Minggu selanjutnya rupanya tidak ada perkuliahan karena ada mahasiswa tingkat akhir yang sedang seminar proposal dan gedung kampus dipakai acara penyambutan gubernur, sehingga dosen sudah memberikan informasi bahwa kuliah akan dilangsungkan daring. Hal ini dimanfaatkan oleh Rakasha untuk pulang ke rumah sekaligus mengetahui keadaan Amora yang sebenarnya. Rakasha berfikir bahwa dia mempunyai waktu satu minggu untuk membujuk Amora kuliah kembali. Dosen sering menanyakan status mahasiswa Amora apakah masih aktif atau memang sudah off. Sedangkan Rakasha selalu bilang bahwa Amora masih sakit dan akan tetap melanjutkan kuliahnya. Bahkan demi sahabatnya itu, Rakasha rela membayar mahal untuk mendapatkan surat sakit palsu dari inatansi kesehatan. Hingga akhirnya semua dapat terkendali, dan Amora tidak akan di drop out dari kempus dengan alasan tidak mengikuti perkuliahan tanpa keterangan.
20.30, terlihat Rakasha yang sedang mundar-mandir di depan rumah Amora sambil sesekali memandangi jam ditangannya.
"Ini orang pada kemana sih udah malem juga. Mana di telepon gak diangkat" monolog Rakasha.
Lama sudah Rakasha menunggu, namun Amora tetap belum terlihat hilalnya. Berniat untuk pulang lagi, tapi beberapa malam ke belakang Rakasha juga belum sempat bertemu Amora karena selalu seperti ini, tak kunjung datang. Sampai beberapa jam berlalu, tak sadar Rakasha yang sedari tadi duduk di kursi sambil memainkan ponselnya lalu tertidur. Hembusan angin malam itu menyibak rambut Rakasha, menusuk kulit yang masih saja terasa dingin meski lelaki itu memaki jaket.
"Mas..mas.. " terdengar seseorang memanggil Rakasha dan sontak membangunkannya. Ketika Rakasha membuka mata, dilihat telah berdiri dua orang pria didepannya. Rakasha segera membenarkan posisi duduknya sembari menggosok kedua matanya.
"Eh iya saya ketiduran ya" jawabnya.
" Kita lagi ronda malam ini. Terus perhatiin mas nya daritadi nunggu disini, sampai ketiduran. Mas nya mau ketemu Amora?" tanya orang itu.
"Iya, Amora kemana ya" tanya Rakasha.
"Kalo itu saya kurang tau mas, tapi ini sudah mau jam 3 subuh apa mas nya gak balik kesini lagi besok aja?".
Rakasha kaget ketika mendengar apa yang barusan mereka katakan, Rakasha segera melihat jam tangan untuk memastikan. Dan benar saja waktu sudah menunjukkan 02.15.
"Lah iya, buset gue lama banget disini. Makasih ya mas udah bangunin saya. Saya mau pulang aja" sebelum pulang, Rakasha menatap ke arah makanan bawaannya yang disimpan diatas meja. Mengingat sudah lama sekali makanan itu disimpan dan sudah dingin, Rakasha pun memberikannya kepada orang yang tadi membangunkan dia.
"Eh mas, ini tadi saya beli makanan. Di makan aja ya itung-itung buat ganjal perut sambil ngeronda" canda Rakasha sambil memberikan dus berisikan makanan itu.
"Wah makasih nih mas, kalo gitu kita lanjut ronda lagi. Mari mas". Kedua orang itu pergi meninggalkan Rakasha yang tengah rapi-rapi untuk pulang.
"Gila, Amo pulang jam berapa sih. Masa jam segini belum pulang. Dia kemana ya tiap malam gue kesini kok gak ada. Kak Arfin juga. Apa emang mereka gak ada di Garut gitu? Tapi kok bisa-bisa nya gue chat dan telepon gak dibalas sama sekali sama mereka berdua. Astagaaa..." oceh Rakasha dalam hati sambil memakai sepatu.
Rakasha bergegas menaiki motornya. Belum jauh motor Rakasha meninggalkan kediaman Amora itu, Rakasha sempat terhenti ketika melihat sebuah mobil hitam tiba-tiba berhenti di halaman rumah Amora. Rakasha segera bersembunyi dan mengamati siapa yang turun dari mobil itu.
Rakasha mengerutkan alisnya dan mengecilkan kedua matanya. Beberapa kali dia menggosok matanya " Ini gue gak salah, itu Amora kan? Dia darimana jam segini baru pulang? Sama cowok? Ishh apa tiap malem dia pulang jam segini? Ini gue samperin atau gak ya?" monolog Rakasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R.A [ TERBIT ]
Teen Fiction⚠️ Sudah Terbit di Penerbit Teori Kata ⚠️ Masih Bisa di Order lewat toko buku online (Shopee) ya AraDers AraDers : Amora Readers 🤩 ☆ C O M P L E T E D ☆ Harapan adalah sebuah ketidakpastian yang tak pernah diketahui pelabuhannya. Betapa lelah Amo...