Bab 9

1.3K 91 10
                                    

Hola everyone 👋 akhirnya aku update juga.

Happy Reading ❣️
.
.
.

Daffa dan Zikri duduk di ruang tamu dengan saling berhadapan. Mereka akan membicarakan  perjanjian selama masa tunangan.
"Gua udah buat list perjanjiannya, coba lo baca" Daffa menyerahkan selembar kertas ke Zikri.

Isi perjanjian:
1. Tidak boleh ada yang jatuh cinta
2. Dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing
3. Tidak boleh menyentuh barang orang lain tanpa izin
3. Di kampus pura-pura tidak kenal
4. Terlihat akur di depan keluarga saja
5. Semua urusan rumah dilakukan oleh pihak kedua
6. Pihak kedua membuat memasak tiap hari untuk pihak pertama.
7. Pihak pertama menyediakan uang untuk kebutuhan setiap hari.

Yang bertanda tangan dibawah ini pihak pertama (Daffa) dan pihak kedua (Zikri)

"Perjanjian apaan nih... Ini yang ada enak di elo ga enak di gua" protes Zikri
"Yaudah lo maunya kyk gimana? Tinggal tambah kurangin aja" usul Daffa

Zikri menulis ulang isi dari perjanjian.

Isi perjanjian:
1. Tidak boleh ada yang jatuh cinta
2. Dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing
3. Tidak boleh menyentuh barang orang lain tanpa izin
3. Di kampus pura-pura tidak kenal
4. Pihak pertama harus memberikan uang jajan ke pihak kedua
5. Terlihat akur di depan keluarga saja
6. Urusan rumah dibagi rata oleh pihak pertama dan pihak kedua
7. Pihak pertama menyediakan uang untuk kebutuhan setiap hari.

Yang bertanda tangan dibawah ini pihak pertama (Daffa) dan pihak kedua (Zikri).

Zikri menyerahkan kembali kertas perjanjian ke Daffa.

"Tambahin deh lo yang masak tiap hari... Gua mana bisa masak" pinta Daffa.
"Tinggal beli aja apa susahnya sih" sungut Zikri
"Lo punya uang gua tanya"
"Yakan lo nya yang ngasi" jawab Zikri polos
"Eh asal lo tau yaa, orang tua gua udah jatahin uang jajan + bulanan kita. Kalo boros lo mau dapet duit darimana??" Kesal juga nih Daffa lama-lama.
"Yaudah gua tinggal minta ke ortu gua" jawab Zikri enteng.
"Ga bakalan dikasi, orang ide minta lo masak itu saran dari ortu lo juga" ahh Zikri kesal sama orang tuanya... Anaknya malah disuruh jadi babu (hiperbola banget sih). Dia ngedumel dalam hati.

Melihat Zikri manyun, Daffa bertanya lagi untuk memastikan.
"Jadi lo setuju atau enggak"
"Yaudah mau gimana lagi" Zikri pasrah
"Bagus... Nanti gua kasi salinannya setelah gua ketik ulang" Zikri hanya menganggut sebagai jawaban.

Isi perjanjian:
1. Tidak boleh ada yang jatuh cinta
2. Dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing
3. Tidak boleh menyentuh barang orang lain tanpa izin
3. Di kampus pura-pura tidak kenal
4. Pihak pertama harus memberikan uang jajan ke pihak kedua
5. Terlihat akur di depan keluarga saja
6. Urusan rumah dibagi rata oleh pihak pertama dan pihak kedua
7. Pihak pertama menyediakan uang untuk kebutuhan setiap hari.
8. Pihak kedua memasak tiap hari.

Yang bertanda tangan dibawah ini pihak pertama (Daffa) dan pihak kedua (Zikri).

Entah bagaimana tapi hitam diatas putih itu hanya pembicaraan sesaat karena tidak ada salinan ataupun tanda tangan yang dibubuhkan. Mungkin bagi mereka cukup dengan lisan saja sudah dapat dipahami.
.
.
.
.
Setelah hari itu, semua perjanjian dilakukan sesuai kesepakatan. Mereka juga sudah mulai kuliah namun belum efektif karena masih minggu pertama. Biasanya hanya pengenalan dosen dan penjelasan kontrak kuliah saja. Hari ini mereka berdua tidak ada jam kuliah pagi. Daffa hanya ada jam sore nanti.
Sekarang sesuai dengan perjanjian, Zikri harus memasak. Namun saat membuka kulkas Zikri lihat semua bahan sudah mau habis. Mereka belum pernah belanja setelah hampir seminggu tinggal bersama karena kebutuhan sudah disediakan oleh keluarga mereka.  Jadi hari ini dia berniat untuk belanja mingguan. Dia akan memberitahu Daffa dulu.

