"Kau yakin?" dari belakangnya, Yao Yupan mengikuti Bai Lianhua yang melangkah melintasi taman depan.
Malam sudah membentang, Bai Lianhua dengan pakaian sutra hitam dan jubah hitamnya berjalan penuh keyakinan dan mantap meninggalkan rumahnya. Dengan tongkat—yang sudah sepuluh tahun lebih menemaninya, ia berbalik dan menatap ibunya yang berkerut cemas.
"Kau jangan khawatir, bu. Kali ini aku tidak akan lama-lama. Pula, aku sudah lama tidak mengunjungi Sekte Bai dan Sekte Macan Salju. Ini sudah keharusanku menengok mereka."
Yao Yupan meraih tangan Bai Lianhua dan mengusapnya lembut. Ada sentuhan kekhawatiran sekaligus rasa bangga. Semakin lama, Bai Lianhua bisa melihat kerut dan flek yang muncul di kulit wajah ibunya. Yao Yupan mendongak untuk menatap Bai Lianhua.
"Aku tahu selama ini kau tidak pernah bisa melupakan kejadian sepuluh tahun yang lalu. Setiap hari kau sibuk berkultivasi sendirian, jarang pulang dan selalu membuatku khawatir. Tapi kau selalu berusaha tersenyum di depanku. Meskipun berat, tapi aku tahu kalau kau begitu ingin membalaskan dendam dan menghilangkan kerisauan hatimu."
Terkadang Bai Lianhua lupa kalau Yao Yupan adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Dengan penuh kewaspadaan, Bai Lianhua selalu menutupi reputasinya yang sering pergi ke Istana Kota untuk menyamar menjadi Hei Lianhua lalu memburu para pejabat tidak berguna. Membunuh mereka semua demi memuaskan hatinya. Jika sampai ibunya tahu, ia pasti akan dilarang untuk rencana malam ini.
Maka itu juga, Bai Lianhua akan merahasiakan rencana yang sebenarnya dan berbohong kalau ia akan pergi ke Sekte Macan Salju dan Sekte Bai.
"Xiao Hua, percayalah kata Nenek Teratai-mu. Bahwa mencari kepuasan tidak akan ada akhirnya, apalagi kepuasan itu adalah dendam."
Setelah berkata begitu, Bai Lianhua tersenyum dan mengangguk. Ia memeluk ibunya lalu naik kuda dan melesat pergi bersama angin.
Yang Bai Lianhua tahu, semakin beranjak dewasa, semakin mudah bagi kita untuk menipu semua orang. Apalagi menipu diri sendiri.
Bai Lianhua berkuda semalaman dan kembali ke Istana Kota. Kali ini ia tidak masuk melewati dinding tinggi penuh penjagaan itu. Ia menepi ke tebing di samping kawasan kota, tempat gubuk kecilnya berada. Di atas tanah, ia membentang peta.
Itu adalah peta ruang Organisasi Pendekar yang sudah ia data setiap hari. Satu per satu, rencana Bai Lianhua sejak sepuluh tahun yang lalu akhirnya terwujud pelan-pelan. Masa lalu Bai Naxing di lukisan hitam miliki ayahnya sudah diserahkan ke ahli. Ia tinggal menunggu kabar dari detektif Han Wu. Sementara malam ini, ia akan mengakhiri dendam yang sudah mendarah daging sejak lama.
Ia akan membunuh Bai Naxing.
Butuh berapa lama lagi ia berkultivasi untuk mengumpulkan tenaga dalamnya? Butuh berapa banyak senjata rahasia lagi yang harus ia persiapkan untuk melawan prajurit Organisasi Pendekar yang sudah pasti menghadangnya di depan kediaman Permaisuri di Istana Kota nanti?
Bai Lianhua tidak tahu. Tapi hatinya yang sudah sedingin batu es, kini sudah benar-benar yakin. Ia tidak akan mundur lagi. Banyak teknik kultivasi dan teknik tongkat serta pedang yang ia pelajari setiap hari. Meskipun sudah tidak berlatih di Sekte Macan Salju dan Sekte Lotus—terpisah jauh dari kabar kakak seperguruannya—Bai Lianhua tetap berhasil mencapai energi dalam Tingkat Empat. Tingkat Alam Bebas.
Umur Bai Lianhua sudah 31 tahun. Untuk melepaskan dendam memang tidak mudah, tapi ia menggunakan kekuatan itu sebagai inti batin dan keyakinannya. Baru dengan fokus, ia bisa masuk ke Alam Bebas.
Bai Lianhua mempersiapkan dirinya, mengangkut senjata-senjata dan berangkat ke Istana Kota.
