Nabila mengetuk pintu kamar Salma perlahan, memanggil namanya. Sudah malam hari, waktunya Salma makan dan minum obatnya lagi, Nabila juga harus memastikan suhu tubuh perempuan itu.
Pintu berwarna putih itu terbuka, menampilkan Salma dengan senyum tipisnya, wajahnya masih lesu, bibirnya masih pucat, tapi sepertinya tidak separah tadi.
"Sudah baikan, Kak?" Tanya Nabila.
Salma mengangguk pelan, memutuskan kembali masuk kamar, mendudukkan diri diatas ranjang.
Nabila langsung mengambil termometer yang tergeletak di ruang tamu, ia membantu Salma kembali mengukur suhu tubuhnya. Setelah termometer itu berbunyi, Nabila langsung mengambilnya, ia menghela napas lega, suhu tubuh Salma benar benar turun.
"Kak, makan malam dulu, yuk?"
Salma menggeleng, "Nggak, Nab. Nggak mood." Lirihnya, kembali memeluk boneka kura kura itu.
"Kak, ayolah, kak Paul udah beliin nasi goreng tuh!"
"Ada Paul?"
Nabila mengangguk semangat, "Mau jenguk kak Salma."
"Yaudah suruh kesini aja, aku nggak mood makan."
"Ada kak Rony juga."
Salma langsung mendongak, tersenyum kecil pada Nabila. "Ngapain dia?" Salma bertanya, basa basi.
Nabila mengerti sekali tatapan itu, ia berniat mengerjai Salma. "Nganterin kak Paul jengukin kak Salma, sih."
Salma mengerucutkan bibirnya, bukan jawaban itu yang ia harapkan. Jadi Rony kesini hanya mengantar Paul? Bukan untuk menjenguknya juga?
Melihat wajah masam Salma, Nabila meledakkan tawanya. "Bohong, Kak. Justru tadi kak Rony lari kencang banget pas aku di lobby, nanyain aku banyak banget tentang kak Salma sampai aku bingung jawabnya."
Senyum yang tadi pudar kini kembali, "Beneran, Nab?"
Nabila menahan senyumnya, sepertinya bukan hanya Rony yang mulai memberikan perasaannya, tapi wanita satu ini juga.
"Kenapa semangat banget, Kak? Kak Salma suka sama kak Rony?"
Mendengar pertanyaan Nabila membuat Salma sadar akan perilakunya tadi, ia buru buru mengembalikan mimik wajahnya.
"Ngaco banget, Nab. Yakali gue suka sama Rony!"
"Loh, aku nanya, kak Sal!"
"Nggak, Nab. Nggak mungkin."
"Yaudah ayo turun, kita makan malam, udah ditungguin dari tadi."
Salma menuruti, ia lantas berdiri, masih memegangi boneka kura kura yang sedaritadi ia peluk.
"Kak? Mau bawa bonekanya?"
Salma mengangguk semangat. "Kenapa? Nggak boleh, Nab?"
"Yaa, boleh sih. Tapi kak Salma nggak apa apa repot pegang bonekanya?"
"Nggak apa apa."
***
Rony mendongak saat merasakan pergerakan dari seberang sana, itu Nabila dan Salma yang sedang berjalan kearah mereka. Namun fokus Rony berhenti pada sesuatu yang Salma peluk, boneka kura kura, pemberiannya.
Rony tersenyum, meskipun pucat, Salma tetap terlihat menggemaskan dimatanya.
"Eh, Powl! Makasih lho jauh jauh kesini." Salma menyapa, mengambil duduk diseberang Rony. Ia meletakkan boneka kura kura dipangkuannya.
"Ck, basa basi lo! Nih dimakan nasgornya! Banyak tingkah si lu, demam kan!" Paul mengomel, membantu membuka bungkusan nasi goreng dihadapan Salma.
"Kok gue nggak disapa?" Rony mengeluh.
![](https://img.wattpad.com/cover/344806564-288-k676266.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated | Salma Rony
Ficção AdolescenteTakdir. Satu kata beribu makna. Salma Salsabil Aliyyah, arek Probolinggo yang kembali mengadu nasibnya dalam dunia tarik suara setelah vakum selama beberapa tahun. Rony Parulian Nainggolan, pria batak yang tinggal lama di Jakarta, hidup sederhana da...