Raisha POV
Aku mulai memasuki arena jurit malam yang kubenci ini. Lima langkah dari pintu masuk terdengar suara.mengerikan.tapi aku tetap melangkah dengan pasti. Kuperhatikan kanan-kiri tak ada siapa-siapa selain pepohoan yang kupikir sudah sangat tua. Langkah ku terhenti ketika melihat sesosok putih dihadapanku yang sedang memunggungiku.'apa ini?!' Seketika ia membalikan tubuhnya seolah mengetahui keberadaanku.arghh. aku teriak sekuat kuatnya saat melihat sesosok putih tersebut menampakkan wajahnya yang sangat mengerikan!Segera kuberlari menuju pos selanjutnya. Dan langkahku melambat saat mendengar suara seperti memanggil namaku. Sontak aku menutup telinga ku rapat-rapat tetapi nihil suara tersebut terus memanggil namaku dan aku juga mendengar suara tertawa kecil dari atas pohon tetapi aku tak berani menatapnya.
Aku berlari kecil menuju pos selanjutnya dan tak kusangka pos tersebut didepan kamar mandi yang sudah..tak perlu dijelaskan!. Entah kenapa tubuhku menjadi terasa dingin dan dengan cepat kulingkarkan tanganku mendekap tubuhku erat-erat 'mungkin karena cuaca disini'. Dan tiba-tiba!!! Seseorang entah siapa dari belakangku menepuk pundakku pelan sontak membuat ku menjerit. Aku berlari sekuat tenaga tanpa melihat siapa orang tersebut dan... "awhhh" kakiku tergelincir tanah basah dan aku terjatuh. Aku terus memegangi lututku yang benar-benar merah. Aku ingin menangis tetapi apa gunanya? Alhasil aku hanya bisa meringis kesakitan memegangi lututku yang memar sambil terus berjalan menuju pos selanjutnya.
Sambil berjalan, aku terus memegangi lututku dan tetap memeluk tubuh kecil ku yang dingin. Sampailah aku di pos terakhir, disini benar-benar sepi dan sangat jauh dari tempat masuk. Aku melihat sekeliling dan menemukan sesosok sedang duduk dikursi tak jauh dari tempatku berdiri sambil memegangi tongkat dan ia juga memakai kacamata hitam. Mataku sedikit buram sehingga susah menebak orang tersebut. Tubuhku seketika kaku dan tak bisa berteriak lagi karena suaraku habis.please tidak untuk yang satu ini.
Jalan keluar arena berada di belakang kursi yang diduduki oleh sesosok tersebut dan untuk keluar dari sini yaitu harus melewati sesosok tersebut. Aku tak mau melakukan ini! Aku terlalu takut. Tubuhku sudah sangat lemas dan badanku menggigil.tuhan tolong aku.
Aku melihat jalan disampingku entah arah kemana dan instingku berkata itu jalan pintak yang tepat alhasil aku mecoba menelusuri jalan tersebut daripada aku harus menemui sosok tersebut. Aku berjalan langkah demi langkah. 'Seperti nya ada yang mengikutiku' Sontak aku berlari lebih kencang dan orang dibelakangku mengikutiku lebih cepat. Dan ia berhasil mendapatiku.
"Heh!" Ucapnya. Dan aku berbalik badan melihat sesosok yang tadi duduk dikursi berada dihadapanku.
Aku hanya bisa berdiam diri. Bagaimana tidak? Aku benar benar takut kegelapan dan hantu!
"KENAPA KAU BERJALAN KESINI? KAU TAK TAHU? INI SUDAH SANGAT JAUH DARI VILLA KU!!" bentaknya dan aku berhasil menebak orang itu Harry, tetapi tetap saja aku tidak ingin melihat wajah seramnya yang sudab didandan itu.
"Aku begitu takut" ujarku pelan menunduk.
"YA TAK SEHARUSNYA KAU KESINI! DAN SEKARANG BAGAIMANA?! AKU TAK TAHU ARAH KE VILLA!" Bentaknya lagi. "Maksudku aku sudah lupa karena bertahun tahun tidak di villa ini"
"Lalu bagaimana?" Aku melototkan mataku kaget.
"Tak tahu" ucapnya. "Coba ikuti aku"
Aku mengikutinya, posisi kami bersampingan.
