Bab 36

11K 1.2K 18
                                    

Jangan cuma dibaca doang dong. Vote juga lahhh....

****

"Apa yang sedang kau pikirkan hm?" tanya Eljiah kepada Liam yang tengah termenung.

Mereka berdua saat ini berada di balkon kamar Eljiah. Liam memang sudah sering berkunjung ke kamar Eljiah.

"Aku salah. Aku salah membunuh orang kak." Liam tertunduk. Ia menangis sesenggukan.

Sedari tadi itu mengacaukan pikirannya.

"Apa maksudmu hm?" Eljiah sedikit bingung. Ia langsung memeluk Liam erat. Dia berusaha menenangkan adiknya itu.

"Aku salah. Kupikir wanita itu yang membunuh ibu. Ternyata bukan. Yang membunuh ibu itu adalah kembarannya. Wanita itu menyuruh kembarannya untuk membunuhku. Aku ... membunuhnya kak." Liam semakin menangis.

Liam baru saja mengetahui semua itu. Ia melihat wanita yang sama, tapi ia yakin bahwa ia sudah membunuhnya. Tapi setelah ia cari tau, ia langsung mendapatkan semua kebenarannya. Kini ia sangat-sangat merasa bersalah dan menyesal.

Balas dendam yang ia lakukan salah orang.

Sedangkan Eljiah langsung memeluk erat adiknya itu. Dia ikut merasakan kesedihan adiknya itu.

"A-aku juga membunuh janin yang ada di rahimnya. Aku membunuh makhluk yang tidak bersalah kak." Eljiah kaget mendengar pengakuan adiknya itu.

Ia tau betul apa yang dirasakan oleh adiknya ini. Ia pasti tengah berada dalam fase penyesalan terbesarnya.

"Tidak. Kau tidak membunuhnya. Tapi kembarannya lah yang sudah membunuhnya okay? Jangan menangis lagi. Kakak akan marah jika kau menangis seperti ini. Adik kakak tidak boleh lemah okay? Adik kakak yang imut ini pasti bisa. Jangan menangis lagi yah ...." Eljiah mengusap air mata Liam dengan jari jempolnya.

Eljiah tersenyum. "Senyum dong. Biar makin ganteng. Adik kakak harus senyum terus."

Liam sudah sedikit tenang. Untung saja ada Eljiah di dekatnya.

"Terima kasih kak." Liam kembali memeluk Eljiah. Eljiah tersenyum kembali, entah kenapa perlakukan Liam semakin hari membuatnya semakin bahagia.

"Aku menyayangimu Liam. Apapun untukmu akan aku lakukan. Semuanya." Eljiah mencium puncak kepala Liam lembut.

Mendengar ucapan Eljiah kembali membuat Liam mewek. Ia kembali menangis.

"Eh, kenapa menangis?" Eljiah terkejut mendengar suara isakan di dekapannya.

"Kamu tidak salah okay? Adik kakak jangan menangis lagi yah. Kamu tau kan apa yang harus dilakukan? Kakak akan membantu kamu." Eljiah menarik Liam dan langsung mengusap air mata itu.

Ia tak suka melihat air mata itu ada di pipi adiknya.

"Membunuhnya." Jawaban Liam membuat Eljiah tersenyum lebar.

"Betul. Ini baru adiknya kakak. Sat set sat set. Ingat, ada kakak dan masih banyak lagi yang sayang sama kamu." Entah kenapa Eljiah semakin menyayangi anak itu.

"Terima kasih kak. Terima kasih untuk semuanya. Kau adalah kakak terbaikku." Liam mencium pipi Eljiah. Hal itu membuat Eljiah sedikit salah tingkah.

Ia sangat senang mendapat perlakuan manis itu. Ia bahagia. Sangat bahagia.

"Tentu saja aku adalah kakak terbaikmu." Eljiah menjawab dengan pedenya.

Eljiah bahkan langsung memeluk Liam erat. Ia tak lagi takut, atau bahkan ingatannya tentang cekikan itu pun sudah menghilang.

"Sayang Liam banyak-banyak." Eljiah bahkan memberikan beberapa ciuman di pipi sang adik.

"Sayang kakak juga." Liam terkekeh kecil.

"Jadi rencana adek apa hm?" tanya Eljiah mulai merenggangkan pelukan mereka.

"Liam mau wanita itu mati." Beberapa kata itu membuat Eljiah tersenyum.

Entah kenapa ia jadi suka membunuh. Ia sangat menyukai hobi adiknya itu.

Ia yang dulunya takut darah, sekarang tidak lagi. Entah keberanian darimana yang ia dapat. Liam membuatnya lebih berani.

"Tentu itu akan terjadi. Kakak akan membantumu. Mari kita bunuh wanita itu." Eljiah berseru semangat.

"Kakak keknya udah pintar bunuh orang." Liam menatap kakaknya itu tanpa berkedip.

"Kan adek yang ngajarin." Eljiah yang tak ingin disalahkan pun menyalahkan adiknya itu kembali.

"Ck, malah nyalahin Liam." Liam memutar bola matanya malas.

"Iya lah, orang adek yang ngajarin kakak. Kalo nggak, kakak mana berani."

"Iya deh, Kakak penakut."

"Ish, iya deh."

Mereka terus berbincang-bincang hingga larut malam. Mulai dari hal tidak penting sampai hal yang sangat tidak penting. Sangat random.

Liam terlihat bahagia jika sedang bersama Eljiah. Dia bahagia juga jika bersama Oliver, namun dia tidak menjumpai vibes yang seperti ini di Oliver.

Oliver lebih ke sikap seorang kakak yang manja. Sedangkan Eljiah pembawaannya dewasa, jadi dia lebih suka dengan Eljiah.

"Kita bobo yah? Udah malem." Eljiah menggendong Liam masuk ke kamarnya. Di balkon sudah mulai dingin.

Eljiah menyelimuti tubuh Liam dengan selimut tebalnya, ia tak mau adiknya itu sampai jatuh sakit.

"Sini kakak peluk." Eljiah juga ikut tidur di samping Liam dan memeluknya erat.

"Selamat malam adek." Eljiah mengecup pipi Liam dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Malam kakak." Liam sangat nyaman dengan pelukan hangat Eljiah. Ia berterima kasih karena Tuhan sudah menyadarkan kakaknya itu. Jika tidak, ia tak akan pernah merasakan kenyamanan seperti ini di kehidupannya yang dulu maupun sekarang.

Membahas kehidupannya yang dulu, ia menjadi penasaran. Bagaimana keadaan Jon saat ini? Apakah dia baik-baik saja. Apalagi tubuhnya yang dulu sudah mati. Apa dia yang mengurus mafia nya?

Hah, apakah ia masih bisa berjumpa dengan Jon? Dengan tubuhnya yang baru ini?

Beberapa saat lalu roh Liam menghampiri dirinya di dalam mimpi. Roh Liam memang sudah mati dan tidak bisa kembali lagi.

Azure hanya diam saja ketika Liam menceritakan segalanya. Semua keluh kesahnya. Ia juga tau kebenaran semuanya dari roh Liam.

Di sisi lain Azure berterima kasih kepada Liam karna sudah memberikan tubuhnya padanya. Dengan begitu ia juga bisa merasakan kasih sayang.

Liam memang iri dengan Azure, namun apa boleh buat, ia tak bisa kembali lagi ke tubuhnya. Yang paling penting ia juga bahagia melihat kehidupannya yang sudah diterima oleh keluarganya. Itu sudah cukup membuatnya tenang dan berterima kasih kepada Azure.

Sejak saat itu roh Liam benar-benar menghilang. Azure sangat bersyukur dan mulai menjalani hari nya menjadi seorang Liam.

Walau sebenernya ia takut jika seseorang tau jika bukan Liam yang ada di tubuh itu. Melainkan orang lain.

Levi?

Apa mungkin pria itu tau?

Tbc-

****

Jangan lupa vote dan follow akun ini!!!

About Azure ✓ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang