Minggu sore, Salma dan Rony sudah selesai melakukan live streaming mingguan mereka. Bermain game, mengobrol, dan memberikan clue lagu apa yang akan mereka bawakan.
Mereka berdua keluar ruangan, bergantian dengan Paul dan Nabila. Mereka memutuskan untuk ke ruang dance, melatih gerakan mereka lagi.
Setelah beberapa menit latihan, mereka duduk bersandar pada dinding, menatap diri mereka lewat cermin besar didepannya.
"Sal?"
"Hm?"
"Lo terganggu, nggak?"
Salma mengernyit, "Terganggu kenapa?"
"Soal shipper?"
Salma tertawa pelan, "Nggak. Tapi lumayan sih."
"Jadinya gimana?"
"Gue nggak masalah soal shipper selagi dalam batas wajar, kalo berlebihan baru deh terganggu." Jelas Salma. Rony mengangguk angguk mengerti.
"Kenapa lo tanya itu?" Tanya Salma balik.
"Nggak apa apa, waktu itu gue pernah ditanyain soal shipper, ternyata jawaban gue sama kayak lo. Gue cuma takut blunder."
Salma mengangguk pelan, "Lagian aneh ya, Ron? Kok bisa kita sampai di shipper in?"
"Yaa, karena duet, kan?"
"Bener, sih. Cuma ya aneh aja. Bang Nayl sama Piak juga duet tapi kenapa yang di shipper in kita sama Paul Nabila doang?"
Rony mengangkat bahunya pelan, "Lo tanya mereka aja, Sal. Gue bukan cenayang."
Salma langsung mencubit lengan Rony kencang. "Aduh, sakit anjir!"
"Siapa suruh lo nyebelin?!"
***
"Sal tadi gimana gerakan kakinya?" Tanya Rony yang entah sudah ke berapa kali.
Salma mendengus sebal, ini sudah tinggal hitungan jam mereka akan tampil dan Rony masih belum hafal koreo duet mereka?
"Kan udah gue bilang, Ron. Dihafalin."
"Iya, maaf, Sal." Lirihnya pelan.
Salma menghela napas pelan, menunjukkan gerakan yang sudah ia tunjukkan beberapa menit lalu, Rony mengikuti.
Mereka berdua duduk di backstage setelah memastikan Rony menghafalnya. Memperhatikan ke hectic an di backstage, setelah beberapa menit, mereka saling toleh.
"Sal."
"Hm?"
"Good luck, ya."
Salma tersenyum kecil, "Good luck juga buat lo. Jangan dibikin beban, ya, Ron. Let it flow."
"Gue takut, Sal."
Salma mengernyit, "Takut kenapa?"
"Banyak. Gue takut ngecewain Papa Mama, gue takut kehilangan salah satu dari kalian, gue takut gue ngga bisa nyelesaiin lagu ini, gue takut sama perkataan orang nanti setelah gue perform."
Salma tertawa kecil. Tangannya beranjak menepuk pundak Rony.
"Gue tau semuanya rasanya berat, Ron. Tapi jangan lupa ya, gue disini, kita semua bareng bareng. Nggak semua hal harus dipikirin, biarkan semesta yang bekerja, ya?" Salma menenangkan, tangannya beralih menepuk lengan Rony.
"Thank you, Sal."
"Ron. Kok kita jadi suka puitis gini, sih? Aneh nggak lo?"
Rony menggeleng, "Nggak, yang aneh kan cuma lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated | Salma Rony
Teen FictionTakdir. Satu kata beribu makna. Salma Salsabil Aliyyah, arek Probolinggo yang kembali mengadu nasibnya dalam dunia tarik suara setelah vakum selama beberapa tahun. Rony Parulian Nainggolan, pria batak yang tinggal lama di Jakarta, hidup sederhana da...