11 | Rahasia?

1K 54 0
                                    

"Kamu putus kuliah atau kerja dengan David?"

•••

Kata-kata yang diucapkan Derry beberapa bulan lalu masih saja terngiang di alam bawah sadar Amora. Setelah selesai di semester satu, Derry sempat meminta Amora untuk cuti kuliah. Namun karena keteguhan Amora, dia pun mampu melanjutkan sampai di pertengahan semester dua ini. Sampai saat ini mungkin Amora bisa menghindar dari permintaan Derry untuk bekerja dengan tukang judi itu, tapi entah sampai kapan. Masa lalu itu seolah terus menghantui kehidupan Amora.
Di taman kampus, terlihat Amora yang sedang melamun sambil membolak-balik lembaran buku novel yang di pegangnya. Angin sore kala itu ikut menerbangkan lamunan Amora sebelum akhirnya Rakasha datang dengan dua ice cream ditangnnya.

"Hai Amo" sapanya.

"Gue boleh duduk?"

Amora menoleh ke belakang "Eh lo, duduk aja Ka"

Rakasha bergegas duduk di depan Amora dan memberikan satu ice cream yang di pegangnya itu kepada Amora "Nih buat lo"

"Lo aja"

"Ini ambil"

"Gak Ka, lo aja" ketus Amora.

" Lo kenapa sih Amo, akhir-akhir ini kayak menghindar gitu dari gue?"

"Ah perasaan lo aja mungkin"

"Nggak, lo jujur kenapa dingin banget sama gue?"

Amora mencoba mengalihkan pembicaraan "Ehh ini ice cream buat gue?"

Sedangkan Rakasha masih termenung melihat tingkah aneh gadis itu.

"Makasih Ka, lo sering banget beliin gue makanan. Kapan-kapan gue traktir lo" ujar Amora sambil mengambil ice cream dari tangan Rakasha.

"Bolehh gue tunggu janji lo Amoo.." canda Rakasha yang sudah terbawa oleh obrolan Amora.

Keduanya tertawa tipis sambil menikmati ice cream. Tangan Amora yang sedari tadi memainkan buku novel kini diam dan hanya fokus makan, namun tetap saja dengan tatapannya yang kosong meskipun ada Rakasha di depannya. Tidak ada yang memulai percakapan dan seperti biasa Rakasha harus yang pertama memecah keneningan itu.

"Amora, lo yakin mau cuti kuliah di semester tiga?" pertanyaan berat Rakasha di awal percakapan.

"Kayaknya sih, tapi gue gak mau"

"Mending lo lanjut aja Amo, sayang tau. Lo udah setengah jalan gini. Kita kuliah tinggal dua tahunan lagi kok"

"Iya, tapi ini bukan tentang waktunya Ka" sanggah Amora. "Kampus juga udah nyampein di semester 3 bakalan banyak banget biaya yang harus di keluarkan. Gue harus mikir dulu, cari uangnya dari mana. Lo tau kan bapak gue udah gak mau biayain kuliah gue" sambungnya.

"Tapi kan itu juga gak sering Amo, yang harus bayar gede itu cuman satu kali"

Amora menghela nafas mencoba bersabar " Itu menurut lo Ka. Beda sama gue. Lo gampang cuman tinggal minta, terus di kasih, terus lo bisa lunasin. L-loo... gak bakalan ngerti ada di posisi gue" jelas Amora yang suaranya semakin sempit menahan air mata untuk keluar.

"Denger Amo, lo pikir gue bakal diem aja kalo lo butuh bantuan? Gue kan udah pernah bilang kalo lo butuh uang lo tinggal ngomong ke gue. Gue bisa kasih lo, Amo" jelas balik Rakasha yang sudah menekan nada bicaranya.

"Denger juga ya Raka, udah berapa kali juga gue bilang kalo gue gak mau di kasihanin kayak gini. Gue cerita semua masalah gue ke lo, bukan berarti gue pengen dikasihanin. Tapi gue cuman butuh di dengerin" sahut Amora.

"Sorry Amo, tapi bukan itu maksud gue. Gue cuman gak mau liat lo terus kepikiran gini. Gue cuman mau bantu lo".

Amora tiba-tiba menundukkan kepalanya dan melepaskan ice cream yang sudah sedikit mencair dari genggamannya. Satu, dua tetes air mata amora mulai berjatuhan membasahi rok abu-abu yang dikenakannya. Rakasha merasa bersalah karena sudah meninggikan suaranya saat berbicara dengan gadis itu. Lantas Rakasha berpindah duduk mendekati Amora, menatap sejenak gadis itu dan menyeka air matanya dengan tangan Rakasha.

A.M.O.R.A [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang