12. DIANTERIN KENZIE

156 10 4
                                    

🍫🍫🍫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍫🍫🍫

"Sayang buka pintunya, ini Mamah bawain makanan kesukaan kamu." Liana tidak berhenti mengetuk pintu kamar anaknya, semenjak pulang sekolah hingga malam ini Laura tidak keluar sama sekali dari kamarnya, dan hal itu cukup membuat Liana khawatir.

Laura membuka pintu perlahan dengan wajah yang pucat, tangan Liana refleks mengecek suhu tubuh anaknya. Betapa kagetnya dia merasakan suhu tubuh Laura yang panas, gadis itu tengah demam.

"Astaga sayang, badan kamu panas. Kenapa ga bilang sama Mamah, hm?" tanya Liana dengan wajah khawatir, dia lalu menuntun Laura untuk berbaring kembali di ranjang gadis itu, menarik selimutnya sampai sebatas dada.

Ia mengusap rambut Laura dengan sayang. "Bentar ya? Mamah buatin bubur dulu sama ambil obatnya."

Laura mengangguk lemas, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit sekarang. Untuk berbicara pun terasa sangat sulit.

Beberapa menit kemudian Liana datang dengan membawa semangkuk bubur dan obat, ia mulai menyuapi anaknya lalu setelah itu menyuruh Laura meminum obatnya.

Laura memejamkan kedua matanya saat merasakan usapan halus di rambutnya. "Ada yang sakit bilang sama Mamah ya? jangan buat Mamah khawatir sayang."

"Laura gapapa Mah," kata Laura pelan.

"Gapapa gimana? Badan kamu panas gini. Mau ya kerumah sakit?" bujuk Liana, melihat anak satu-satunya yang tengah terbaring lemas membuat hatinya terluka.

Laura menggeleng. "Gamau Mah, besok juga Laura pasti sembuh." Kekeh Laura, Liana menghela nafasnya. Dari dulu Laura memang sangat susah untuk di bawa kerumah sakit.

"Yaudah sekarang tidur istirahat, besok jangan dulu sekolah biar Mamah bilangin ke wali kelas kamu. Kamu harus banyak istirahat biar cepat sembuh, Mamah ga tega liat kamu sakit kayak gini."

Laura tersenyum, dia lalu menggenggam tangan Liana seolah mengatakan bahwa ia baik-baik saja. "Iya Mah."

🍫🍫🍫

Caramel berdecak kesal menatap satu persatu kursi meja makannya yang kosong. Bagaimana tidak? Pagi-pagi ini Caramel terpaksa harus serapan sendiri tanpa di temani oleh keluarganya. Bundanya dari semalam tidak pulang karena harus mengurus Neneknya yang jatuh sakit, Ayahnya dan Bang Vano sudah pasti pagi-pagi buta berangkat ke kantor untuk bekerja tanpa berpamitan dulu pada dirinya yang masih tidur. Aziel? jangan tanya lagi, cowo itu masih betah di alam mimpinya. Karena sekarang hari pertama masa skors berlangsung, cowo itu pasti akan bermalas-malasan.

"Non Kara mau Bibi buatin Omelette gak?" tanya Bi Madu pada anak majikannya.

Caramel menggeleng. "Gausah Bi, roti sama susu aja udah buat Kara kenyang." Jawab Caramel terkekeh.

Bi Madu tersenyum. "Yaudah kalau butuh apa-apa panggil Bibi aja ya? Bibi ke depan dulu mau nyiramin tanaman." Caramel mengangguk, ia lalu mulai mengoleskan selai rasa coklat ke dalam roti dan menyantapnya perlahan, dengan sebelah tangan memainkan handphone untuk mengecek sosial medianya.

KENZIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang