Bertemu denganmu adalah anugerah, mengenalmu adalah keberuntungan, dan bersamamu adalah harapan.
Melewati jalanan kota Bandung yang sedikit panas siang itu Amora dan Rakasha berboncengan, ditemani lambaian dedaunan yang seolah mengucapkan selamat datang kepada Rakasha yang akan memulai hidup barunya di "Kota Kembang" itu. Sekitar duapuluh menit lagi, rupanya mereka akan sampai ke tempat tujuan.
Sambil membuka kaca helm, Rakasha mendorong kepalanya sedikit ke belakang mendekati Amora.
"Amoraaa" sahutnya. Amora yang sedari tadi asik sendiri dengan lamunan, tiba-tiba disadarkan oleh suara Rakasha yang memanggilnya.
Amora bergegas menaikkan kaca helmnya juga dan mendekatkan kepalanya ke arah Rakasha " Apa Raka?"
"Amo gue takut nih" teriak Raka karena suaranya terselip oleh laju kendaraan yang ramai.
"Hah? Apaa? Gak kedengerann" balas teriak Amora.
Mata Rakasha yang sesekali mengecil karena angin yang menyapu wajahnya, menghela nafas panjang dan mengulangi perkataannya "Gue takut kuliahh.. nanti aja deh ngobrolnyaa ya gue fokus dulu nyetir. Lo budeg dahh Amoo"
"Hah?Apaan si? Lo ngomong apa Raka?"
"Lo cantik Amoraaa"
"Hemm.." wajah Amora memerah malu.
Tak lama dari itu, Rakasha menurunkan kecepatan motornya dan berhenti di starbucks yang tak jauh dari kampus. Kedua kaki Rakasha turun menopang motor sedangkan Amora masih duduk santai di belakang.
"Amo turun dulu yuk" pinta Rakasha.
"Ngapain? Ke kampus bentar lagi juga nyampe Ka" jawab singkat Amora.
Rakasha kembali meyakinkan Amora supaya turun dulu dari motor " Iya, tapi gue laper. Bentar aja ya Amo makan dulu disini".
Tanpa banyak bicara, Amora pun bergegas menuruti permintaan Rakasha. Hampir saja Amora terjatuh ketika hendak turun, tapi dengan sigap tangan kanan Rakasha meraih tangan Amora sedangkan tangan kirinya memegangi tubuh Amora.
Waktu seperti terhenti saat moment itu. Takut terjadi sesuatu kepada Amora, Rakasha menaikan sedikit nada bicaranya " Amo, hati-hati. Hampir aja lo jatuh"
Amora bergegas membenarkan kembali posisi duduknya sebelum turun lagi dari motor "Eh sorry ka, tadi gue ngelamun".
Keduanya membuka helm yang mereka pakai dan disimpan di atas motor. Rakasha melangkahkan kakinya menuju pintu datang sturbucks sedangkan Amora masih berdiri memandangi tubuh lelaki itu. Menyadari tidak terdengar langkah yang mengikuti, Rakasha berhenti sejenak dan menengok ke arah belakang. Benar saja dilihatnya perempuan itu masih terpatung berdiri di samping motor. Karena cuaca yang panas, Rakasha mengerutkan dahi sebelum akhirnya berbalik arah menjemput Amora.
Tangan Rakasha meraih jemari kecil Amora "Ayo Amo"
Amora menatapi bangunan megah starbucks itu sambil melepaskan genggaman tangan Rakasha "Gak Ka, lo aja gue tunggu disini".
"Kenapa?"
Uang yang Amora punya saat ini hanya cukup untuk kebutuhan hidupnya selama satu bulan. Karena setelah kejadian itu Derry melepaskan tanggung jawab begitu saja dan tidak membiayai kuliah Amora, sedangkan Amora tidak tega jika harus memintanya kepada Arfin mengingat kakaknya itu harus menanggung juga biaya sekolah Wulan.
Rakasha seperti mengerti apa yang sedang Amora pikirkan, tanpa berlama lagi Rakasha pun kembali memegang tangan Amora dan menariknya pelan mengikuti langkah lelaki tinggi itu.
Rakasha melihat daftar menu yang terpangpang didepannya sambil memberitahu pesanan kepada barista " 1 java chip frappuccino, 1 new york cheesecake"
Rakasha menatap perempuan disampingnya "Lo mau apa Amo?".
Dilanjut dengan membisikkan sesuatu ke telinga Amora "Gue traktir".Amora merasa tidak enak pasalnya belum lama ini mereka bertemu. Lantas Amora pun menjinjit kakinya mendekatkan mulut ke telinga Rakasha "Gue kenyang Raka".
Namun Rakasha tidak menanggapi apa yang Amora katakan barusan dan malah menjawab hal lain "Oh oke"
"Menu yang sama barusan dibikin 2 ya" pintanya lagi pada barista starbucks.
