Bab 32

13.8K 1.5K 71
                                    

"Argghh...." Entah sudah berapa hari James mengurung diri. Dia terlihat sangat kacau.

"Apa kau tidak akan makan huh? Lihat tubuh tua mu itu?!" Noah terlihat sangat kesal dengan anak pertamanya itu.

"Ini semua karna Papa. Papa ngerebut Olivia dari aku. Sekarang...aku gak bakal bisa ketemu sama Olivia lagi." James tertunduk. Nasib pria itu sangat menyedihkan.

"Papa sudah berapa kali minta maaf sama kamu, James. Kamu minta kamu tidak mau nikah? Papa kasih. Papa gak pernah maksa kamu nikah sama yang lain. Karna Papa tau kalo Papa itu salah. Tapi bukan gini caranya James, kejadian itu sudah lama terjadi. 15 tahun yang lalu. Apa yang harus Papa lakuin? Mau Papa mati sekalipun nggak akan ngidupin Olivia bukan?" Noah tak habis pikir dengan putranya itu. Bukan hanya dia yang ditinggal mati, tapi dirinya juga ditinggal mati.

"Tapi...gak ada gunanya James hidup lagi, Pa. Semuanya udah sia-sia. James capek, Pa." James mengambil gelas yang di sebelahnya dan melemparkannya asal.

"Jadi kamu mau apa? Mau mati? Silakan! Kamu mati saja, supaya kamu bisa ngejar Olivia di alam sana! Papa gak ngelarang kamu, karna anak Papa masih banyak. Masih ada tiga lagi. Jadi Papa gak akan kesepian. Karna hidup Papa masih harus berlanjut, Papa harus hidupin adik-adik kamu." Noah memang begitu, sudah cukup dia menahan James untuk terus hidup.

Sedari dulu James selalu melakukan hal aneh untuk mengakhiri hidupnya. Namun Noah terus menolong dan menyelamatkannya. Namun, semakin lama ditahan, dia malah terlihat seperti menyiksa anaknya itu. Dia tidak tega melihat hidup James yang seperti itu, jadi ketika ia berpikir kembali, sepertinya lebih baik membiarkannya mati.

"Terima kasih dan selamat tinggal."

Dorr....

James langsung menembakkan kepalanya dengan pistolnya sendiri. Dia terjatuh ke lantai dengan lumuran darah di mana-mana.

Noah menatap mayat putranya itu sedih. "Kau sudah lama terluka. Sepertinya lebih baik melihatmu mati seperti ini. Semoga kau bahagia di sana."

Noah langsung menyuruh anak buahnya untuk mengubur James dengan layak. Seluruh keluarga berkabung mendengar kematian James. Orang tua Noah juga paham dengan keadaan cucunya itu, jadi mereka tidak menyalahkan siapapun tentang hal ini.

Kematian James benar-benar di luar dugaan adik-adiknya. Mereka menatap gundukan tanah itu tak percaya. Kakak pertama mereka sudah mati. Bahkan mereka tak sempat untuk melakukan hal-hal menarik akhir-akhir ini. Bahkan mereka tidak saling bicara ataupun sekedar berjumpa.

"Sudah. Kita pulang." Noah menyuruh anak-anaknya itu untuk masuk ke dalam mobil.

Mereka tetap diam dan mengikuti perintah Noah. Entah kenapa, mereka terlalu malas untuk berbicara.

"Besok kalian akan masuk ke sekolah baru. Jangan berbuat ulah. Terutama kau Liam, jangan membully di tempat umum. Jangan membuatku susah untuk menghapus video-video yang kau buat di internet." Noah membuka suara terlebih dahulu untuk memecahkan keheningan yang terjadi di dalam mobil itu.

"Anda tidak perlu susah, Tuan. Tidak perlu dihapus, karna saya tidak akan memakai nama Christopher untuk semua yang saya lakukan." Liam menjawab seadanya.

"Diam. Tutup mulutmu. Berhenti memanggilku Tuan dan berhenti bertindak seperti seorang pelayan!" tekan Noah menatap tajam jalanan di depannya.

"Bukankah saya dilahirkan untuk seperti itu?" Liam menatap datar pria yang tengah menyetir itu.

Noah mengehentikan mobilnya di pinggir jalan. "Apa maksudmu?!"

"Ibu saya adalah seorang pelayan di sebuah cafe. Jadi sepertinya saya juga dilahirkan untuk bertindak seperti itu bukan?" Liam kembali memainkan aksinya. Entah kenapa ia suka ini.

"Berhenti berucap seperti itu putraku! Kau adalah putraku dan akan tetap seperti itu. Ingat itu! Jangan pernah menyebut dirimu pelayan." Rahang Noah mengeras, terlihat jelas jika ia tengah marah.

Sedangkan Oliver dan Eljiah hanya diam. Sebenarnya Oliver hendak membuka suara, tapi Noah langsung menatapnya tajam.

"Yayaya. Terserah anda saya, Tuan." Liam terlihat jengkel dengan pria tua itu.

"Liam!" bentak Noah keras. "Apa kau mau dihukum huh?!"

"Tidak. Tentu saja tidak." Liam bergidik mengingat dulu kakinya dicambuk oleh Noah. Itu sangat lah sakit.

"Sudahlah, Pa. Jangan berdebat sekarang." Eljiah yang terlihat kesal dengan Noah pun mengehentikan perdebatan yang tak akan selesai itu.

"Ck...." Noah berdecak dan kembali menjalankan mobilnya.

Kini kesunyian yang ada di mobil itu. Oliver juga terlihat langsung memeluk Liam setelah mobil itu kembali berjalan. Ia meletakkan kepala Liam di dalam dekapannya.

Eljiah menatap Oliver tak suka. Entah kenapa dia tak suka melihat kedekatan mereka.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Oliver pada Eljiah yang langsung mengalihkan pandanganya ke arah lain.

"Tidak." Eljiah mendengus.

Oliver kembali diam. Dia lebih memilih untuk mengusap kepala Liam yang sudah tertidur di dalam dekapannya.

-Tbc

****

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA.

JANGAN LUPA BACA CERITA ZEKE DAN BABYRIEL YAH!!!

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN PENULIS JUGA!! BIAR MOOD NULISNYA.

TBC-

About Azure ✓ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang