Hallo everyone. Aku mau minta maaf dulu karena ga bisa update wp tiap hari. Setelah sakit terbitlah kerja lembur bagai kuda🥲 jadi mohon pengertiannya yaa... aku usahain seminggu 2 kali up deh...
Happy reading ❣️
.
.
.Hari ini merupakan acara makan malam yang diadakan kedua keluarga. Pak Anton dan Bu Ani sudah menunggu keluarga pak Fajar. Sedangkan Zikri masih diluar karena dia sudah terlanjur janjian dengan temannya akan input SKS bareng (biasa maba takut nanti salah). Jadinya dia akan terlambat sedikit. Orang tuanya tidak masalah, toh itu untuk kepentingan kuliah. Mereka juga sudah memberi tahu keluarga pak Fajar dan sudah memaklumi.
Keluarga pak Fajar tiba di kediaman Pak Anton bersama kakek Martha, bu Dian dan Shifa. Mereka dipersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu.
"Ini Daffa yaaa... Terakhir lihat waktu masih kecil yaa.. sekarang udah gede tampan lagi" Ani memulai pembicaraan.
"Daffa perkenalkan diri dulu dong sama om tante" Dian memberitahu anaknya.
"Hallo om... tante.." sapa Daffa singkat.
"Iyaa.. hallo.. yang cantik ini siapa?"
"Aku Shifa tante adiknya Daffa" jawabnya sambil nyengir.
"Udah kelas berapa shifa?"
"Kelas 2 SMP tante" Ani hanya mengangguk. Ia salpok dengan Daffa yang celingak celinguk dari tadi.
"Kamu nyariin anak tante yaa Daffa?"
"Eh.. ga kok tante" jawabnya dengan salah tingkah.
"Kalau iyaa juga gapapa. Dia masih dirumah temennya. Biasa maba masih riweh sama urusan kuliah" sahutnya sedikit menggoda Daffa.
Mereka kembali mengobrol santai sambil menunggu Zikri.
"Lebih baik kita makan dulu karena semua sudah dihidangkan" celetuk pak Anton
"Bagaimana dengan anakmu" tanya kakek Martha.
"Dia akan segera pulang paman" sahut Ani, tadi ia sudah dikabari anaknya.
Mereka pergi ke ruang makan lalu duduk di meja persegi panjang itu. Para ibu menghidangkan semua makanan ke meja. Semua sudah duduk berhadapan, kecuali kursi depan Daffa yang sengaja dikosongkan. Ketika akan mulai makan terdengar suara seseorang datang dari arah belakang Daffa.
"Ayah bunda aku datang" Daffa tersentak, ia merasa pernah mendengar suara ini.
"Kesini sayang... Semua sudah menunggu" Zikri segera menuju kursi tapi sebelum ia duduk dia dikagetkan dengan sosok yang ia kenal sedang berada di depannya. Mereka berdua saling tatap "anjirr" kata mereka berdua dalam hati. Daffa memutuskan tatapannya dengan minum air namun ia malah tersedak oleh perkataan kakeknya."Manis juga kamu nak" begitulah yang dikatakan oleh kakek Martha ke Zikri.
"Manis dari mananya? Akhh..." Celetuk Daffa yang dihadiahi cubitan oleh maminya.
Zikri melotot sambil memanyunkan bibirnya ke Daffa.
"Sayang ayok duduk dulu..." Kata bu Ani mencairkan suasana.Mereka semua makan dengan hikmat berbeda dengan dua orang yang akan dijodohkan itu. Mereka saling tatap sinis sambil komat kamit yang hanya mereka berdua yang mengerti. Hingga akhirnya acara makan selesai dan mereka memutuskan untuk membiarkan dua orang itu, Daffa dan Zikri untuk bicara berdua. Para ibu memaksa mereka untuk ngobrol berdua di kamar. Dengan ogah-ogahan Zikri menunjukkan jalan.
"Ga nyangka orang yang dijodohin sama gua itu elo" Zikri menengok Daffa yang bicara.
"Apalagi gua... Tau gitu ga gua terima" jawabnya ga santai.
"Cih... Lo kira gua juga mau kalo orangnya lo" sahut Daffa tak terima.
"Yaudah bilang sama ortu lo gamau dijodohin"
"Kenapa ga lo aja?"
"Gua udah janji sama ayah bunda kalo gua mau nerima perjodohan gila ini" Suaranya lirih
"Hah... Gua juga udah janji sama kakek"
"Trus gimana dong?" Tanya Zikri dengan puppy eyesnya
"Ya gimana lagi.. terima aja. Inikan cuma tunangan, kalo nanti udah bosen tinggal jalanin hidup masing-masing. Kecuali lo nya jatuh cinta sama gua" goda Daffa
"Idih najis gua cinta sama modelan kayak lo.. amit-amit" Zikri merinding denger jawaban Daffa tadi. Mana mungkin ia akan jatuh cinta dengan manusia modelan Daffa yang temperamen itu. Yang ada dia sakit hati.
"Ngomong-ngomong lo kok ga kaget gua..." Zikri tidak melanjutkan bicaranya.
"Kayak gua? Udah keliatan" jawab Daffa santai yang membuat Zikri bingung.
"Maksudnya?"
"Lo bakalan tau kalo udah berpengalaman kayak gua" Zikri memutar bola mata mendengar jawaban Daffa.
"Jadi gimana lo mau terima ga perjodohan ini?" Daffa ingin memastikan.
"Kayak yang lo bilang... Ini cuma tunangan jadi terima aja" Daffa mengangguk
"Ok deal. Jangan ada cinta diantara lo sama gua" tegas Daffa.
"Ck.. iye" Zikri keluar kamar menuju ruang tamu. Ia tidak sanggup berduaan dengan orang rese terlalu lama.Dian melihat calon mantunya turun tangga.
"Sayang ayo sini duduk samping tante".
"Iyaa tante" ia malu-malu duduk.
"Kok udahan ngobrol sama Daffa nya?"
"Udah sering ketemu kok tante di kampus :)"
"Ohh gitu... Daffa orangnya gimana?"
Zikri bingung ditanya seperti itu, mau jawab 'rese' ga enak sama keluarganya.
Daffa yang dari tadk duduk di depannya pun menunggu jawabannya.
"Eee.. sejauh ini baik kok tante" mendengar jawaban Zikri, Daffa hanya mengeluarkan smirk.
"Oh kakek lupa memberi tahu, setelah tunangan kalian akan tinggal serumah".
Jelas hal ini membuat mereka berdua kaget, Zikri langsung protes sedangkan Daffa tak ambil pusing.
"Tapi kek... Zikri masih kuliah belum bisa tinggal jauh dengan orang tua".
"Justru itu... Kamu sudah dewasa sekarang saatnya belajar mandiri. Untuk semua keperluan sudah tersedia jadi kamu ga perlu pusing pikirin itu. Ini juga bisa jadi langkah awal kalian mendekatkan diri". Semua orang mengangguk setuju. Zikri melotot kearah Daffa meminta bantuan tapi dia hanya mengedikkan bahunya.
Hah... Apa boleh buat Zikri cuma bisa pasrah."Kamu satu kampus dengan Daffa kan?" Tanya Fajar ke calon mantunya untuk pertama kali.
"Iya om" sahutnya singkat
"Nahh makin bagus itu... Kalian bisa berangkat ke kampus barengan".
Sumpah Zikri ingin menghilang dari dunia ini. Tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini.
Melihat Zikri yang bingung, Daffa memberikan komentar.
"Ga bisa gitu pa. Takutnya orang-orang curiga sama kita berdua. Lagipula jadwal kita belum tentu sama. Daffa juga harus praktek lapangan semester ini" jawabnya meyakinkan sang papa.
"Iyaa om yang dibilang Daffa bener. Kalau ada yang liat kita berduaan terus takutnya jadi gosip" Zikri menjawab dengan senyum getirnya.
"Hmm.. baiklah tidak perlu berangkat bersama. Tapi tolong jaga anak om ya Daffa" itu pak Anton yang bicara. Dia takut anak bungsunya ini malah kenapa-kenapa tanpa pengawasan langsung darinya.
"Baik om" Daffa tidak tahu bisa menjaga bocah ini atau tidak. Dia hanya mengiyakan agar pembicaraan tidak terlalu panjang.Pertemuan keluarga berakhir saat itu. Mereka sudah setuju bahwa acara tunangan akan dilangsungkan di taman rumah baru yang akan ditinggali oleh Daffa dan Zikri. Tidak banyak yang perlu disiapkan hanya dekorasi, makanan dan yang paling penting cincin tunangan. Hal itu sangat mudah dilakukan oleh keluarga Daffa karena keluarga mereka yang termasuk high class. Semua bisa terjadi dalam semalam.
Daffa dan Zikri tidak tahu mereka kedepannya akan seperti apa. Mereka hanya memenuhi janji yang kakek mereka buat. Biarkan berjalan sesuai rencana, sisanya pikirkan nanti saja. Mereka hanya berharap perjodohan ini adalah keputusan terbaik untuk saat ini.
Mudah-mudahan setelah tinggal bareng tidak ada kejadian yang tidak diinginkan yaa 😁
Terimakasih untuk semua yang sudah menunggu updatean cerita ini
Jangan lupa vote nya yaa❣️
See ya next chapter 👋👋