Dendam.
Apa yang orang-orang pikirkan ketika ia memiliki dendam? Apakah pedang yang menghunus dapat menyelesaikan itu? Apakah darah yang mengucur dari jantung seseorang dapat membayar semua kepuasan itu?
"Berani-beraninya! Wanita Lotus itu menyerang Organisasi Pendekar dan membakar hampir sebagian ruang bawah tanah!"
"Tapi kau tidak tahu betapa kuatnya dia! Kata orang-orang, dia bukan lagi berada di Energi Alam Bebas. Namun Tingkat Kelima—Energi Alam Tanpa Batas. Kau tidak tahu betapa mengerikannya kekuatan itu!"
"Walau dia seorang pembunuh, tapi rakyat miskin yang diselamatkannya banyak memuji dia. Itu sebabnya kita semua harus waspada. Bisa jadi Wanita Lotus itu hanya ingin membunuh para pejabat karena dendamnya di masa lalu!"
"Eh, kau tahu apa soal dendam itu, hah?"
"Rumor mengatakan, dulu ada seorang pendekar dari Sekte Lotus yang dibakar oleh Organisasi Pendekar. Pendekar itu adalah guru dari Wanita Lotus. Sampai sekarang wanita itu menyimpan dendam dengan membunuh para pejabat."
"Kenapa dia tidak menyerang langsung ke Organisasi Pendekar?"
"Benar. Kenapa malah para pejabat yang kena imbasnya? Kita tidak bersalah."
"Itu cara pembunuh menyebar teror! Hatinya sedingin es, tidak ada kelembutan lagi selain dendam yang mendarah daging."
Di balik atap, segerombolan pejabat dan pelajar memenuhi berita di papan pengumuman. Istana Kota malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Ketika tidak ada yang menyadarinya, di atas atap, seorang wanita berpakaian serba putih dengan kain bajunya yang berterbangan ke penjuru arah berdiri seperti burung hantu.
Telinganya mendengar. Matanya melihat. Tapi bibirnya bungkam.
"Eh-eh, apa kau merasa udara tiba-tiba berubah dingin?"
"Wah, benar. Ini masih musim panas. Kenapa mendadak—"
"Ada yang bilang kalau Wanita Lotus itu selalu membunuh orang-orang di musim panas demi mengenang gurunya yang dibakar dalam api panas. Meski begitu, sebenarnya dia orang yang dingin seperti es..."
Bibir wanita yang berdiri di belakang mereka menaik kecil. Dengan gerak gemulai, ia mengangkat kelima jari. Lima buah jarum es mengapit di empat jari, lalu dengan santai ia melemparkan jarum itu ke papan pengumuman. Beberapa pejabat dan pelajar yang sedang berkumpul tadi berseru kaget. Matanya melotot, melihat ke jarum es yang perlahan-lahan membuat permukaan papan membeku. Mereka berpaling ke belakang.
"Terima kasih atas penjelasannya. Kalian semua benar!"
Dengan ringan, Bai Lianhua terbang melesat ke bawah, menghunuskan belati mematikan di malam musim panas yang terasa dingin.
*
Sepuluh tahun sejak kematian Nenek Teratai membuat hidup Bai Lianhua—jauh berubah drastis.
Pondok kecil di rawa sudah diratakan, Yao Yupan—sang ibu yang masih bekerja di toko tembikar sudah jarang ia kunjungi, terlebih... perguruan Sekte Bai dan Sekte Macan Salju. Sejak kematian Nenek Teratai, tidak ada warna lain dalam hati Bai Lianhua selain hitam. Dunia terasa lebih dingin dan gelap. Lebih menyedihkan daripada sebuah kesepian, dendam yang tidak terbalas adalah luka tak kasat yang terus melebar.
Sejak kematian Nenek Teratai juga, Bai Lianhua menetap di pinggir Istana Kota dan memantau setiap pergerakkan Bai Naxing.
Sepuluh tahun berlalu, dalam rentang waktu itu juga, kehidupan adik tirinya itu sudah berubah pesat. Pernikahan yang dilaksanakannya, bertepatan dengan hari di mana Nenek Teratai dibakar. Momen yang sampai sekarang tidak akan pernah Bai Lianhua lupakan. Bagaimana rasa sesak yang membeku, berubah menjadi setajam luka. Menggores jantungnya dalam-dalam hingga ia sendiri tidak sadar kalau kesedihan menenggelamkan dirinya menjadi sosok yang berbeda.
Bai Lianhua menukar semua hanfu putihnya, mengubah penampilannya menjadi lebih gelap dan suram. Mengubah identitasnya dan berkeliling setiap malam untuk memantau ketidakadilan. Setidaknya, selama lima tahun berjuang melawan kesedihan dan luka, Bai Lianhua melampiaskan itu semua dengan membunuh.
Di sekitar Istana Kota, banyak sekali para pejabat yang tidak tahu diuntung. Selama Bai Lianhua tinggal, ia mengenal Kaisar Li Minglao tidak sekeji Li Gongyi pada beberapa dekade lalu. Meski Kaisar Li Minglao jarang muncul di antara rakyat, malah lebih sering Bai Naxing yang mewakili wajahnya, tapi Bai Lianhua tahu kalau kaisar itu tidak gila harta.
Tidak seperti Bai Naxing.
Karena sering memantau rumah-rumah pejabat, Bai Lianhua sering mendengar kalau para pejabat lebih senang bekerja sama dengan permaisuri ketimbang kaisar. Bagi mereka, kaisar yang sekarang sulit disentuh dan selalu sibuk dengan beberapa pembangunan. Istana Rakyat, yang baru dibangun lima belas tahun yang lalu itu ternyata hasil karya Li Minglao. Sejak kecil, Kaisar Li Minglao selalu peduli terhadap rakyat kecil. Itu sebabnya ia membangun Istana Rakyat, tempat para rakyat kecil bisa langsung berkomunikasi dengan para kekaisaran.
Sayangnya, karena sibuk mengurus negara, kaisar jarang muncul dan Bai Lianhua malah lebih sering menemukan Bai Naxing yang menunjukkan muka. Dengan lembut dan anggun mengayomi semua rakyat seolah mereka semua adalah orang yang dikasihi.
Padahal...
Itu semua hanya topeng.
Jika dulu Bai Naxing melakukan itu terhadap ayahnya, maka sekarang melakukannya untuk semua orang. Siapa yang tahan melihat iblis sekejam itu masih berkeliaran di sekitar kota ini? Bai Lianhua merasa kasihan karena tidak ada yang pernah tahu soal masa lalu Bai Naxing yang begitu kejam.
Setelah sepuluh tahun menyelidikinya sendiri, ternyata dulu, sebelum Gao Renwei pindah kekaisaran, ia sempat membayar semua orang di sekitar Istana Kota untuk menutup mulut. Sifat Gao Renwei terang-terangan dan buruk. Ia tidak mau citra itu dibawa ke kekaisaran dan orang-orang menyebarkan itu. Maka dengan licik, Gao Renwei membayar semua orang untuk tutup mulut. Bahkan Paman Yu—yang sempat Bai Lianhua temui beberapa tahun lalu, yang mengiranya akan membeli toko kain Gao Renwei, mendapatkan nasib yang serupa.
Dalam kehancurannya, Bai Lianhua masih dengan cekatan mengumpulkan puing-puing dendam yang ia miliki lalu mengubahnya menjadi semangat. Ia berhasil menemukan banyak informasi lagi soal identitas lama Bai Naxing; yang ia menjadi wanita penghibur di Toko Arak dan Gadis Musim Semi, ibunya yang tukang marah-marah di toko, sampai kematian Gao Renwei. Semua itu secara rapi dirahasiakan dan ditutupi oleh Gao Renwei demi Bai Naxing mendapat suara rakyat.
Belum lagi Kaisar Li Minglao membiarkan Bai Naxing—sang permaisuri, mengurus masalah rakyat. Membuat semua orang jadi semakin mencintai Bai Naxing tanpa memedulikan masa lalu wanita itu. Malah, sejak pernikahan itu, banyak reputasi palsu yang dibuatkan untuk Bai Naxing. Bai Lianhua kadang terpukau terhadap bagaimana Gao Renwei merencanakan semua kepalsuan itu demi anaknya.
Sayangnya, Bai Lianhua sedikit kecewa karena sampai sekarang, Bai Naxing benar-benar tidak memedulikannya.
Berita tentang beragam pejabat yang mati dan hilang begitu saja sudah sering meneror warga sipil yang tinggal di sekitar Istana Kota. Organisasi Pendekar juga selalu berusaha menangkapnya, tapi dengan tingkat kultivasi Bai Lianhua, mereka tidak mudah menemukannya. Ibaratnya, untuk sekarang ini, Bai Lianhua dan para Organisasi Pendekar sedang bermain petak umpat. Entah siapa yang lelah, maka dia yang kalah.
Tapi yang terpenting, walaupun Bai Naxing berhasil membersihkan masa lalunya dan membuat reputasi palsu, Bai Lianhua masih punya bukti kuat mengenai dirinya. Beberapa tahun terakhir ini Bai Lianhua berpikir kalau mau melawan Bai Naxing, maka caranya bukan menggunakan bela diri.
Namun dengan kecerdasan.
Dan soal kecerdasan, Bai Lianhua tidak kalah dalam hal itu.
Sebuah rencana besar sudah diatur.
Dendam pasti akan terbalaskan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Lotus Putih
Fantasía(prequel Pendekar Naga dan Tuan Putri) Completed - Bai Lianhua, atau orang-orang mengenalnya sebagai Hei Lianhua; Wanita Lotus Hitam yang kejam dan dingin. Ia menebar teror dengan membunuh semua para pejabat dan petinggi negara yang bertindak semaun...