25. sebuah rahasia.

704 21 0
                                    

dua jam kemudian.

Para pelayan kembali meletakkan hidangan yang baru selesai mereka panaskan lagi.

Pelayan yang bernama Delia menatap Yuna yang terbengong di tempatnya, "Cok, lu beneran udah manggil tuan kan?"

Yuna kembali sadar dari lamunannya "Udah kok.."

"Terus?"

Yuna menggelengkan kepalanya sambil mengangkat tangan.

Namun tepat setelah itu suara yang terdengan acuh tak acuh terdengar "Sudahkah kalian menyiapkan makan malam?"

Para pelayan itu sontak menoleh bersama.

"Tuan."

Alex melirik mereka semua lalu berjalan mendekat kearah meja makan. Dia melihat berbagai hidangan yang masih mengeluarkan uap hangat yang di sajikan diatas meja. Setelah melihat lihat sebentar, dia berkata "Ambilkan nampan."

Salah satu pelayan segera berlari untuk mengambil nampan di dapur dan buru buru kembali.

Alex menerima nampan itu lalu mengambil dua buah piring, kemudian dia menyendok dua sendok nasi di masing masing piring lalu memasukkan berbagai macam lauk kedalamnya dengan lihai dan rapi. Setelah kedua piring terisi, Alex meletakkannya diatas nampan lalu menuang dua gelas air putih dan meletakkannya di nampan juga. Setelah seluruh kegiatan selesai, pria itu kemudian mengangkat nampan di tangannya dan berlalu begitu saja dari hadapan para pelayan.

Semua orang "....."

Yuna yang melihat tuannya telah pergi mendekat kearah pelayan yang bernama Karina "Rin, tamu Tuan itu tidur di kamar yang sama dengan Tuan?"

Karina menatap Yuna seolah olah dia tengah menatap orang yang paling bodoh di dunia "Nggaklah! Lo sendiri taukan aturan yang paling ketat di rumah ini adalah untuk tidak melangkah masuk ke kamar tuan dan ruangan itu."

Yuna masih merasa ragu sambil menggaruk belakang kepalanya "tapi.. keknya gue gasengaja dengar suara lain di kamar tuan."

Karina memutar matanya "Tolol! Bahkan Tuan Xiver dan teman terdekatnya tidak pernah dibiarkan masuk sama Tuan. Mana mungkin orang baru seperti itu di biarkan masuk. Satu satunya orang yang pernah masuk hanya kakek Tuan dan tidak adalagi setelah beliau meninggal."

Yuna masih ingin mengatakan sesuatu namun dia memilih untuk diam saja pada akhirnya. Toh, mau ngomong kek gimana pun sepertinya temannya ini tidak akan pernah mempercayainya. Jadi lebih baik untuk menunggu hari esok agar mereka semua sendiri tau seperti apa kenyataan itu.

Di kamar Alex

Setelah menutup pintu, Alex menengok kearah sosok yang masih setia berada di atas kasur. Kekasihnya itu berbaring tengkurap dengan posisi memunggunginya. Sepetinya dia baru saja selesai mandi.

Dia berjalan kearah kursi sofa yang berada di kamarnya dan meletakkan nampan itu di atas meja.

Alex terdiam sejenak, lalu mendudukkan dirinya di sofa tidak berniat memanggil Alister. Karena dia tahu pria itu akan datang dengan sendirinya.

Benar saja, tidak mencapai semenit kemudian, hidung Alister berkedut beberapa kali, dan dengan mata yang tertutup kepala itu perlahan menoleh kebelakang untuk mencari sumber aroma yang sangat menggiurkan ini.

Alex melihat tingkahnya yang kekanak kanakan dan tidak bisa menahan tawa kecil. Aih, pacarnya memang yang paling lucu. Kemudian Alex mendapati mata Alister perlahan terbuka.

"Bau apa nih? Lo bawa makanan?"

Alex tersenyum "Iya, ayo makan dulu."

Ketika dia mengatakan itu, Alex mendengar suara decakan kesal dari arah lawan.

ALEX [BL INDO] -slow update-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang