Terkadang orang yang paling kita percaya adalah orang yang sangat berpeluang menorehkan luka dengan sempurna.
•••
Kicauan burung dan suara kran air bergemuruh ikut menghangatkan hari kala itu. Pagi pertama Amora di kampung setelah seminggu lamanya merantau kuliah di kota orang. Amora terlihat masih sibuk dengan cucian piring kotor yang menumpuk di wastafel. Tangannya juga tidak fokus pada cucian saja, sesekali mengaduk panci yang berisi sayur sop ayam kesukaan adiknya, Wulan.
" Kak, lihat dasi aku gak kak? Kemarin aku simpan disini tapi gak ada" tanya Wulan yang berteriak dari ruangan tengah.
"Kakak liat ada di lemari kamu kok Lan, coba cari yang bener"
"Gak ada ih kak, kakak bantu cariin dulu deh..aku udah telat nih" ujar Wulan sambil mengubrak abrik pakaian yang ada di sofa berharap menemukan barang yang sedang dicari.
"Kakak tau kamu gak cek dulu lemari. Main bilang gak ada aja".
"Udah kak tapi tetep gak ada ih"
Amora menghela nafas panjang dan bergegas mencuci tangannya yang yang masih ditempeli busa sabun, kemudian mematikan kran air. Tangan basah Amora terlihat memegang pakaian bagian belakang sambil sesekali bolak-balik mengeringkannya. Kaki Amora melangkah ke arah kamar adiknya melewati Wulan yang masih sibuk mencari kesana kemari.
" Ini toh Lan, ini apa? Kamu kan udah kakak bilangin kalo cari yang bener. Jangan main gak ada aja" omel kecil Amora sambil memberikan dasi yang sudah dipegang itu kepada Wulan.
"Yaa maaf kak, tangan kakak ajaib kayak tangan ibu yaa hehe..makasih ya kak" jawab Wulan.
Amora menatap lembut Wulan yang sedang asyik memakai dasi. Batinnya berbisik, adik kecil yang dulu manja sekarang sudah remaja. Tubuhnya pun lebih tinggi dari Amora dan style nya juga lebih fashionable dari Amora. Memang anak zaman sekarang jago-jago kalau soal memilih outfit.
" Lan, bapak kasih kamu uang gak?"
"Nggak kak, aku aja gak tau bapak kemana"
" Hah? Maksudnya?" Amora mengerutkan dahi dengan ekspresi wajah yang penuh tanda tanya. Amora sendiri memang belum bertemu ayahnya sejak pulang, hanya saja Amora tidak sempat bertanya karena kemarin Amora pulang terlalu larut malam dari rumah Metha.
" Iya kak. Bapak gak ada di rumah udah lima hari. Bapak juga gak kasih aku uang. Bapak gak sayang aku lagi deh kak"
"Lho kok ngomongnya gitu sih Lan? Bapak kemana emangnya?"
"Nggak tau kak, orang bapak gak bilang. Aku juga males buat nanya "
"Terus kamu makan gimana Lan?" tanya Amora dengan rasa khawatirnya.
"Kak Arfin suka bawain aku makanan kak"
Mendengar jawaban Wulan, Amora sedikit merasa tenang kembali. Wulan terlihat sangat kesal ketika Amora bertanya tentang Derry, ayahnya. Sedangkan Amora sendiri tidak mengerti sebenarnya ada masalah apa antara Wulan dan Derry. Amora hanya melamun ketika melihat wajah Wulan yang tadi ceria dengan sekejap menjadi lebih murung"
" Nih Lan, uang buat kamu" Amora memasukkan sejumlah uang kedalam saku baju Wulan.
"Emangnya kakak ada uang?"
"Ada dong, kamu ini malah ngejek kakak huuhh.. udah sana berangkat udah jam 7 tuh"
"Yehh bukan ngejek. Ya syukur kalo kakak ada uang. Kak, aku berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum" pamit Wulan sambil menciup tangan Amora.
"Wa'alaikumussalam. Belajar yang pinter"
Amora harus berperan menjadi kakak sekaligus ibu untuk adiknya, terlebih Wulan masih duduk di bangku sekolah. Terkadang Amora juga tidak tega jika harus meninggalkan adiknya sendiri di kampung, apalagi setelah mendengar perkataan Wulan tadi megenai Derry. Tetapi mau bagaimana lagi, Amora harus berbesar hati demi mimpi dan harapannya untuk mengubah kondisi keluarga.
•••
"Hallo bro, eh lo disini"
"Wehh iya nih, minum minun minun ayoo sini"
Lampu disko kerlap kerlip terpasang di sebuah ruangan yang berbau minuman keras. Terlihat segerombolan pria yang sedang asyik menciptakan dunia halusinasi mereka. Setiap orang disana memegang gelas kecil berisi cairan yang memabukkan, lalu bersulang. Suara orang yang berbicara sedikit tidak terdengar karena kerasnya musik yang diputar.
" Der, lo katanya kemaren balik ke kampung" tanya seseorang disamping Derry.
" Halahh nggak, gue seneng disini. Gue mau seneng-seneng dulu sebelum si Amora pulang. Kalo ada anak gue Amora, beuh pasti gue di atur ini itu".
Lalu David, teman judi yang berada di dekat Derry merangkul bahunya seraya membisikan sesuatu ke telinga Derry.
"Ngomong-ngomong soal Amora nih..Lo kemaren kalah main kan? Terus lo inget ga taruhan lo apa hah?"
"Iya inget lah gue..".
" Haha bagus bagus kalo lo inget. Nah mana anak gadis yang lo janjiin itu?" David tertawa setelah berbicara demikian.
"Haha gila lo ya Vid. Itu anak gue, kesayangan gue, gak akan gue kasih ke lo. Heuh dasar si tua yang menyebalkan" tembal Derry seraya meneguk minuman yang ada di tangannya.
Dengan keras, David memukul beja mundar yang melingkar di tengah kumpulan mereka. Kerah baju Derry diambil dan dikepal, tubuhnya terangkat sampai punggung Derry dibenturkan dan terhentak di sudut ruang club itu.
"Kurang ajarrr!!!! Lo udah taruhan sama gue. Jangan berani macam-macam lo ya Derry. Kalo sampe lo bohongin gue, lo bakal nanggung akibatnya"
Derry yang masih dalam keadaan mabuk, memukul kecil dada David yang sedari tadi menahan tubuhnya.
"Sabarr lah dulu Vid. Gue becanda tadi. Baper amat lo jadi orang.. Labil kayak anak muda hahaha"
David melepaskan tangannya yang tertahan di tubuh Derry. Sesekali tangan kanan David memegang bibir bagian bawah dan menatap tajam ke arah Derry.
"Tenang Vid. Gue bujuk dulu si Amora. Dia polos pasti gampang banget gue bohongin"
"Awas aja kalo sampe lo gak bisa menuhin janji lo.. Kheukkk" ancam David sembari memeragakan gerakan memotong leher.
Semenjak di tinggal sang istri, Derry merasa depresi dan mencari ketenangan di dunia malam yang kelam. Mabuk dan judi adalah hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya sampai pada akhirnya hal itu pun menjadi kebiasaan. Memang belum lama Derry bertingkah seliar ini, akan tetapi semenjak Amora kuliah di luar kota Derry merasa sangat bebas untuk melakukan hal sesukanya. Derry tidak mempunyai pekerjaan dan gaji yang tetap, tapi hobinya judi dan judi. Bahkan taruhan yang disimpan pun tidak main-main. Orang-orang Derry banyak yang menaruhkan barang-barang mewah untuk kesenangan sesaat itu. Apalagi Derry yang tak punya barang mewah, namun karena termakan nafsu dan gengsi hingga rela menjadikan putri yang dititipkan mendiang istrinya itu "Barang Taruhan".
~Penghianatan dari orang terdekat yang kita sendiri berfikir mereka tidak akan pernah melakukannya adalah hal yang paling ingin kita sangkal meski terbukti kebenarannya~
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R.A [ TERBIT ]
Teen Fiction⚠️ Sudah Terbit di Penerbit Teori Kata ⚠️ Masih Bisa di Order lewat toko buku online (Shopee) ya AraDers AraDers : Amora Readers 🤩 ☆ C O M P L E T E D ☆ Harapan adalah sebuah ketidakpastian yang tak pernah diketahui pelabuhannya. Betapa lelah Amo...