Selamat terkadang tidak selalu menyenangkan jika pada akhirnya harus ada kata "tinggal" yang menjadi pelengkap, sebab perpisahan adalah luka yang tak bisa sembuh dalam sekejap mata.•••
"Ara, kalau nanti ibu pergi kamu harus jagain adik kamu ya nak, kamu juga harus nurut sama kakak kamu. Patuh sama bapak, ibu percaya kok kamu wanita yang hebat"
"Ibu jangan bicara seperti itu, ibu pasti sembuh.."
Batin Amora menangis tatkala ucapan itu memenuhi ruang telinganya. Mata cokelat milik Amora berkaca-kaca, menolak untuk tumpah dihadapan malaikat bernama ibu itu.
"Ibu tidak punya banyak waktu lagi nak, maaf kalau ibu tidak bisa menemani kamu sampai dewasa. Selesaikan sekolah kamu ya Ara, 1 tahun lagi kamu lulus SMA. Kamu mau kuliah kan nak? Kamu kejar terus mimpimu. Sampai ujung hayat ibu selalu menyayangimu. Araa titip Wulan adik kamu, kalian jangan tinggalkan shalat dannn ... Ya Allah, Ya Allah, Laa ilaaha illallah, Muhammad rasulullah "
Mulut yang sedari tadi mengucap doa dan harapan tiba-tiba terhenti. Mata yang menatap tajam kini mulai sayu dan perlahan menutup. Sekujur tubuh perempuan yang berbaring di hadapan Amora itu dingin. Tangan kecil Amora gemetar, mencoba meraih tangan ibunya yang sudah tidak bertenaga. Didapati denyut nadi yang terhenti dan nafas yang sudah tidak berhembus lagi. Jantung Amora berdetak cepat tak karuan dan tingkahnya menjadi arogan memaksa raga tak bernyawa itu untuk membuka matanya lagi.
" Nggak, nggak. Bu, ibu bangun. Ibu kenapa. Ibu jangan tinggalin Ara.. Bu bangun buu, Ara mohon"
Tak kuasa Amora jika harus menghadapi kenyataan bahwa perempuan yang di telapak kakinya ada surga itu telah meninggalkan dunia ini.
~ Ibu jangan pergi, nanti dunia Ara hancur ~ A.M.O.R.A
•••
Ingatan Amora seolah memutar waktu ke masa lalu. Lima tahun ke belakang, detik dimana Amora kehilangan orang yang yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Ibu, Ara kangen banget sama ibu..Sekarang Ara bisa kuliah di kampus impian Ara buu" tutur batin Amora.
Sembari memandangi screenshoot chat dari kontak " Ibuku Sayang" yang tersimpan di galeri sejak lama, semakin menambah rasa rindu Amora akan sosoknya.
"Andai aja ibu masih ada. Kalau Ara pulang ke kampung pasti ibu masakin Ara makanan yang enak. Ara iri banget sama teman-teman bu. Tiap kali Ara tanya alasan mereka pulang pasti mereka jawab pengen makan masakan ibunya. Ara? Ara juga pengen kayak gitu lagi.. Ehh astagfirullah Raa, kamu gak boleh gitu. Kamu harus ikhlas biar ibu tenang disana".
Rupanya Amora begitu hanyut dalam khayalan dan semakin merasa kesepian di tengah kondisi taman yang begitu ramai kala itu.
" DAARRRR..."
Amora terbangun dari lamunan ketika seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya dengan keras.
" Ishhh... ngagetin gue aja lo" ucap Amora sambil memberikan pukulan kecil pada tangan seseorang yang masih menempel di punggungnya."
Lagian sih lo ngelamunin apaan Amoraaa?" tanya Metha sambil membenahi posisi duduknya tepat di depan Amora.
" Kepo" tembal Amora.
Metha Novemberia, adalah sahabat Amora sejak SMA. Layaknya saudara yang tak sedarah, mereka telah bersahabat tujuh tahun lamanya. Terpisahkan oleh jarak, membuat Amora dan Metha tidak bisa sering bertemu seperti dulu lagi. Amora harus melanjutkan pendidikan di salahsatu kampus ternama di Indonesia yang bertempat di Kota Bandung, sedangkan Metha harus bekerja di kota tempat mereka bertemu, Garut. Namun hal itu bukan alasan bagi keduanya untuk tidak sedekat dulu. Tetap saja, lengket.
" Lo gak kuliah Ra? Ngapain lo di taman sendirian? Tadi gue kira itu bukan lo, tapi pas gue liat gantungan tas lo kayaknya gue kenal deh. Eh ternyata dugaan gue bener. By the way gimana ya kalo gue salah orang tadi pasti malu banget. Tapi untungnya bener sih, hehe" celoteh Metha seperti mencoba menghibur Amora yang sedari tadi memasang wajah murung.
" Hemm iya nih gue lagi libur kuliah, cuman 2 hari aja sihh tapi gue pengen pulang ke Garut Ta" jawab singkat Amora sambil meraih dan memainkan gantungan tas yang Metha bicarakan tadi.
"Kirain lama, kenapa gak diem aja di kost sih?"
"Gue bosen Ta, lagian gue belum betah di Bandung" keluh Amora.
"Ya iyalahh.. orang baru aja satu minggu. Eh lo kesini naik apaan Ra?"
" Gue naik burok Ta" dengan lempeng nya Amora menjawab pertanyaan serius itu.
" Ah lo mah gak bener, dijemput ya Ra?"
" Nggak lah, siapa yang mau jemput gue?"
" Yaa kali, kan lo ada Kak Arfin"
Amora yang asyik makan cemilan, sesekali melirik Metha dan menjawab seribu pertanyaan sahabatnya itu dengan penuh rasa sabar.
"Gak Ta, kakak gue sibuk. Gue juga gak mau nyusahin orang. Oh iya bentar Taa.." Amora mencari sesuatu di dalam tas nya. Amora menyodorkan selembaran kertas pada Metha. Lembaran tersebut ternyata brosur webinar yang akan diadakan di kampusnya, dan Amora sendiri yang menjadi narasumber dalam acara tersebut.
" Noh hari minggu lo ikut gue ke Bandung ya Ta, gue ada ngisi acara. Sekalian sambil main aja nanti lo disana" pinta Amora
"Widihh maba udah jadi narasumber webinar aja. Iya deh kalo gue libur kerja pasti ikut Ra. Terus gimana nih kesan minggu pertama kuliah di Bandung Ra?" tanya Metha sambil membuka selembaran yang Amora berikan.
" Ya, gitu dehh. Gue masih sering homesick Ta"
" Tenang Ra, gue gak kemana-mana kok. Jangan kangenin gue mulu makannya"
" Hidihhh siapa juga yang kengen sama lo"
" Lo kannn .. Hahahaa"
"Gak sama sekali ya Ta, Sorryyy... Hahaa"
Gelak tawa kecil terukir di wajah kedua sahabat tersebut.
•••
Amora Callista Laurya, biasa dipanggil Ara. Seorang gadis yang terlahir dari keluarga sederhana dengan sejuta mimpi. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tidak terlalu kurus dan kulit sawo matang. Amora adalah sosok gadis yang lembut, tapi kurang percaya diri, kurang suka keramaian dan tidak suka basa basi. Amora tahu bahwa dia tidak bisa memilih terlahir dari rahim perempuan mana. Tetapi Amora beruntung karena sempat mempunyai keluarga yang harmonis. Sampai pada akhirnya ibu Amora meninggal karena penyakit jantung yang diderita. Semenjak itu kehidupan Amora tidak seindah dulu. Keluarga yang cemara sudah lenyap, hanya tersisa keluarga kecil yang berantakan. Batin Amora hancur ditimpa realita bahwa kehidupan yang dijalani harus tanpa ibu, mulai dari sekarang dan selamanya.
~ Terimalah untuk sesuatu yang tak bisa kau ubah. Terkadang dalam setiap peristiwa ada sejuta hikmah yang akan menjadikan kita lebih dewasa. Memberontak hanya membuat hatimu sakit dan terbebani. Relakan meskipun pada awalnya ikhlas itu hanyalah sebuah kebohongan ~
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R.A [ TERBIT ]
Teen Fiction⚠️ Sudah Terbit di Penerbit Teori Kata ⚠️ Masih Bisa di Order lewat toko buku online (Shopee) ya AraDers AraDers : Amora Readers 🤩 ☆ C O M P L E T E D ☆ Harapan adalah sebuah ketidakpastian yang tak pernah diketahui pelabuhannya. Betapa lelah Amo...