I. Chapter 18 : Renggang

28 5 0
                                    


Setelah Nenek Teratai berkata begitu, Bai Lianhua jadi tidak fokus latihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Nenek Teratai berkata begitu, Bai Lianhua jadi tidak fokus latihan. Wanita tua itu juga sudah tidak mendampinginya latihan dan Bai Lianhua lengah dalam beberapa teknik. Denghou sempat protes sedikit kenapa sore itu ia nampak lengah dan tidak cekatan. Melihat tingkah adik seperguruannya aneh begitu, Denghou berniat menanyakannya malam ini. Tapi Bai Lianhua berencana pulang hari itu juga.

"Kenapa mendadak?" tanya Denghou mengamati Bai Lianhua menarik kuda dari kandang ke luar kediaman. Malam membentang cerah. Sesekali suara jangkrik saling bersahutan.

"Hanya butuh udara segar. Sudah hampir sebulan ini aku belum pulang, kan?"

Mereka berdua jalan ke depan gerbang. Tidak ada murid lain di luar bangunan. Semuanya sudah tidur di kamar masing-masing.

"Kak Denghou, apa hari ini nenek ada membicarakan sebuah mimpi aneh padamu?"

Denghou mengernyit tipis. "Mimpi aneh? Tentang apa?"

Gara-gara masalah tadi siang, Bai Lianhua jadi sedikit kecewa karena guru sekaligus nenek yang sudah ia anggap keluarga sendiri bicara seolah meremehkan niatnya. Entah apa karena mimpi aneh yang sempat disinggungnya membuat nenek teratai jadi terpengaruh, tapi hati Bai Lianhua sedikit pedih. Buat apa dia selama ini latihan dan membiarkan dirinya menghabiskan waktu lima tahun untuk belajar teknik penangkal ilmu hitam jika ia tidak benar-benar niat membantu membalaskan dendam Sekte Tengkorak? Bahkan sampai sekarang Bai Lianhua masih belajar ilmu penangkal itu.

"Bukan sesuatu yang penting." Bai Lianhua naik ke atas kuda lalu mengambil tongkat yang sedari tadi dipegang Denghou. Ia menatap kakak seperguruannya dari atas kuda.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanya Denghou yang selalu tahu masalah kecil yang terjadi pada dirinya. Bai Lianhua hanya tersenyum tipis.

"Masalah kecil. Bukan sesuatu yang perlu kau khawatirkan. Tiga hari lagi aku akan kembali. Kalau nenek bertanya aku ke mana, berikan aku alasan terbaikmu, ya!"

Belum sempat Denghou menyahut, Bai Lianhua sudah melecutkan tali kuda dan beranjak pergi.

Di tengah hutan, Bai Lianhua berkuda dengan pikiran penuh. Sambil menerjang tanah kering di sekitar Hutan Tengah yang rimbun, ia mengarahkan kudanya ke arah samping tebing. Lewat terowongan rahasia yang dibuat Sekte Bai supaya tidak lewat gerbang perbatasan Kota Li Ming. Karena letak Hutan Tengah sendiri sudah di luar cakupan Kota Li Ming—malah lebih dekat dengan Kota En Shu, Bai Lianhua memacu kudanya lebih cepat menerjang terowongan gelap.

Selama perjalanan, Bai Lianhua berpikir. Sebenarnya mimpi apa yang membuat nenek mendadak meragukannya begitu? Biasanya kalau Bai Lianhua izin pulang setiap minggu pun, dia terlihat santai-santai saja. Soal Bai Lianhua yang harus menempuh energi dalam tingkat tertinggi, ia sudah memikirkan itu baik-baik dan akan mencobanya pelan-pelan. Untuk mencapai energi dalam tertinggi tidak pernah semudah itu. Jadi wajar saja kalau tadi dia suka tidak percaya diri. Karena biasanya, para pendekar yang berhasil mencapai tingkat tertinggi itu, ke depannya akan mendapat banyak musuh yang berat.

Pendekar Lotus PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang