4. Novia's Departure

8.9K 526 61
                                    

Kompetisi ini sudah berjalan beberapa bulan, bahkan sekarang mereka melesat maju ke top 6. Minggu lalu, bang Nayl yang harus menunda impiannya.

Ke hectic an di backstage memang selalu menjadi hal yang Salma kesal, diburu burui waktu. Apalagi sekarang baju yang ia dapat adalah baju super lebar, super panjang.

Ditengah ke hectic an nya, Salma menghela napas pelan, bagaimana bisa dia menyelesaikan memakai baju ini sendiri? Ia sudah memakai kaos dan celana untuk dalamannya, tapi dress ini terlalu lebar menurutnya, ia tidak bisa meng handle nya sendiri.

"Teh Lida, aku boleh pakai diluar aja, nggak? Yang lainnya boleh minta tolong keluar dulu, nggak? Aku nggak bisa pakai sendiri." Seru Salma dari dalam ruang ganti.

"Yaudah, Sal, sebentar. Sekalian aja Nabila ganti disini juga, dia mirip Salma kan bajunya?" Seru teh Lida entah pada siapa.

Setelah diperbolehkan keluar, Salma mengintip sebentar, memastikan tidak ada laki laki disini, karena dia akan keluar tanpa hijabnya.

Salma dan Nabila tertawa, melihat baju mereka yang sama sama terlihat penuh, baru kali ini Salma memakai baju selebar ini.

Nabila sudah siap lebih dulu, ia sedang didepan cermin, memakai hijabnya.

"Teh Lida, Aku cari jas ku dima-"

Salma menoleh, langsung berteriak.

"Ron gila ya lo?! Keluar! Gue nggak pake kerudung!" Seru Salma heboh, menarik apapun yang ada di sekitarnya, setidaknya menutupi rambutnya.

Rony yang melihat itu langsung menunduk, memutar tubuhnya dan berjalan keluar ruangan.

Salma mendengus kesal, bisa bisanya laki laki itu masuk sembarangan.

"Kak Salma? Tadi kak Rony lihat emang?" Tanya Nabila.

Salma mengangguk, "Iya lah, Nab. Gue nya aja masih begini, langsung eye contact lagi tadi. Gue kaget, dia nya juga kaget."

"Nggak sengaja itu, Sal." Ujar teh Lida.

Iya sih, Salma juga tahu itu tidak sengaja, tapi tetap saja ia kaget.

"Nih, udah, coba dipakai hijabnya." Sambung teh Lida memberikan hijab berwarna putih tulang pada Salma.

***

Rony merutuki kebodohannya sendiri, berkali kali memijat pelipisnya, kenapa dia harus menghadapi situasi seperti tadi?

"Ron!"

Rony menoleh, mendapati Paul yang berjalan kearahnya.

"Lo kenapa belum pake jas? Nggak ke teh Lida?"

"Ah iya, anu, nanti, Ul. Teh Lida lagi sibuk."

Paul mengernyit bingung, ia tahu teh Lida sibuk, tapi kenapa bicara rony mendadak gagap begitu?

"Yaudah coba gue yang ke teh Lida, sekalian mau ngambil sepatu gue."

Baru Paul berbalik badan, Rony langsung menarik lengannya. "Nggak usah, jangan kesana."

"Kenapa?"

"Jangan aja, Ul."

"Kenapa sih, Ron?"

"Ada hak orang lain yang seharusnya nggak dilihat."

Paul semakin bingung, menatap Rony aneh. Dia kenapa bicaranya mendadak seperti Fiersa Besari?

"Ron, ayolah. Ngomong yang jelas, kita nggak punya banyak waktu."

Rony menghela napas, "Udah pokoknya lu jangan kesana."

Fated | Salma Rony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang