Bab 8

1.3K 111 25
                                    

Hai gais aku up lagi 😁

Happy reading💕

Hari sabtu malam tiba, kedua keluarga sedang siap siap untuk acara pertunangan. Daffa sudah siap dengan pakaian casual nya hanya menggunakan kaos dengan dibaluti jas. Keluarganya sudah menunggu ditaman. Namun berbeda dengam Zikri, dia sedang ngambek karena dipaksa menggunakan pakaian formal. Akan terlihat aneh anak seumurnya menggunakan pakaian seperti bos bos kantoran.
"Bunda.. jangan pake yang ini lah. Malu tau diliat yang lain. Style nya kuno banget :'(" Zikri merengek.
"Trus mau pake apa sayang? Udah ditunggu loh.." Bu Ani lelah menghadapi putranya.
"Coba liat pakaian nya Daffa bun, dia pake apa" bundanya keluar untuk melihat style Daffa.
"Dia pake apa bun?" Tanyanya setelah melihat bunda kembali.
"Dia pake kaos sama jas aja" sahutnya
"Yaudah aku pakai gitu juga"
"Yaa terserah kamu saja" bunda pasrah.

(Visualisasinya lihat waktu mereka kondangan ya gais)

Zikri sudah berada di taman sekarang bersama yang lain. Kakek sudah memerintahkan untuk memulai acara. Mereka melakukan tukar cincin dengan ogah-ogahan.
"Ayo sayang pasang cincin nya ke nak Zikri" suruh mami Dian. Daffa memegang tangan Zikri lalu memasangkan cincinnya. Zikri terlihat ingin menangis bukan terharu tapi dia sedih setelah ini ia tidak akan tinggal bersama orang tuanya.
"Sekarang giliran nak Zikri" Zikri melakukan hal yang sama yang dilakukan Daffa. Bedanya Daffa memasang wajah datar.
"Sekarang kalian sudah sah bertunangan" Kakek Martha terlihat bahagia. Dalam hati ia berkata 'Arga aku sudah menepati janjiku sisanya serahkan pada mereka yang menjalani'. Sosok putih yang sedari tadi berada di ujung taman tersenyum lalu menghilang.

Acara tukar cincin sudah selesai, saatnya menikmati hidangan yang tersedia. Daffa dan Zikri terlihat tidak semangat, mereka dari tadi hanya memasang wajah datar. Mereka hanya tersenyum ketika di depan keluarga. Makan pun tidak selera, Zikri hanya memakan roti dan buah dari pagi. Daffa juga hanya makan sekali.

Malam sudah larut, waktunya meninggalkan pasangan baru di rumah baru. Namun Zikri mulai drama,
"Bunda..... hiks, aku ga mau tinggal disini hiks..".
"Hei.. udah besar kok nangis. Malu diliat yang lain. Kamu udah dewasa belajar hidup mandiri ya sayang..." Bunda menenangkan anaknya.
Hiks.. Zikri mengangguk lemah.
"Nak Daffa tolong jaga anak tante yaa..." Kata bu Ani.
"Baik tante" jawab Daffa dengan senyum paksa.

Zikri melambaikan tangan kearah orang tuanya, sebenarnya tidak rela tapi mau bagaimana lagi. Daffa masuk ke rumah lebih dulu dan menuju kamar untuk berbaring, ia lelah hari ini.
Setelah kepergian orang tua dan mertuanya, Zikri bingung harus bagaimana. Dia lelah ingin rebahan tapi dia takut tidur sendiri dirumah baru. Mau bilang Daffa takutnya malah diejek. Dia memutuskan untuk menonton tv di ruang tamu. Siapa tahu dia bisa tidur tanpa sadar.

Daffa bangun dari baringnya, ia lupa memberitahu Zikri kamr tidurnya. Ia menuju lantai bawah dan melihat Zikri masih menonton tv.
"Ga tidur lo? Udah malem juga"
"Iyaa bentar lagi.. masih seru nih" jawan Zikri tanpa memutuskan pandangan dari tv.
"Yaudah terserah.. gua cuma mau bilang kamar lo ada dilantai 2 sebelah kamar gua" Daffa melenggang setelah memberitahu hal itu.

Tontonan Zikri sudah selesai, ia bingung harus melakukan apa. Pada akhirnya ia pergi ke kamar yang sudah ditunjukkan oleh Daffa. Ia duduk dikasur sambil melihat seisi kamar. 'Nyaman' hanya saja ia takut kalau harus berada di tempat baru. Ia mencoba untuk berbaring, toh di kamar sebelah ada Daffa jadi rasa takutnya sedikit berkurang. Lama ia tidak bisa memejamkan mata, hujan juga tiba-tiba turun dibarengi dengan guntur.
"Anjirr.. kenapa tiba-tiba badai nih" ucapnya pelan.
Jederrrr....
"BUNDAAA........" teriak Zikri karena suara petir yang dibarengi dengan mati lampu.

Daffa yang saat itu sudah tidur, tiba-tiba terbangun mendengar teriakan Zikri. Ia segera menghampiri bocah itu dengan berbekal flash dari hp.
"Kenapa??" Daffa melihat Zikri sembunyi dibalik selimut.
"Takut...." Suaranya lirih
"Trus sekarang gimana?"
"Temenin tidur" jawan Zikri dengan suara sangat kecil.
"Lo bilang apa? Yang jelas dong ngomongnya"
"Temenin tidurrr... Buat hari ini aja. Gua belum terbiasa sama rumah ini".
"Hadeh.. yaudah geser lo" suruh Daffa
"Mau ngapain?"
"Lo nyuruh gua nemenin lo tidur ya anying"
"Tapi maksud gua ga tidur sekasur"
"Lo nyuruh gua tidur dimana?"
"Di sofa aja.." jawab Zikri lirih
"Gila lo.. gua udah mau nemenin lo, lo malah nyuruh gua tidur di sofa?" Daffa mulai emosi
"Mmm... Yaudah lo tidur dikasur tapi jangan macem-macem" peringat Zikri
"Idih najis gua macem-macem sama bocah kayak lo" Daffa berbaring di samping Zikri, jujur dia sangat ngantuk.
Zikri memberi batas diantara mereka menggunakan guling.
"Lo ga boleh lewatin bates ini yaa.. awas lo" Daffa tidak menggubris, ia memilih untuk memejamkan matanya.

Tidur Daffa terganggu karena merasa ada yang menimpa badannya. Setelah ia lihat ternyata tangan dan kaki Zikri berada diatas badannya. Ia menyingkirkan itu tapi Zikri malah makin mengeratkan pelukannya. Daffa pasrah, ini juga tidak terlalu menggangu jadi ia biarkan saja sampai pagi.

Daffa sudah selesai mandi pagi ini, tapi belum sarapan. Ia akan meminta Zikri untuk membuatkannya.
"Eh bocah bangun" Daffa menggoyang-goyangkan badan Zikri.
"Emmm... Kenapa bunda? Masih pagi ini" sepertinya Zikri belum sadar benar.
"Bunda mata lo.. ehh bangun kagak buatin gua sarapan".
Mendengar suara itu Zikri langsung terbangun. Ia baru sadar dia tidak sedang di rumah saat ini.
"Ngapain lo nyuruh gua buatin lo sarapan?" Zikri ogah
"Lo pihak bawah udah sepantasnya ngelayanin pihak atas kayak gua".
"Siapa bilang gua pihak bawah?" Zikri protes
"Mau tes?" Daffa sudah bersiap untuk membuka celana.
"Anj***.. yaudah gua buatin" Zikri ngacir ke kamar mandi untuk cuci muka. Daffa sangat senang pagi-pagi bisa menggoda bocah ini.

Zikri membuatkan nasing goreng untuk sarapan Daffa. Ia sudah biasa memasak jadi jangan remehkan keahliannya.
"Gimana?" Zikri tanya pendapat Daffa soal nasi goreng yang dia buat.
"Enak" jawabnya singkat
Jawaban singkat itu membuat senyum Zikri mengembang. Daffa yang melihat senyuman itu lumayan terpesona 'manis juga' pikirnya.
"Setelah ini lo ada kemana?" Celetuk Daffa
"Ga kemana-mana"
"Bagus.. hari ini kita harus membuat perjanjian selama masa tunangan ini" Daffa menjelaskan.
"Okee" jawab Zikri semangat.
.
.
.
.
"Kalo kayak gini enak di lo ga enak di gua anjirr"

"Lo mau terima apa enggak?"

Tbc

Jangan lupa vote gais. Votenya dari bab awal yaa jangan cuma 1, 2 bab aja..
Ingat di komen juga.

See yaa next chapter 👋👋

From ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang