"Ohh.. jadi ini alasan kamu nolak ajakan makan malam aku Aca"
Mengetahui Rakasha tengah membuntuti mobil yang ditumpangi Amora, Aleeya pun tidak tinggal diam dan spontan menancapkan gas mobilnya mengikuti Rakasha.
Rakasha mencurigai mobil merah dibelakangnya adalah milik Aleeya. Sempat bersampingan, Rakasha mendekatkan wajahnya ke arah kaca mobil tetapi wanita yang mengemudikan bukan Aleeya. Entah siapa yang jelas wajahnya ditutupi cadar. Lalu membiarkan mobil itu jalan lebih dulu dari motor Rakasha, tampaknya plat nomor juga berebeda.
"Aca, Aca.. aku gak seceroboh itu kok" ketus Aleeya dalam hati.
Merasa tenang karena Rakasha sudah tidak mencurigainya lagi, sekarang Aleeya dikagetkan dengan penampilan Amora saat keluar dari mobil yang jauh berbeda dengan yang Aleeya temui tempo hari di teras rumah Amora.
Masih didalam mobil, Aleeya menurunkan kacamatanya dan menatap ke arah perempuan di seberang sana yang keluar dari mobil hitam itu " Hah? Itu bener sahabatnya Aca? Tapi beda banget, itu bukan dia. Ngapain datang ke tempat hiburan malam" pikir Aleeya.
"Eh tapi tadi kan perempuan itu keluar dari rumah Amora. Terus? Itu Aca ngincer lagi siapa sih? Astagaa.. Aca kamu kek sarang betina ya. Gak nyangka" monolog Aleeya.
Ketika Rakasha dan Amora masuk ke dalam bar, sontak Aleeya pun mengganti cadar yang menutupi wajahnya dengan masker, gamis hitam yang sedari tadi dikenakan pun digantinya dengan memakai celana longgar panjang " Oh tuhan.. maaf aku ganti gamisnya" ujar Aleeya.
Mata Aleeya sesekali terpejam. Banyak sekali pasangan yang bermesraan disana. Entah mereka sudah menikah atau belum. Aleeya mencari terus Rakasha karena sempat kehilangan jejak. Sampai akhirnya Aleeya memergoki Rakasha tengah membuntuti Amora yang dibawa oleh tiga orang laki-laki ke dalam kamar.
Aleeya terpatung melihat hal itu " Amora? Lo? Astaga Aca.. ngapain kamu sahabatan sama orang kek gitu. Kalaupun mau, harusnya kamu bisa ubah dia jadi pribadi lebih baik mengingat kamu sendiri anak seorang ustadz dan lulusan pondok pesantren ternama. Dengan ilmu agama dan akhlak kamu yang baik, aku yakin kamu bisa ubah sikap sahabat kamu" tutur batin Aleeya sambil memperhatikan Amora yang dipaksa masuk ke dalam kamar.
•••
Brukkkkk
DORRRR
"ANGKAT TANGAN! LETAKKAN SENJATA"
Di depan pintu nampak Rakasha dan segerombol polisi yang siap mengepung David. Saat pintu di dobrak, David masih dalam posisi menodongkan pistol di depan Amora, sedang tubuh wanita itu terbaring lemas.
"AMORAAA.." teriak Rakasha hendak mendekati Amora
Lantas David berdiri juga membawa gadis itu dengan kasar.
"DIAMM!! Jangan ada yang mendekat. Satu langkah kalian maju, habis gadis ini di tangan gue" ancam David.
"JANGAN ADA YANG MENDEKAT" teriak Rakasha.
Polisi tidak ada yang menodongkan pistol ke arah David, jika bertindak gegabah maka akan mengilangkan nyawa seseorang. Sedangkan David masih menyimpan mulut pistol yang dipegangnya ke arah kepala Amora. Disana terlihat wajah Amora yang sudah terbasahi air mata sambil sesekali terus memanggil nama Rakasha.
"Ka.. Raka tolongin gue"
"DIAM BODOH! Laki-laki di depan lo gak akan bisa bantuin lo. Satu-satu nya cara supaya lo dan lelaki itu selamat adalah lepasin gue dari jebakan sialan ini!" Ancam David.
"JANGAN PANGGIL DIA BODOH!" balas teriak Rakasha.
"Wahh rupanya sepasang kekasih ini begitu saling mencintai. Lo tau kan? Kalo gue pecahin kepala Amora, lo gak akan ketemu cewek ini lagi"
"SIALAN.. Gue bakal kirim lo ke neraka BAJ*****"
"HAHA.. Silahkan manusia paling suci. Kek lo bakal masuk surga aja?" ledek David.
Kesabaran Rakasha telah di ujung batas. Hampir saja sebuah tembakan mengenai Rakasha ketika kakinya akan melangkah lebih dekat kepada Amora.
"NGGAKK.. JANGAN MENDEKAT RAKA. GUE MOHON. DIAMM!! DIAMM LO DISANA" teriak Amora.
Mata Amora melirik ke arah david meskipun nafasnya terngah-engah karena tangan David melingkari leher Amora.
"David Sialan. Bunuh Gue. Tapi lo biarin Raka pergi"
"SEMUANYA DENGER GUE. Biarin gue mati disini. Kalian gak ada hubungannya dengan masalah ini" teriak Amora yang beriringan dengan tangisan.
Lagi-lagi, Rakasha menggerakkan kakinya namun terhenti kembali saat David mengarahkan senjata ke depan Rakasha. Menghiraukan hal itu Rakasha tetap saja melanjutkan langkahnya.
DOORRRRRR..
"RAKAAAAA" teriak Amora.
Tubuh Rakasha terjatuh ke lantai seiring dengan tubuh perempuan yang menembus peluru itu. Rakasha memandangi wajah wanita yang telah melindunginya dari tembakan, begitu dibuka masker yang dikenakannya Rakasha kaget kenapa Aleeya bisa ada disana.
"LEEYAA.. Leeya bangun Leeya. Kenapa kamu bisa ada disini hah? Pliss bngun Ya, jangan bikin aku takut" ucap Rakasha sambil menahan tangannya di perut Aleeya yang sudah dimasuki peluru dan bersimbah darah.
Rakasha melihat tajam ke arah David dengan amarah yang sudah mendidih.
"SIALAAANNNN.. TEMBAK GUE. LEPASIN AMORA DARI TANGAN KOTOR LO" teriak Rakasha.
Amora sekuat tenaga melepas tangan David dari lehernya. Digigitnya tangan David sampai berdarah dan membuat Amora terbebas dari lelaki itu. Sontak Amora menghampiri Rakasha dan membangunkan Aleeya yang sudah setengah sadar itu.
"David! Masalah Lo sama gue! Tapi lo lukai orang yang gak ada kaitannya sama ini semua" jelas Amora.
"Mereka sendiri yang menarik dirinya buat ikut campur sama urusan kita. BODOHH!"
Amora beranjak dari duduknya dan kembali menghampiri David dengan membawa serpihan pecahan kaca yang sebelumnya sudah berserakan di lantai.
"SIAALLL.."
Hendak menancapkan kaca itu di wajah David, tiba-tiba tangan David mencengkram kuat pergelangan Amora dan membalikan kaca itu hingga mengenai mata Amora.
"Argghhh..." teriak Amora.
"Amoraaa" balas teriak David
Tubuh Amora tersimpuh di bawah kaki David beriringan dengan terjatuhnya tubuh David ketika telah ditembus dua peluru oleh polisi. Dilumpuhkan kaki David saat itu lalu di borgol dan segera diamankan. Semua pengunjung bar histeris dengan kejadian itu.
Disana Amora dan Aleeya segera dibawa oleh ambulance menuju rumah sakit. Rakasha menumpangi mobil ambulance yang terdapat Aleeya didalamnya, sedangkan Amora berada di mobil yang berbeda.
Dengan perasaan takut dan khawatir, Rakasha terus mencoba menghubungi keluarga Aleeya dan menyampaikan keadaannya yang kritis. Tak ada yang tak kaget, terdengar tangisan dan teriakan keluarga Aleeya di telepon Rakasha.
Rakasha terus memandangi Aleeya yang masih sedikit membuka matanya dan tidak dalam kesadaran penuh itu.
"Leeyaa.. kami kenapa bisa ada disana hah? Kamuu .. kamu ngapain Leeya"
Tangan Aleeya mencoba meraih tangan Rakasha " Aca.. Aku gak kuat lagi. Amora.. dimana dia?"
"Amora akan baik-baik aja Ya. Kamu juga harus baik-baik aja"
"Amora.. harus hidup dan jagain kamu. Aku udah gak bisa jadi peneduh buat kamu lagi. Terima kasih untuk selama ini Aca.." ucapan terakhir Aleeya sebelum menutup matanya.
Aleeya hanya tidak sadarkan diri, karena detak jantungnya masih terdengar. Sedangkan Rakasha tak bisa berkutik dan terus menangis melihat tubuh lemah Aleeya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R.A [ TERBIT ]
Novela Juvenil⚠️ Sudah Terbit di Penerbit Teori Kata ⚠️ Masih Bisa di Order lewat toko buku online (Shopee) ya AraDers AraDers : Amora Readers 🤩 ☆ C O M P L E T E D ☆ Harapan adalah sebuah ketidakpastian yang tak pernah diketahui pelabuhannya. Betapa lelah Amo...