Melintasi atap-atap kediaman yang gelap, sinar bulan berpendar terang. Angin malam sesekali berembus. Mengangkat rambut-rambut panjang Bai Lianhua yang diikat sepenuhnya menggunakan pita putih dan jepit bunga lotus perak. Di ikat pinggangnya, giok lotus putih pemberian Nenek Teratai tergantung dan ikut bergoyang-goyang seirama Bai Lianhua melompat dan berlari cepat.
Kediaman Bai Naxing ada di suatu tempat di dekat jantung Aula Li Ming. Terakhir kali Bai Lianhua mendaki dinding pembatas jantung istana, ia mengeluarkan Hujan Lotus Malam untuk meratakan dua puluh pemanah. Sekarang, dalam tingkat kungfu yang tinggi, Bai Lianhua bisa melewati itu semua seperti daun yang terbawa angin. Tidak dihiraukan dan tidak ada yang menyadari.
Melintasi Aula Istana Li Ming yang sepi, sesekali jangkrik mengisi keheningan. Bai Lianhua merunduk di antara atap, mengintai situasi. Tidak ada prajurit Organisasi Pendekar di sekitar sini. Mereka tidak mungkin tahu kalau Bai Lianhua akan menyerang sekarang.
Ketika ia berjalan beberapa menit dari Aula Istana Li Ming yang kosong, melewati beberapa atap jurai yang panjang dan meliuk, tibalah Bai Lianhua di kediaman Permaisuri yang ada di belakang Pagoda Istana Li Ming. Lokasinya sedikit tertutup. Kalau bukan karena ia yang sudah mengintai setiap hari selama sepuluh tahun, mungkin Bai Lianhua tidak akan tahu kalau Bai Naxing tidur dan istirahat di sini.
Dan wanita itu tidak pernah dijaga setiap malam.
Bai Lianhua mempersiapkan Jarum Benang Awan dari sakunya. Ia mengeluarkan kelima jarinya bersamaan jarum itu, bersiap hendak melempar, namun dari dalam, pintu kamar dibuka. Gerakannya tertahan. Seorang pria dan wanita keluar dari sana dan mengobrol pelan.
"Kau yakin Xiao Qi baik-baik saja? Dia biasanya sangat suka keramaian. Kalau mulai besok kau memisahkannya dari Akademi Istana, mungkin dia..."
Wanita yang memakai gaun tidur putih dengan rambut disanggul ke atas berjalan beriringan dengan pria yang memakai kain sutra hitam dengan jahitan ornamen berbentuk burung rajawali itu. Sekilas, Bai Lianhua langsung tahu kalau itu adalah Bai Naxing dan Kaisar Li Minglao.
Dari atas atap, Bai Lianhua kembali menguping.
"Jangan khawatir. Aku sudah membahas ini dengan Xiao Qi. Dia tidak ada masalah," sahut Bai Naxing lembut. Xiao Qi adalah nama putri mahkota. Li Lanqi. Terakhir kali Bai Lianhua melihat putri mahkota yang masih berusia sepuluh tahun itu di Istana Rakyat sedang menemani ibunya bertemu para rakyat.
Penampilan Li Lanqi cukup berbeda dari ibunya. Bagaimanapun, walaupun Bai Lianhua amat membenci Bai Naxing, tapi ia cukup percaya kalau putri mahkota sebetulnya lebih dekat dengan ayahnya ketimbang ibunya sendiri.
Setelah berbincang-bincang, seorang pengawal datang. Menjemput Kaisar Li Minglao dari kediaman permaisuri. Kediaman Bai Naxing sendiri tidak terlalu luas. Hanya ada satu kolam ikan lebar di samping taman dan sebuah paviliun tempat Bai Naxing biasa meminum teh. Beberapa pohon rindang memagari sisi-sisi bangunan. Jembatan kayu kecil memisahkan pekarangan dengan bangunan utama.
Begitu Bai Naxing melangkah tenang dan hendak memasuki ruangan, sebuah suara menghadang langkahnya. Ia menoleh ke samping, terdapat dua buah jarum perak yang berkilau terkena lentera. Ia menoleh ke arah atap, tapi ketika ia hendak menjerit, suaranya terputus dan Bai Lianhua sudah lebih dulu menotoknya hingga tak bersuara.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Lotus Putih
Fantasía(prequel Pendekar Naga dan Tuan Putri) Completed - Bai Lianhua, atau orang-orang mengenalnya sebagai Hei Lianhua; Wanita Lotus Hitam yang kejam dan dingin. Ia menebar teror dengan membunuh semua para pejabat dan petinggi negara yang bertindak semaun...