"Ron, lu kenapa begitu sama Iren?" Salma membuka suara setelah mobil itu berhenti tepat didepan gerbang kost nya.
Sejak tadi, baik Salma maupun Rony tidak ada yang membuka suara, mereka lebih memilih diam. Sibuk dengan dirinya masing masing.
"Kenapa, Ca?"
"Kenapa kasar gitu sama Iren?"
"Kasar apa?"
"Gue lihat Ron, lu nggak pernah sekasar itu sama cewek!"
Rony menghela napas, ia juga merasa kalau tadi lumayan berlebihan.
"Maaf, Ca."
"Gue nggak perlu maaf, jawab aja tadi lu kenapa begitu sama Iren? Dia salah apa?"
"Nggak ada."
"Ya kalo nggak ada salah kenapa harus banget sampai kayak gitu ke dia?"
"Kesal, Ca. Dia ngomong seenaknya terus daritadi."
"Ron, gimana pun, dia perempuan. Gue nyaman temenan sama lu karena nggak pernah ngeliat lu kasar sama perempuan, tapi lihat lu tadi, gue nggak yakin lu bener bener nggak pernah kasar sama perempuan."
Salma membereskan tas nya, mengambil barangnya di kursi belakang, beberapa makanan pemberian Mama Rony.
"Besok nggak usah jemput gue, gue bareng Paul." Sergahnya langsung mendorong pintu mobil.
"Ca-" Belum sempat tangannya menggapai Salma, perempuan itu sudah menutup pintu mobil kembali.
Rony buru buru ikut keluar mobil, berniat menghentikan langkah perempuan itu.
"Ca!"
"Sal!"
"Salma!"
Nihil, langkah Salma tidak terkejar, ia sudah masuk gedung kost. Rony menghela napas pelan, memilih untuk kembali kedalam mobil.
Rony menenggelamkan kepalanya pada setir mobil, kenapa di hari yang seharusnya bahagia ini, ia justru bertengkar dengan Salma?
***
"Anjing!"
Paul langsung menoleh, menatap Rony yang basah kuyup dengan wajah lesu.
"Lo bukannya bawa mobil gue, Ron? Kenapa basah kuyup?"
"Tadi abis parkir gue lupa beli rokok, jadi sekalian aja ujan ujanan, ngilangin stress."
"Gaya lo selangit. Stress kenapa lagi? Bukannya lu happy hari ini? Kan Salma ketemu nyokap lu?"
"Ada Iren."
Paul yang tadinya sibuk memakan camilan, kini ia meletakkannya, menatap Rony penuh.
"Kok bisa? Ngapain dia dirumah lu?"
"Mana gue tau, pas gue dateng dia udah disana."
"Trus Salma gimana?"
"Ya lo pikir gimana?"
"Kayaknya Salma sih cuek aja, ya. Tapi, Ron-"
"Powl. Diem. Gue mau mandi dulu."
Paul tertawa pelan, kembali melanjutkan acara ngemilnya. Tangannya beralih mengambil ponsel diatas nakas, ada pesan masuk dari Salma.
"Ron! Salma minta bareng gue nih besok!" Paul berteriak.
"Jangan lo terima!" Sahut Rony dari dalam kamar mandi.
"Nanti dia jalan sendiri gimana?"
"Nggak. Gue jemput!
"Lo berantem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated | Salma Rony
Novela JuvenilTakdir. Satu kata beribu makna. Salma Salsabil Aliyyah, arek Probolinggo yang kembali mengadu nasibnya dalam dunia tarik suara setelah vakum selama beberapa tahun. Rony Parulian Nainggolan, pria batak yang tinggal lama di Jakarta, hidup sederhana da...