11. Last Performance

6.8K 430 27
                                    

Salma menghela napasnya perlahan. Ini latihan terakhir sebelum mereka benar benar menghadapi result, Salma bersemangat sekali, sampai rasanya tenggorokannya kering.

Salma tersentak karena tiba tiba tersodor sebotol air didepannya, ia menatap sang pemberi, Rony dengan senyumnya. Salma langsung meraih botol air yang ternyata tutup botolnya sudah terbuka, ia langsung meminumnya perlahan.

Rony ikut mendudukkan diri disebelah wanita itu, memperhatikannya.

"Sal."

"Hm."

"Lu harus juara, ya."

Salma langsung memberhentikan acara minumnya, menatap Rony penuh.

"Dih? Lu kenapa, Ron?"

"Nggak apa apa, gue cuma pengen lu jadi juara aja."

"Lu nggak mau?"

Rony tertawa pelan, "Sal, top 4 aja sebenernya udah cukup buat gue, apalagi sekarang di top 3. Kalo sampai gue pulang malam ini, gue ikhlas banget."

"Ron! Katanya mau nemenin gue terus!"

Rony tertawa, "Nanti shipper makin banyak, Sal."

"Emang udah makin banyak, fyp gue isinya kita berdua doang."

"Nggak terganggu?"

Salma menghela napas, "Ron, kita udah pernah bahas ini, kita juga bahkan pernah diem dieman selama beberapa hari gara gara ini juga kan? Nggak mau berinteraksi satu sama lain. Tapi ya udahlah, yang lalu biar berlalu. Bener juga kata Paul, kan? Shipper bukan salah lu atau gue, jadi nggak boleh ada yang berubah diantara kita."

Mendengar penjelasan Salma, Rony berdecak pelan. "Si Powl nggak kreatif amat!"

"Kenapa?"

"Kata kata yang dia kasih ke gue ternyata sama kayak yang dia kasih ke lu."

Salma hanya tertawa menanggapinya, ia kembali meneguk air ditangannya. Beda hal nya dengan Rony, ia memikirkan kata kata Salma, kalimat terakhir nya.

"Beneran nggak boleh ada yang berubah, Sal?" Tanya Rony tiba tiba.

Salma langsung menoleh penuh, menatap bingung temannya satu itu. "Apa?"

"Diantara kita, beneran nggak boleh ada yang berubah? Meskipun ke hal yang lebih baik?"

Salma semakin bingung, "Lu ngomong yang jelas dong, Ron. Gue nggak ngerti."

Rony tertawa ringan, menyandarkan pundaknya. "Nggak, nanti aja deh."

"Ck! Apa nggak?"

"Apa, Ca?"

"Ron!"

"Apasih?"

"Ih lu mah!"

"Kenapa?" Tanya Rony pelan.

"Ngapain manggil gue, Ca?"

"Nggak boleh?"

"Nggak!"

"Terus bolehnya kapan?"

"Nggak boleh, Ron!"

Rony tertawa pelan, melihat wajah menggemaskan Salma, pipinya mengembung lucu.

"Iya, enggak, Sal."

Keadaan seketika diam, Salma yang sesekali menenggak air dari Rony, sedangkan sang pria sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Sal,"

Salma menoleh, tidak memberikan jawaban apapun.

"Lu pernah nggak, suka sama teman sendiri?"

Fated | Salma Rony Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang