Bai Junhui meletakkan kertas kayu di bawah lentera lilin yang berpendar terang. Di depannya, Gao Renwei duduk dengan tegap dan tersenyum. Matanya memandang Bai Junhui yang sedang menggoreskan garis struktur wajah indah milik wanita itu. Sebisa mungkin tidak terdistraksi oleh betapa sempurnanya garis wajah Gao Renwei. Seumur hidup Bai Junhui melukis wanita—bahkan istrinya sendiri, hanya wanita ini yang punya struktur wajah secantik dewi.
Kuas menekan tinta hitam. Di atas kertas kayu itu, Bai Junhui sesekali memindahkan pandangan ke wajah Gao Renwei yang tetap tersenyum, memandangnya.
"Istrimu setuju begitu saja? Apakah kau yakin?" pertanyaan itu membuat Bai Junhui sedikit terusik. Tapi ia tetap profesional dan menjawab.
"Dia berpikir kalau kita semua pindah ke kota istana Li Ming."
"Lalu kau akan membiarkannya berpikir begitu?"
Bai Junhui meletakkan kuasnya dan menatap Gao Renwei. "Nona Gao, aku akan mengatakan yang sejujurnya pada dia malam ini setelah selesai melukismu. Bagaimana?"
Bukannya menjawab pertanyaan itu, Gao Renwei malah memiringkan kepalanya, menatap lurus, "aku tidak bisa. Setelah hari ini, aku tidak tahu apakah aku bisa kembali ke sini. Izin dari ayahku tidak terlalu mudah."
Tunduk pada kecantikan memang kelemahan Bai Junhui. Tapi untuk meninggalkan keluarganya yang sekarang hanya demi Gao Renwei, juga bukan sesuatu yang bijak. Dia tidak bisa meninggalkan putri semata wayangnya sendiri di sini, terlebih...
"Pikirkanlah, Tuan Bai. Kau tidak bisa selamanya bekerja di kampung kecil ini. Walau regenerasi ada, tapi tidak semua orang memintamu untuk melukis terus. Penghasilan yang kau dapatkan pasti akan lebih sedikit dan menurun seiring waktu. Percayalah, walaupun aku bukan anak pejabat, tapi aku paham bisnis seperti itu. Sementara kau, punya wajah dan karisma yang menarik untuk bekerja bersama kaisar. Aku punya banyak kenalan di sekitar istana, aku bisa membantumu bertemu dengan kaisar selama kau pindah ke kota istana Li Ming dan membuat namamu semakin menyebar di sana. Bagaimana?"
Penjelasan itu semakin membuat Bai Junhui terjebak pada dua jalan yang berbeda. Ia ingin sekali melebarkan sayap dan namanya di sekitar kota istana. Apa jadinya jika seluruh karyanya bisa sampai kekaisaran dan dihormati oleh semua orang? Bukan hanya harga dirinya yang melambung tinggi, tapi penghasilannya akan semakin menjanjikan. Dia juga bisa membawa Bai Lianhua ke akademi istana. Akademi di istana pasti lebih baik dan Bai Lianhua akan mendapat gelar pejabat dan hidupnya bisa lebih terjamin jika dia lanjut sarjana.
Jika bisa sampai sarjana, maka namanya akan tercatat di kekaisaran dan pasti mendapat pekerjaan dan masa tua yang menjanjikan.
Tentu saja Bai Junhui menginginkan putrinya mendapat kehidupan sejahtera seperti itu. Walaupun Bai Junhui selalu bangga dari hasil pekerjaannya melukis, ia sadar kalau tidak selamanya melukis menjadi perahu untuk menerjang masa tuanya nanti. Tidak ada kebahagiaan atas bersenang-senang dari melukis yang bisa membayar lapar perutnya.
"Kau benar, Nona Gao. Tapi... aku tidak tahu apakah aku layak untukmu. Aku bukan seorang pejabat atau sarjana. Aku hanya pelukis..."
Saat itu Gao Renwei sudah bergerak mendekat. Ia mengangkat satu tangan, lalu mengelus pipi Bai Junhui dengan lembut. Di bawah penerangan yang temaram, Bai Junhui bisa merasakan ada yang mengikat dari tatapan intens itu. Sentuhan lembut Gao Renwei begitu menghangatkan. Membuat Bai Junhui lagi-lagi teringat kalau ia tidak pernah merasa jatuh cinta seperti ini.
"Tuan Bai, aku tidak peduli pekerjaanmu apa. Aku mengagumimu dan mencintaimu. Sejak dulu, ketika aku melihat lukisanmu saja aku bisa merasakan denyut nadimu di sana. Kalau bukan karena kekuatan cinta, apakah aku bisa rela ke sini jauh-jauh dari istana kota Li Ming?"
"Apakah kau benar-benar merasa begitu? Tapi bagaimana bisa kau terdengar naif tapi juga tulus di saat yang bersamaan?" bisik Bai Junhui.
"Aku juga tidak tahu. Aku rasa sebagai sesama orang yang jatuh cinta, kau tidak butuh alasan untuk itu bukan?"
