Salma terbangun, mengusap matanya pelan, rasanya matanya tebal karena habis menangis. Ia berusaha memfokuskan pandangannya, menatap kamarnya yang kosong, Novia belum kembali.
Ia mendudukkan diri, mengikat rambutnya lalu merapikan selimut yang ia pakai.
Baru saja ingin berdiri, pandangannya teralihkan oleh sebuah paper bag di nakas, paper bag berwarna coklat itu polos, tidak ada surat atau apapun yang menjelaskan darimana ini berasal.
Salma berpikir keras, kalau saja dari fans, biasanya tidak akan langsung masuk kamar seperti ini, lalu ini dari siapa?
Salma menarik ponselnya, mengecek aplikasi pesannya, siapa tahu ada penjelasan disana. Benar, ada pesan dari Novia.
piaakk
sal, aku keluar sebentar sama Anggis. Jangan lupa makan malam, nasi kotakmu ada dibawah, di ruang makeup.
Pesan itu tidak memberikan jawaban darimana paper bag ini berasal, ia melihat jam di ponselnya, sudah hampir jam 8 malam, ia belum makan.
Tapi ia terlalu penasaran darimana paper bag ini, apakah ini miliknya? atau justru milik novia?
Daripada pusing sendiri memikirkan ini, Salma memutuskan menelfon Novia, menanyakan kejelasan benda ini.
Setelah memastikan paper bag ini memang miliknya, Salma meraihnya, melihat lihat isinya. Matanya berbinar menatap salah satu isinya, chocopie yang ia mau tadi siang! Selain chocopie juga ada banyak snack manis, membuatnya mengembangkan senyum paling manis yang ia punya.
Benda terakhir membuatnya mengernyitkan dahi, jamu haid? Dari siapa? Ah iya! Kenapa tidak ia tanyakan pada novia?
Belum sempat ia mengetikkan pesan, Novia lebih dulu mengirimnya.
piaakk
itu semuanya dari rony, bukan dari gue
Hih, novia menyeramkan, darimana dia tahu Salma akan menanyakan itu? Dan apa katanya? Dari Rony? Ini Rony yang sama yang bertengkar dengannya sejak pagi?
piaakk
lo lagi ngarang ya, nov? masa iya rony ngasih gue ini? ngapain?
jangan tanya gue, tanya aja orangnya, tadi dia cuma nitipin itu buat lo
Salma menghela napasnya, kenapa si Rony tiba tiba begini? apakah ini permulaan untuk pertengkaran yang justru lebih besar?
Tak mau ambil pusing, Salma beralih ke kamar mandi, sedikit membasuh wajahnya dan mencari kerudung di lemari. Ia harus makan, cacing di perutnya mulai berontak.
Salma meraih kacamata nya diatas nakas juga chocopie yang berada dalam paperbag itu, melangkahkan kakinya menuju ruang makeup.
Langkahnya terhenti didepan pintu, sempat ragu untuk masuk karena di ruang makeup ini hanya ada Rony, asyik duduk dengan nasi kotak didepannya, sepertinya ia juga baru memulai makan malam.
Salma diam beberapa menit didepan pintu, bertengkar dengan pikirannya sendiri, apakah ia harus masuk dan mengacuhkan pria disana atau menunda makan malamnya?
"Nasi kotak lu disana, tadi di titipin sama Novia, dia bilang lo jangan sampai telat makan." Suara itu membuyarkan lamunan Salma, ia berdeham pelan, berjalan kearah yang ditunjuk Rony, dan benar nasi kotak bertuliskan namanya -yang pasti ditulis Novia- itu ada disana.
Suasana ruang makeup mendadak suram, tidak ada yang membuka percakapan, tidak ada saling sapa seperti biasanya, tidak ada canda tawa yang menyenangkan. Entahlah, Salma dan Rony terlalu sibuk dengan isi kepalanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated | Salma Rony
Teen FictionTakdir. Satu kata beribu makna. Salma Salsabil Aliyyah, arek Probolinggo yang kembali mengadu nasibnya dalam dunia tarik suara setelah vakum selama beberapa tahun. Rony Parulian Nainggolan, pria batak yang tinggal lama di Jakarta, hidup sederhana da...