dengan mangsanya.

Wanita itu hanya bisa bergumam. Bagaimana bisa berteriak, mulutnya saja sudah dijahit rapat.

"Hahaha. Lihatlah darahmu ini...sangat merah dan segar, tapi beracun." Azure menyayat panjang tangan wanita itu dengan siletnya.

Darah mulai bercucuran. Darah segar dan sangat merah.

"Perjalanan ini masih panjang. Jadi nikmati lah kematianmu secara perlahan. Dan jangan menangis...aku tidak suka air mata buayamu itu." Azure mengeluarkan smirknya lalu menarik dress wanita itu.

Tidak. Dia tidak membuka keseluruhannya. Namun bagian perutnya sudah terbuka dan terpampang jelas.

"Wah...ada bekas cupang? Apa ikan cupang? Setauku kau belum menikah? Dasar jalang...."

About Azure ✓ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang