Bab 34

12.6K 1.3K 30
                                    

Liam berjalan menuju kantin. Tentu saja Anzo berada di belakangnya. Sudah beberapa kali Liam dibuat kesal oleh pria itu.

"Berhenti mengikutiku atau kubunuh kau!" Sebelumnya Liam memang tidak peduli, tapi setiap lewat ia akan menjadi pemeran utamanya.

Namun Anzo tetap kekeh, dia tidak peduli dengan ancaman tuannya itu.

"Suruh dia berhenti mengikutiku kak." Liam duduk di samping Oliver dan juga yang lainnya.

"Huh, kau tidak lihat? Tidak hanya kau yang sedang diikuti adikku." Oliver menatap sinis bodyguard yang disuruh menjaganya.

"Hahaha. Kalian memang anak papi," ejek Henry dengan wajah tengilnya.

"Diam saja kau bocah tengil!" Oliver menatap tajam sahabatnya itu.

"Huh, dia meneriakiku sepupuku," adunya memeluk lengan Alex.

"Ck, jijik, Henry!" Alex langsung menepis tangan Henry begitu saja. "Lebih baik Liam saja yang memelukku seperti itu."

"Berhenti bermimpi!" Oliver langsung menarik Liam dan memeluknya erat tanpa mempedulikan raut kesal Alex.

"Makanlah." Tiba-tiba Eljiah datang membawa sandwich dan juga jus jeruk ke hadapan Liam.

Liam mengangguk dan memakannya dengan lahap tanpa mempedulikan tatapan heran dari sahabat-sahabat Oliver.

"Apa?"

"Apakah dia sudah menerima Liam?" tanya Henry berbisik. Dia takut jika Eljiah mendengarnya.

"Entahlah. Aku pun tidak tau. Manusia satu ini memang aneh. Ngapain deket-deket adikku? Apa kau merebutnya dariku huh?" Oliver terlihat blak-blakkan saat melihat Eljiah.

Liam menatap Oliver. Dia sedikit heran, ada apa dengan kakak nya yang satu itu?

"Kak, kenapa?" tanyanya dengan tetap mengunyah sandwich-nya.

"Sudah, tidak usah didengarkan. Makan makananmu, baru kembali ke kelas. Nanti pulang kau akan bersamaku." Eljiah mengusap kepala Liam lembut lalu pergi begitu saja.

"Hah? Apa dia baru saja tersenyum?" Levi benar-benar tak percaya dengan kakak dari sahabatnya itu. Sepengetahuannya, Eljiah sangat dingin, bahkan ia tidak pernah melihatnya tersenyum.

"Dia sudah gila." Oliver menatap Liam tajam. "Kau ... jangan dekat-dekat dengannya."

"Ck, kau terlalu posesif Oliver. Eljiah juga kakaknya. Jadi wajar jika mereka dekat." Henry terkekeh kecil melihat ekspresi sahabatnya itu.

"Diam saja kau Henry! Alex, lebih kau buang saja sepupumu itu. Mumpung tong sampah di sana masih kosong." Oliver menatap Henry tak suka.

"Kau cerewet sekali kak." Liam pergi begitu saja meninggalkan meja itu.

"Hayooo ... Liam marah. Mampus deh ... pasti nggak mau lagi sama Oliver. Hayah, mending sih. Soalnya kalo sama Oliver kan bakalan gesrek nanti. Mending sama Eljiah aja, lebih waras." Henry langsung kabur meninggalkan kantin, takut jika Oliver akan mengamuk nantinya.

"HENRY SIALAN!" Oliver berteriak keras membuat siswa-siswi memandangnya aneh.

"Kau membuatku malu Oliver." Levi sedikit tertunduk karna malu. Semua mata menuju ke arah mereka.

"Lebih baik kita pergi saja. Daripada malu setengah mati." Alex berdiri lalu pergi meninggalkan teman-temannya itu diikuti oleh Lebih setelah pamit kepada Oliver.

Oliver masih tetap di tempat duduknya. Dia menatap tak suka meja makan itu.

"Jika kalian semua pergi. Lalu siapa yang bayar semua ini syalan!" Oliver kesal sendiri dibuatnya.

****

"Kau tidak apa-apa?" tanya Eljiah kepada Liam yang duduk di sampingnya.

Eljiah tadi sengaja menyuruh salah satu sopir keluarganya untuk mengantar mobil ke sekolah. Jadilah mereka sekarang naik mobil berdua.

Bodyguard? Yah mereka tidak ada. Dengan berbagai ancaman Eljiah buat agar mereka berhenti mengikutinya. Yah, berhasil.

"Tidak." Liam menggeleng kecil. Dia menatap jalanan di depan sana yang tampak ramai.

"Baiklah jika begitu. Jika masih ada yang ingin kau lakukan, katakan padaku. Aku akan membantumu." Eljiah mengusap rambut lebat Liam dengan lembut.

"Terima kasih. Terima kasih karna sudah membantuku. Kau meletakkan bom itu dengan baik. Sekolah itu bahkan tidak ada bentuk lagi. Semuanya ... mati." Liam kembali menerbitkan senyum manisnya.

"Tentu saja. Aku memang ahlinya bukan? Maka dengan itu, kau harus melibatkan aku." Eljiah terlihat menyombongkan dirinya.

"Yayaya, kuakui kau memang hebat." Liam pasrah dengan kesombongan pemuda itu.

"Ck, sudah kubilang panggil aku kakak! Kau harus sopan padaku." Eljiah benar-benar kesal. Waktu itu ia sudah pernah meminta itu, tapi Liam malah acuh tak acuh.

"Baiklah-baiklah, Kak Eljiah. Apa kau puas?"

"Tentu. Tentu saja adikku. Baiklah, karna kau sudah membuatku senang, aku akan mentraktirmu ice cream." Mata Liam langsung berbinar.

"Yey, ice cream!" ujar Liam riang. Dia memang sangat menyukai ice cream. Ia pertama kali memakannya karna pemberian Eljiah.

"Sepertinya kau sangat menyukainya?" Eljiah terkekeh kecil melihat tingkah lucu Liam.

"Tentu saja. Ice cream sangat enak, aku sangat menyukainya. Terima kasih karna sudah memberikannya padaku waktu itu Kak." Liam menatap Eljiah sambil berkedip-kedip.

"Berhenti berkedip. Ayo turun! Kita akan makan ice cream di restoran itu!" Eljiah turun terlebih dahulu lalu diikuti oleh Liam.

"Apa di sini ada ice cream?" tanya Liam heran. Ini adalah sebuah restoran Italia, apa mungkin ada ice cream di restoran seperti ini?

"Tentu saja ada. Ice cream mereka sangat enak. Aku pastikan kau akan sangat menyukainya." Eljiah menyuruh Lian duduk di tempat yang sudah ia booking sebelumnya.

Liam hanya mengangguk saja. Dia sangat tidak sabar.

Eljiah memanggil pelayan dan memesan dua mangkok ice cream coklat dan vanila.

Setelah menunggu beberapa menit, ice cream mereka tiba. Liam terlihat sangat menyukainya. Ia bahkan seperti anak kecil saat ini.

"Makanmu sangat belepotan." Eljiah hanya terkekeh melihat tingkah adiknya itu.

Ia sangat bahagia. Akhirnya dia bisa dekat dengan adiknya itu. Ia bersyukur karena sudah merendahkan dirinya hanya untuk bertemu dengan adiknya itu saat itu.

Flasback on ....




Tbc-




****

Gimana kabar kalian?

Jangan lupa vote yah!!

Arigato!

Semoga kalian sehat selalu.

😉😃

Tbc-

About Azure ✓ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang