Salma meminum kopi nya, menatap Rony sebal. "Ron, ayolah. Masa kita mau berantem lagi?"
"Apa, Sal? Gue salah apa lagi?"
"Dihafalin lho liriknya, nanti kayak duet kemarin, H-1 lo belum hafal lirik!"
"Iya, Sal."
Salma menghela napas, di empat besar ini ternyata mereka kembali dipasangkan dalam penampilan duet. Salma tahu persis, ini pasti akibat shipper yang ternyata semakin banyak bertebaran. Ia kira, shipper itu hanya berlangsung seminggu, seperti yang pernah ia katakan pada Novia. Namun nyatanya bertolak belakang, setiap hari yang ia lihat di fyp nya hanya video editan dan interaksi antara dia dan Rony yang ia pikir adalah interaksi biasa sebagai seorang teman.
Salma sengaja memilih lagu yang tidak romantis, tidak ingin shipper ini berlanjut, karena ia tahu, Rony sudah dekat dengan Iren sejak awal kompetisi, dan Iren juga temannya. Ia tidak mau merusak banyak hal.
Bang Meltho hanya tertawa melihat perdebatan dua anak ini yang tidak pernah berhenti.
"Udahan berantemnya, ayok latihan lagi. Habis ini kalian mau latihan koreo juga kan?"
Perdebatan mereka berhenti disini, daripada kejadian lalu terulang lagi, lebih baik kali ini mereka menuruti bang Meltho. Mereka mulai serius latihan, meskipun sesekali bercanda.
Setelah makan siang, Salma, Rony, Nabila, dan Paul duduk lesehan di ruang dance, mengamati diri mereka sendiri dari cermin. Tak berselang lama, koh Wandy datang bersama kak Chelsea, mereka menyapa sebentar, lalu menyuruh empat orang didepannya berdiri.
"Gue udah bikin koreonya. Kalian kan tampil berempat, nggak akan ada back dancer, kalian juga nggak bakal dapet koreo aneh aneh sih, harus nyanyi juga, kan." Jelasnya. Mereka dengan seksama memperhatikan koh Wandy, tidak ingin salah koreografi ditengah panggung.
Koh Wandy memutar audio dari speakernya, itu suara latihan mereka berempat bersama paptho kemarin. Sengaja untuk mempermudah sesi koreografi.
"Gue sama Chelsea bakal contohin dulu, nanti baru kita jelasin satu satu, ya."
Koh Wandy dan Kak Chelsea sibuk dengan dance mereka. Salma, Rony, Nabila, dan Paul pun memperhatikan dengan detail setiap gerakan. Tiba di gerakan terakhir, mereka berempat saling tatap.
"Kak? Really?" Tanya Salma memastikan.
Koh Wandy mengangguk, "Ya. Gerakan itu paling cocok buat lagunya."
Rony melihat Salma, sepertinya wanita itu kurang menyukai ending dari koreo yang sudah diberikan.
"Koh, kayaknya Salma sama Nabila nggak setuju, deh. Kita kan tetap harus dapat izin mereka." Rony bersuara, lagipula ia benar, apapun yang terjadi, izin Nabila dan Salma tetap yang utama.
"Bener, koh." Paul mendukung.
"Kalian nggak setuju, Sal? Nab?" Tanya koh Wandy.
Salma dan Nabila saling tatap, "Aku diskusi dulu sama Nabila, boleh?"
Koh wandy mengangguk, Salma dan Nabila menjauhi mereka, ada di sudut ruangan. "Nab? Setuju?" Tanya Salma.
"Sejujurnya kurang, kak. Soalnya yang di praktik in tadi terlalu dekat. Itu kayak pas kak Rony nyanyi karena kucinta kau nggak sih, kak?" Salma mengangguk pelan mendengar penuturan Nabila.
"Sebenarnya gue nggak masalah kalo cuma pegang pinggang, tapi ini sampai narik kita kearah mereka, itu sih yang bikin kurang sreg."
Nabila mengangguk setuju, "Iya, kak. Nanti takutnya aku diomelin abi juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated | Salma Rony
Teen FictionTakdir. Satu kata beribu makna. Salma Salsabil Aliyyah, arek Probolinggo yang kembali mengadu nasibnya dalam dunia tarik suara setelah vakum selama beberapa tahun. Rony Parulian Nainggolan, pria batak yang tinggal lama di Jakarta, hidup sederhana da...