Amora membulatkan matanya melihat ke arah Rakasha, sedangkan lelaki itu hanya tersenyum tipis saja. Menyadari barista didepannya sedang memperhatikan tingkah Amora, senyum malu pun terukir dari bibir Amora. Keduanya duduk di meja paling ujung karena area depan telah dipenuhi pengunjung.
Amora terlihat kesal dengan apa yang baru saja Rakasha lakukan itu "Gue kan udah bilang, kalo gue kenyang. Lo malah pesenin"
Rakasha mengejek Amora sambil sesekali tertawa "Lo gak bilang gitu Amo, lo tadi bilang gini..Raka samain aja kayak lo pesen apa"
Amora mengangkat tas kecil yang dipegangnya sambil memukul pelan bahu Rakasha "Iihhh.. nggak kok, orang tadi gue bilang kenyang"
Gelak tawa keduanya terhenti saat barista mengantarkan pesanan ke meja. Sambil menikmati hidangan, mereka pun tak bisa membiarkan moment makan siang itu begitu saja tanpa percakapan.
Sesekali Rakasha memandangi wajah Amora yang masih saja terlihat begitu cantik meskipun sedang makan lahap. Melihat mata Amora yang bengkak, Rakasha merasa kepo untuk bertanya "Eh Amo, btw mata lo kenapa?"
Amora yang melihat ke arah Rakasha seketika memalingkan pandangannya ke sembarang arah " Hah? Gakpapa Ka, ini tiba-tiba bengkak aja waktu gue bangun tidur"
"Eumm gitu yaa, dikencingin kecoa kali ya"
Amora hanya tersenyum mendengar jawaban lelaki yang duduk didepannya itu.Rakasha terus mengira bahwa keadaan Amora sedang tidak baik, terlihat dari raut wajahnya setiap kali mereka bertemu. Hanya saja perempuan itu selalu ingin terlihat kuat dan enggan menceritakan masalahnya. Namun Rakasha juga sadar mereka baru saja saling mengenal dan butuh waktu untuk menceritakan masalah pribadi satu sama lain.
••••
Perkelahian terjadi antara Derry dan David di club tempat mereka berjudi. Wajah Derry yang sudah babak belur masih saja dipukuli David. Sambil sesekali terjatuh, Derry mencoba melindungi dirinya dari pukulan David. Ramai orang di club itu yang menyoraki adu kekerasan diantara keduanya.
"Nih, jangan mau main judi sama orang ini. Dia berhutang seorang gadis sama gue. Sampai saat ini bahkan gue belum pernah lihat apalagi nyentuh gadis itu. Ciihhh... najiss gue" kaki David mendarat tepat di perut Derry.
"Huuuhhh...Huuhhh..." sorak ramai orang di club.
Derry sambil tertatih dan memegangi dadanya yang terasa sesak mencoba menjawab perkataan David " Hehh lo yang gak sadar. Kalo gue kasih anak gadis gue yang ada lo balik berhutang sama gue. Itu gak sebanding sama hutang gue ke lo. Kalo nanti gue bisa tepatin janji gue, lo juga harus janji kasih bayaran gede sama si Amora setiap kali dia nemenin lo, David"
David semakin marah mendengar perjanjian yang diminta Derry itu.
"KURANG AJARR.. Lo gue kasih hati malah minta jantung!"
Derry dengan santainya tertawa dan mengejek David " Haha.. BODOH. Ya jelas lah mana mau anak gue kalo gak ada keuntungan buat dirinya. Anak gue itu berpendidikan, pinter, cantik, lugu. Ya kali gue kasih gitu aja tanpa bayaran"
"Secantik apa si Amora? Kalo sampe gue gak suka awas aja lo" ancam David.
Lantas Derry mengambil sesuatu dari kantong celana lalu menyerahkannya kepada David. Rupanya foto Amora yang ditatapi David tersebut
"DEAL! Perfect. Gue suka gadis ini" ujarnya.
Tanpa berfikir lama, David menyetujui permintaan Derry bahkan membayar mahal Amora untuk setiap satu kali bertemu.
"Oke, gue setuju. Gue kasih waktu lo paling lama dua bulan lagi buat bujuk si Amora. Gue bakal kasih bayaran lima juta tiap satu kali Amora sama gue. PUASS HAH?" teriak David sambil meninggalkan Derry yang berlumuran darah di wajahnya dan bergegas pergi dari kerumunan.
Derry yang merasa senang atas keputusan itu, tertawa terbahak-bahak meskipun merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R.A [ TERBIT ]
Fiksi Remaja⚠️ Sudah Terbit di Penerbit Teori Kata ⚠️ Masih Bisa di Order lewat toko buku online (Shopee) ya AraDers AraDers : Amora Readers 🤩 ☆ C O M P L E T E D ☆ Harapan adalah sebuah ketidakpastian yang tak pernah diketahui pelabuhannya. Betapa lelah Amo...