"Daffa...bahan-bahannya udah mau habis"
"Yaa teruss??"
"Lah goblok ni anak.... Beli lagi lah buat stok" Zikri dongkol
"Yaudah nih" Daffa mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan.
Zikri menerima uang itu lalu terdiam yang membuat Daffa bingung.
"Kenapa bengong lo katanya mau belanja"
"Yaudah ayok" ajak Zikri
"Ngapain ngajak gua? Belanja sendiri aja" jawab Daffa
"Yeee.... Kagak ada motor gua"
"Pake motor gua"
"Gua bisanya matic anying"
"Beban banget sihh"
"Ooh gitu gua bilangin kakek yaa"
"Anj... Ngaduan lo.. Yaudah ayok..." Zikri tersenyum setelah berhasol membuat Daffa kesal.

Dengan rasa kesal Daffa membonceng Zikri ke swalayan dekat rumah mereka (iya rumah mereka karena dihadiahkan untuk mereka 🤭).
Sekitar 15 menit mereka sampai.

"Lah.. ngikut lo, kirain mau nunggu diluar" sungut Zikri yang melihat Daffa ngikut dibelakangnya.
"Maunya gua tinggal malah" sahut Daffa malas
"Yaudah sana... Gua tinggal telpon kakek"
Zikri sekarang punya tameng gais jadi dia ga perlu takut diolok-olok Daffa.
"Katanya mau pergi kenapa masih ngintilin?" Heran Zikri sama manusia disebelahnya
"Orang gua juga mau belanja sesuatu.. jangan kepedean jadi orang.." Zikri memutar bola matanya mendengar jawaban Daffa.

Setelah 30 menit berkeliling, akhirnya Zikri hampir selesai belanja kebutuhan tinggal beli snack dan minuman rasa. Sedangkan Daffa masih berada di rak alat mandi yang juga dekat dengan rak snack tempat Zikri berada. Dia sudah mengambil banyak snack dan minuman sekarang waktunya membayar. Namun baru saja berbalik, ia mendengar suara yang tidak asing.

"Van lo mau beli apa?" Tanya seseorang
"Gua mau beli minum dulu"

"Anying.... Kenapa harus ada mereka" Suara Zikri dalam hati.

Dia panik, ketika melihat Daffa masih di rak tadi Zikri cepat-cepat menghampirinya dengan meninggalkan hasil belanjaan lalu membekap mulut Daffa. Daffa tentu saja bingung tiba-tiba dia diseret lalu mulutnya dibekap.
Daffa mencoba melepaskan bekapan tangan Zikri lalu bertanya....
"Kenapa lo?" Zikri menaruh satu jarinya dimulut Daffa karena dia bicara lumayan keras.
"Ssttttt...." Daffa menaikkan alisnya bingung.
"Ada temen gua disitu" kata Zikri berbisik
"Trus apa hubungannya sama gua?" Daffa juga ikut berbisik
"Refleks gua mah... Takutnya mereka nanya macem-macem guanya salah omong" sahut Zikri sambil mengintip keberadaan temannya.

Mereka seperti kucing-kucing dengan teman Zikri. Teman Zikri Vano, Nia sama Yuda, ingatkan? Mereka awalnya juga mau ajak Zikri pergi bareng, tapi Zikrinya bilang ada urusan. Jadilah mereka pergi bertiga dan berencana mau main ke rumah Zikri namun mereka belum mengetahui alamat rumahnya. Berakhir sejarang mereka seperti main petak umpat, saat tiga temannya pindah ke rak lain mereka juga akan segera bergerak pindah ke tempat lain juga. Sampai dimana Vano, Yuda dan Nia berhenti di rak snack tempat tadi Zikri berada dan Dafzik sekarang berada di tempat alat mandi tadi.

"Kita jadi ke rumah Zikri?" Tanya si Yuda
"Jadi nih.. tapi chat gua belum dibalas sama Zikri" sahut Nia sambil mengecek hp nya.
"Telpon aja udah daripada lama kan mungkin dia ga liat notif" saran Vano.
"Yaudah deh gua coba telpon dulu mudah-mudahan diangkat" Nia mengikuti saran dari Vano.

Zikri yang mendengar temannya akan menelpon dirinya langsung panik. Ia tidak pernah mengaktifkan silent mode di hp nya.

"Mampus" kata Zikri dalam hati.

Tut.. tut... Tut....

Nia mendengar suara hp berbunyi dari seberang rak dimana dia berada sekarang. Merasa aneh ia menelusuri suara hp itu hati-hati menuju rak seberangnya.

Zikri memberikan kode ke Daffa untuk membantu dirinya, namun seperti Daffa tidak menangkap maksud Zikri.

Nia sudah semakin dekat dengan suara hp itu hingga....

"Lohh... Kok ada disini....."

Tbc.
.
.
.
.

Terimakasih semua yang sudah menunggu cerita ini. Aku sangat terharu. Awalnya mau aku unpublish, tapi anak gc meyakinkan untuk lanjut 🙂.
Tapi mohon maaf kalau nantinya updatenya lama yaa..

Jangan lupa vote dan komen

See yaa next chapter 💕

From ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang