"Kapan?"
"Beberapa hari yang lalu,"
Rony menghela napas, "Lihat snapgram Syarla?" Tanyanya, mendapat anggukan Salma pelan.
"Iya, gue ketemu, terus ngobrol banyak."
Salma memutuskan untuk mengambil kurca, meletakkannya diatas pangkuannya. Mendengar pengakuan Rony yang bertemu dengan Iren membuat Salma sedikit...
Kesal?
"Lu putus gara gara gue, Ron?"
"Najis, pede banget lo!"
Tatapan sendu Salma langsung berubah, menatap Rony tajam.
"Nyebelin lu nggak ilang!"
"Nggak bakal ilang, lah!"
Salma memilih diam, menyandarkan bahunya, menatap bintang malam yang terlihat sedikit.
"Kenapa putusnya?"
"Udah nggak cocok."
"Ck! Basi banget! Pas awal jadian pasti lu bilang cocok banget sama Iren."
"Iren sih yang bilang."
Salma mengernyit, heh? Iren yang bilang? Maksudnya gimana?
"Nggak usah dipikirin, Ca. Intinya itu aja, gue putus sama Iren, buat alasan dan lain lain nanti lu juga tau sendiri."
Salma diam, tidak menanggapi lagi. Ia juga tidak suka mampir ke ranah privasi orang lain.
"By the way, makasih ya, Ca."
"Buat?"
"Aku milikmu-nya. Indah sekali."
Salma tertawa kecil, melanjutkan acara mengunyah chocopie nya.
"Nggak usah sok klise, Ron. Aneh di lu."
"Gue serius padahal, Ca."
Salma tidak menanggapi, lebih memilih meletakkan bungkus chocopie yang telah habis. Ia kembali menatap gulita nya malam, menelisik bintang demi bintang yang bertaburan.
"Lu kayak bintang, Ron."
"Ini lu yang klise, Ca."
"Kalo gue nggak apa apa, kalo lu, geli dengernya!"
Rony tertawa pelan, "Kenapa gue kayak bintang?"
"Bisa bantu biar malam nggak gelap gelap banget."
"Tapi kan yang nerangin malam itu bulan, Ca?"
Salma menggeleng, "Bulan cuma perantara, Ron. Bintang yang sebenarnya selalu menerangi malam. Bulan cuma memantulkan cahaya dari matahari, sedangkan bintang punya cahayanya sendiri. Sama kayak lu, orang orang nggak pernah tau yang selama ini selalu bisa bantu gue keluar dari masalah dan kesedihan gue ya lu."
Rony menatap Salma, menggeleng pelan dengan senyum manisnya.
"Enggak, Ca. Gue tetap bulan. Gue nggak punya cahaya sendiri, dan yang bikin lu keluar dari kesedihan lu ya diri lu sendiri. Sama kayak kata lu, bulan cuma perantara, gue juga cuma perantara, Ca. Cahaya itu ada di diri lu sendiri. Lu matahari, Ca, gue bulannya. Lu memantulkan cahaya ke gue dan bikin gue bisa ikut menyinari sekitar."
Salma mendadak diam, bingung ingin menanggapi apa. "Duh, Ron. Udahan dong klise nya, aneh lu!" Salma mengalihkan, tidak ingin berlarut dengan Rony yang sedang dalam mode serius.
Rony menghela napas, tertawa pelan. "Kan lu yang mulai, Ca."
Keadaan kembali hening, Salma hanya ingin diam sekarang, menikmati semilir angin malam yang terasa dingin. Sedangkan Rony sejak tadi sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri, ingin sekali ia kembali menyatakan perasaannya pada perempuan disebelahnya ini, namun sepertinya waktunya tidak tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated | Salma Rony
Teen FictionTakdir. Satu kata beribu makna. Salma Salsabil Aliyyah, arek Probolinggo yang kembali mengadu nasibnya dalam dunia tarik suara setelah vakum selama beberapa tahun. Rony Parulian Nainggolan, pria batak yang tinggal lama di Jakarta, hidup sederhana da...