Bai Junhui percaya kalau ada kekuatan magis dari setiap momen jatuh cinta. Di bawah temaram, ia memandang wajah Gao Renwei begitu lembut dan putih. Seperti kudapan manis yang sering dibuat istrinya. Ia ingin sekali mencicipi bibir merah yang merekah milik Gao Renwei, tapi ia sadar, ia harus menahannya. Ini masih di ruang kerjanya, dan ia tidak mau istrinya menyaksikan pengkhianatan ini sebelum ia benar-benar menjelaskan semuanya—
Dari arah pintu, seseorang menjatuhkan cawan keramik hingga menabrak lantai dan pecah berkeping-keping. Bai Junhui terkesiap kaget dan ia bergerak mundur karena baru sadar ia sudah terlalu dekat menatap Gao Renwei. Ia langsung menoleh ke arah sumber suara, dan menemukan istrinya, Yao Yupan sedang berjongkok dan memungut makanan yang jatuh ke lantai.
"Aduh, maaf-maaf aku mengganggu kalian. Pintunya terbuka jadi aku tid—"
"Yao Yupan, kenapa kau tidak mengetuk?" sela Bai Junhui, sadar kalau ia sudah ketahuan. Jadi, daripada menyembunyikannya lebih lama, ia pun menarik napas dan menjelaskan semuanya sekarang.
*
Dengan gerak semberono, Yao Yupan memungut kue kembali ke tangannya sambil memungut pecahan keramik. Karena ruangan temaram, Yao Yupan tidak sengaja menyentuh permukaan tajam dan jarinya tertusuk ujung keramik. Seharusnya dalam keadaan normal ia akan panik dan memekik, tapi karena barusan ia mendengar perbincangan suaminya, rasa tegang, kaget dan sakit hati membekukan seluruh raganya.
"Aku akan langsung saja padamu kalau begitu."
Jantung Yao Yupan terasa mencelos. Ia menatap suaminya yang berdiri di ujung ruangan sambil mendekati wanita itu. Dalam samar-samar, pandangan Yao Yupan mulai buram oleh air mata. Tanpa suaminya menjelaskan pun ia sudah jelas tahu apa yang akan dikatakannya.
"Biarkan aku pindah ke istana kota Li Ming dan membangun karir di sana."
Yao Yupan bangkit susah payah. Sambil memegang ujung jarinya yang berdarah, ia menatap Gao Renwei di sebelahnya masih dengan senyum pura-pura. Hati Yao Yupan seolah dicabik-cabik. Ia tidak pernah dikhianati seperti ini. Kalau bukan karena perjodohan yang dilakukan nenek kakeknya dulu terhadap Bai Junhui, mungkin ia tidak akan bertemu pria ini. Mencintai seorang seniman tidak mudah, tapi selama ini Yao Yupan tidak main-main.
Ia melahirkan anak, membesarkan Bai Lianhua dengan tangannya sendiri. Ia mengurus pekerjaan rumah, merencanakan banyak sekali kehidupan keluarga untuk ke depan sementara suaminya sibuk bersenang-senang bersama lukisannya. Yao Yupan tidak marah. Ia senang dengan posisinya sekarang yang sibuk membesarkan anak dan mengurus suami. Bahkan ia pelan-pelan mulai merasakan jatuh cinta terhadap pria yang sama sekali tidak romantis itu. Hanya saja, begitu ia mendengar kata-kata itu keluar langsung dari mulut Bai Junhui, apakah Yao Yupan bisa menahan hatinya untuk tidak meringis sakit?
"Bukankah tadi maksud Nona Gao kita semua pindah ke istana kota?" pelan-pelan Yao Yupan berusaha tegar. Walau suaranya sudah bergetar, ia tahu kalau itu pertanyaan sia-sia. Ia hanya mengulur kenyataan yang sedang menerkamnya saat ini juga. Ia tidak percaya kalau ini akan terjadi sekarang—ia tidak ingin mengakuinya.
"Maafkan aku, Nyonya Bai... kesempatan itu hanya ada untuk Tuan Bai. Tapi, tenang saja, kau masih bisa menghubungi suamimu. Aku akan membantu—" ucapan Gao Renwei tertahan ketika Yao Yupan mengangkat tangan, menyuruhnya berhenti.
Dia mengangkat wajah, satu air mata menjatuhi pipi. Ia menatap Gao Renwei yang mengerjap prihatin seolah tahu rasanya sakit hati. Seharusnya Yao Yupan lebih waspada, seharusnya ia sadar kalau sejak awal, wanita ini adalah iblis berselimut sayap malaikat.
"Jangan katakan itu." Yao Yupan berbalik dan pergi dari ruangan itu. Dadanya sesak, tapi di belakangnya Bai Junhui menyusul.
***
Yuk di votes^^ jangan lupa masukin library ya biar ga ketinggalan update-nya. makasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Lotus Putih
Fantasi(prequel Pendekar Naga dan Tuan Putri) Completed - Bai Lianhua, atau orang-orang mengenalnya sebagai Hei Lianhua; Wanita Lotus Hitam yang kejam dan dingin. Ia menebar teror dengan membunuh semua para pejabat dan petinggi negara yang bertindak semaun...