****
Kami terus berputar mencari jalan keluar dan nihil tidak ketemu.
"SEKARANG BAGAIMANA, HAH?!" Tanyanya geram. Dan aku hanya diam kaku.
"Terserah padamu lah" ujarnya seraya meninggalkanku. Aku terduduk lemas diatas tanah dan tiba-tiba senterku mati! Dan sekarang gimana? Benar-benar gelap dan tak ada tanda-tanda kehidupan. Aku benar benar menyesal.sangat menyesal. Aku terus memeluk tubuhku yang sangat dingin, sekarang aku hanya ingin cahaya dan kehangatan.
Harry POV
Aku pergi meninggalkan Raisha dibelakangku. Dan semakin lama aku tak tega saat melihat dari kejauhan ia terlihat menggigil, sontak kubalikkan badanku lalu berjalan kearahnya. Aku membuka jaket kulitku dan sekarang yang tersisa hanya kaos hitam. Kuletakkan jaket tersebut ke badan kecil Raisha dari belakang dan kulihat ia kaget lalu menoleh kebelakang.kearahku."Kau kedinginan" Ujarku.
"Terimaka-sih"
"Maaf, aku telah membentakmu tadi. Sumpah aku tak bermaksud"
Ia hanya mengangguk. "Lalu sekarang? Apa kau tahu gimana?"
Tiba-tiba terlintas ide diotakku 'telfon saja Zayn idiot!' Segera kubuka hape ku dan menelfon Zayn. "Aku baru ingat ini didalam hutan dan tak ada sinyal. Oh tidak!" Geramku.
"Oh god!" Ujar Raisha. "Hmm, bisa kau hidupkan senter dihape mu? Aku butuh penerangan"
"Tetapi disini terang, ada bulan dan banyak bintang"
"Tetap saja aku takut" Ujarnya dan segera kuhidupkan senter dihape ku. "Terimakasih"
Zayn POV
Aku terus khawatir kepada Raisha karena ia tak kunjung balik, padahal Niall, Louis dan Liam.terkecuali Harry.sudah balik."Harry mana?" Tanyaku
"Aku tak melihatnya" Ujar Louis.
"Kami juga" Ucap Niall dan Liam.
"Lalu, apa kalian melihat Raisha?"
"Terakhir ku liat tadi di pos ku yang ketiga, setelah itu tak tahu lagi" Ujar Louis.
'Bagaimana ini? Kalau sesuatu terjadi pada Raisha bagaimana?! Hmm, apa jangan-jangan ia bersama Harry? Tapi kalau tidak?!'Raisha sudah 2jam lebih tak kunjung balik. Dan semua orang sudah kembali ke villa kecuali Liam.
"Apa aku harus mencari mereka?" Tanyaku
"Oh, sekarang bukan waktu yang tepat Zayn! Kuyakin Raisha sekarang sedang bersama Harry dan pasti mereka tak apa selagi ada Harry yang melindunginya" jelas Liam
"Kalau mereka tak bersama?!" Geramku
"Ku yakin mereka bersama" ujar Liam lagi. "Ayo, kita balik ke villa, tak lama lagi mereka pasti balik"
"Aku tak mau"
"Kau harus mau!"
"Aku tak mau!"
"ZAYN!" teriak Liam dan mau tak mau aku harus mengikuti ucapan Liam lalu pergi menuju villa.
Di villa, aku terus menunggu mereka sambil duduk di minibar milik Harry.
"Ayolah kawan, jangan terlalu cemas begitu" Ujar Louis yang tiba-tiba duduk disampingku.
"Bagaimana tidak cemas Lou?" Ucapku pelan
"Kau harus positive thinking Zayn, percayalah padaku mereka tak apa, apa lagi Raisha dia perempuan kuat" ujar Louis lagi. "Nih minum dulu"
Aku hanya mengangguk dan menerima wine yang ia beri, segera kuteguk lalu menuju ruang tv.bisa disebut ruang berkumpul. Tak lama kepala ku sangat pusing dan berat, dan entah dorongan dari mana aku tertidur di sofa ruang tv tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss You
FanfictionAnd if you You want me too Let's make a move, yeaah So tell me girl if everytime we Touch You get this kinda rush Let me say yea a yeah a yeah yeah a yeah If you don't wanna take this slow If you don't wanna take me home Let me say yea a yeah a yeah...