23. tinggal bareng

497 15 0
                                    

dua minggu kemudian.

Bandara Internasional

Drrrt..

suara derit roda koper putih sedikit menggema, Kebisingan di bandara menusuk indra pendengaran seorang pria cantik yang berjalan sendiri di tengah tengah kerumunan. Pria itu berjalan sendiri dengan begitu lugas, ketika dia akhirnya melewati pintu, udara hangat dari hembusan angin sore segera menyapu kulit bersihnya begitu lembut.

Alister berhenti sejenak dan mengambil nafas banyak banyak berusaha meresap udara menyegarkan itu kedalam darahnya sebelum menghembuskannya secara perlahan. "Hah.." betapa enaknya..

Setelah dua minggu tinggal di negara orang, tentu saja Alister masih memiliki kesadaran bahwa negaranya sendiri masihlah pilihan yang terbaik. Dia melakukan hal itu selama beberapa kali seolah olah sudah sangat lama seperti bertahun tahun Alister tidak kembali ke negara I. Di sisi lain, dia tiba tiba kembali mengingat masa masa sebelum dia benar benar akan berpisah dari papa dan kakaknya.

Gavi memasang wajah sedihnya ketika dia benar benar merasa harus berpisah kembali dengan putra keduanya "aih, papa juga pengen pulang bersama putra bungsu papa."

Mendengar keluhannya yang begitu menyedihkan Alister segera memeluk lengan papanya sambil bertindak manja "gausah sedih pa, Alister janji bakalan mengubungi papa disetiap kesempatan. Ya pa?"

Gavi cukup terhibur dengan bujukan putranya bungsunya itu, walaupun bibirnya masih sedikit mengerut. Bagaimanapun, mereka telah berpisah selama satu dekade lebih yang merupakan kesedihan terbesarnya saat ini ketika Gavi mengingat akibatnya. Jadi tidak heran dia jadi merasa sangat enggan untuk berpisah dengan putra bungsunya ini.

Dari samping, Heinry hanya bisa pasrah dengan pasangan ayah anak ini. Jejak ketidak berdayaan muncul di wajahnya. "Pah, Alister masih harus sekolah. Apalagi dia udah mau kelas terakhir sekarang. Gak akan bagus buat akademis Alister jika terlalu lama izin."

Gavi sangat paham akan hal itu, namun dia masih merasa enggan "Tidak bisakah kamu mengurus biar adik mu pindah ke sekolah yang disini? Papa beneran gak mau pisah sama adikmu."

Heinry "...." sangat gigih.

Mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan dengan santai oleh Gavi membuat tubuh Alister tersentak kuat.

Gak mungkin dia bisa pindah sekolah hanya karena alasan itu woi!

Dia tidak ingin meninggalkan teman temannya yang telah bersama dengannya selama hampir dua tahun atau lebih.

Apalagi..

Alister tiba tiba membayangkan sesosok lelaki super tampan di benaknya.

Apalagi dia tidak yakin 'orang itu' akan mengizinkannya pergi. Memikirkan reaksinya saja membuat sekujur tubuh Alister merinding tanpa sadar.

Seram..

Jadi setelah beberapa bujukan lagi dan sedikit paksaan dari Heinry, Gavi kemudian membiarkan Alister pergi dengan setengah hati yang menyedihkan.

Adegan itu tanpa sadar membuat Alister terkekeh sendiri. "Hehe.."

Tepat saat pikirannya masih melayang, panggilan halus dan lembut tiba tiba terdengar.

"Alister.."

Gerakan Alister terhenti, saat dia perlahan menoleh kesamping tatapannya langsung jatuh pada sosok pria tampan yang baru baru ini telah mengisi hatinya yang belum pernah dia buka untuk orang lain sebelumnya. Pria itu tersenyum senang ketika pandangannya bertabrakan dengan mata Alister. Jejak kasih sayang dan kerinduan yang seolah terpancar dari kedua bola mata hitam itu seakan berhasil membuat jantung Alister berdebar debar tidak karuan. Lalu pada saat itu, ketika Alister melihat dua tangan pihak lain terangkat kearahnya  bahkan sebelum otak Alister dapat bekerja dengan baik kaki pemuda itu telah bergerak lebih dulu mengambil langkah cepat hingga membawa tubuhnya sendiri jatuh kedalam pelukan Alex.

ALEX [BL INDO] -slow update-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang