Rony mengintip dari pintu lobby utama, memastikan tidak ada siapapun diluar.
"Ayok, Sal." Bisiknya, berjalan perlahan keluar.
Salma mengikuti langkah Rony, ikut menoleh kesana kemari, takut takut ada yang melihat.
"Aman, Sal. Ayok buru!"
"Ron ada kak Winda," Bisik Salma, Rony langsung berhenti, menelisik sekitar dan menarik lengan Salma untuk mengikutinya.
Mereka berdua memutuskan diam dibelakang pilar, menunggu wanita yang sedang merapikan rambutnya itu lewat.
Rony menyandarkan dirinya ditembok dengan Salma dihadapannya, melihat kak Winda berniat menoleh kearah mereka, Rony reflek menarik pinggang Salma agar lebih tersembunyi, bisa bahaya kalau sampai mereka ketahuan.
Salma yang merasakan pergerakan Rony itu sepertinya tidak sepenuhnya sadar, fokusnya pada kak Winda lebih besar, dalam gerak refleksnya, ia meletakkan tangannya di bahu Rony, untuk menjaga keseimbangannya sendiri.
Salma dan Rony terlalu fokus dengan kak Winda, sampai lupa dengan posisi mereka, ruang dibelakang pilar ini sempit, jarak antara satu sama lain bisa dibilang dekat, terlalu dekat.
Setelah kak Winda tidak terlihat, Rony menatap Salma, mereka berdua menyadari seperti apa posisi mereka satu sama lain, Rony langsung melepas tangannya dari pinggang Salma. Mereka masih diam, sama sama terkejut, namun Rony lebih dulu berdeham, memecah keheningan.
"Ayok, kak Luthfi udah nunggu di gerbang." Seru Rony, menarik lengan yang sedari tadi menempel di bahunya.
"Kak Luthfi?" Tanya Salma ditengah acara larinya.
"Gue pinjam motornya."
Salma hanya diam, ia melanjutkan larinya, mau tidak mau, karena tangannya sedari tadi masih setia digenggam Rony.
Akhirnya mereka berdua sampai di gerbang, kak Luthfi langsung memberikan kunci motornya, tanpa basa basi Salma langsung naik ke motor, dan Rony menancapkan gas.
Semilir angin menembus pashmina yang dikenakan Salma, membuatnya terbang mengikuti arah. Salma masih diam daritadi, memikirkan apa yang baru saja terjadi.
"Sal?"
"Hm?"
"Mau kemana ini?"
Salma langsung tersadar, iya juga? Rony kan tidak tahu dia berniat kemana.
"Lu tahu toko boneka sekitar sini, nggak?"
Rony hanya mengangguk, kembali fokus menjalankan motornya.
"Ca."
"Hah? Apa Ron?"
"Sorry."
"Nggak, maksud gue tadi lu manggil gue apa?"
"Sal."
Salma mengernyit, sepertinya bukan itu yang ia dengar tadi, tapi yasudah lah, mungkin karena ini di motor, suara angin lebih mendominasi pendengarannya.
"Sorry kenapa?" Tanya Salma menanggapi pernyataan Rony tadi.
"Gue nggak sengaja pegang pinggang lu tadi."
Salma diam, sebenarnya tanpa diberitahu pun, Salma tahu yang Rony lakukan, tapi kenapa harus diingatkan kembali, kan dia jadi...
Malu?
"Sal?"
"Ck, yaudah lah, Ron, nggak sengaja juga kan lu? Nggak apa apa, lupain aja."
Percakapan mereka berhenti disana sampai kendaraan beroda dua itu berhenti disebuah toko boneka, tidak terlalu besar, tapi sepertinya cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated | Salma Rony
Teen FictionTakdir. Satu kata beribu makna. Salma Salsabil Aliyyah, arek Probolinggo yang kembali mengadu nasibnya dalam dunia tarik suara setelah vakum selama beberapa tahun. Rony Parulian Nainggolan, pria batak yang tinggal lama di Jakarta, hidup sederhana da...