Sore yang sejuk. Rakasha duduk di tepi kolam belakang rumahnya sembari memandangi langit senja yang memancarkan sinar jingganya. Dengan headphone di telinga, Rakasha memutar lagu jazz favoritnya. Sedangkan tangan Rakasha asyik menyusun kotak rubik. Sesekali Rakasha membuka hp dan memandangi room chat nya dengan Amora. Sejak kemarin Amora masih belum membalas chat yang Rakasha kirim bahkan di telepon pun tidak dijawab.
Rakasha sempat berfikir untuk langsung datang menemui Amora, namun pertama dan terakhir kali Rakasha berkunjung sepertinya keadaan keluarga Amora sedang tidak baik-baik saja dan dikhawatirkan kedatangannya malah menambah masalah. Sampai akhirnya Rakasha pun memutuskan untuk menunggu balasan chat dari Amora saja. Tetapi Rakasha rasa ini sudah terlalu lama, hari senin juga akan berganti.
"Amo udah berangkat belum ya. Padahal kan gue pengen bareng dia biar ada temennya. Kalo sendirian, terus tiba-tiba masuk kelas ya kalii.. gue kan malu. Tapi ini anak kok nggak aktifin whatsapp nya ya. Hadeuhh Amoo, Amoo gatau gitu gue nungguin balasan lo" gerutu batin Rakasha.
Dari belakang terdengar suara langkah kaki mendekati Rakasha, lalu duduk seorang perempuan disampingnya dan memegang bahu Rakasha.
"Aca, jangan ngelamunn.." ucap Erlin, ibu Rakasha.
" Eh mamah.. Iya nih mah langit sore nya indah banget ya. Aca suka deh" manja Rakasha kepada Erlin.
" Iyaa .. dulu waktu kamu kecil, kamu seneng banget kalo mama ajak jalan-jalan sore, pasti kegirangan" ucap Erlin sambil mengelus lembut bahu Rakasha.
"Sekarang, gak terasa kamu udah dewasa aja" sambungnya.
Lantas Rakasha tersenyum manis sambil menatap wajah ibunya itu.
"Ngomong-ngomong bukannya hari ini kamu mau berangkat ke Bandung Aca? Jam berapa?" tanya kembali Erlin.
"Kayaknya Aca ga jadi berangkat deh mah. Aca masih bingung. Aca ambil atau nggak ya kampus yang di Bandung itu?" tanya Rakasha pada Erlin.
Sebenarnya selama seminggu itu bukan karena sakit Rakasha tidak masuk kuliah, tetapi masih bingung memutuskan antara mengambil kampus yang di Bandung atau di Al Azhar University, Mesir. Di kedua kampus ternama itu Rakasha berhasil lolos tes lewat jalur prestasi. Keluarga Rakasha adalah keluarga yang agamis, sangat menuntut anaknya untuk sekolah yang tinggi terutama di jurusan keagamaan. Sebelumnya Rakasha sendiri lulusan dari Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo. Harapan menempuh pendidikan jurusan Al-Qur'an dan ilmu tafsir di Al-Azhar University adalah mimpi Rakasha, namun karena tekanan dari ayahnya supaya Rakasha kuliah di Bandung dan membantu mengajar santri di pesantren milik keluarganya itu, maka Rakasha pun mempertimbangkan lagi untuk menerima kuliah di Bandung.
"Acaa, kalo mamah sendiri dimanapun kamu belajar, mamah kasih restu. Tapi kamu kan tau papah. Pengennya kamu kuliah di Bandung. Kalo emang kamu mau kuliah di Mesir coba deh bujuk papah lagi, supaya beliau ngerti" bujuk Erlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R.A [ TERBIT ]
Dla nastolatków⚠️ Sudah Terbit di Penerbit Teori Kata ⚠️ Masih Bisa di Order lewat toko buku online (Shopee) ya AraDers AraDers : Amora Readers 🤩 ☆ C O M P L E T E D ☆ Harapan adalah sebuah ketidakpastian yang tak pernah diketahui pelabuhannya. Betapa lelah Amo...