Can I be your man?

11 2 0
                                    

Setelah kejadian di toko musik Angkasa menjadi lebih pendiam dari biasanya, sedangkan Olin dia bingung dengan kenapa Angkasa menjadi pendiam.

"Sa, lu kenapa sa?" Tanya Olin saat berada di mobil untuk pulang. Namun pertanyaan tidak di jawab oleh Angkasa, mungkin dia terlalu fokus dalam berkendara.

"Sa"

"Eh iya kenapa?" Angkasa baru menyadari Olin berbicara dengannya.

"Lu kok makin diam sa? Gua ada salah ya?" Tanya Olin.

"Enggak kok, gua cuman capek aja" Setelah percakapan itu, tidak terdengar lagi percakapan lainnya. Padahal biasanya mereka saling melempar candaan, tapi tidak untuk sekarang.

Sampainya di depan rumah Olin, Angkasa tidak langsung membuka pintu mobilnya dan menahan Olin untuk pulang.

"Lin, gua mau bicara bentar" Ucap Angkasa dengan wajah seriusnya yang jarang dia tunjukkan.

"Kenapa sa? Kok tiba-tiba serius banget" Olin cukup terkejut dengan ekspresi wajah Angkasa yang menjadi serius, berbeda dengan biasanya yang selalu menunjukkan wajah cerianya.

"Can I be your man?" Tanya Angkasa tanpa ragu. Olin hanya mematung mendengar ucapan Angkasa, Olin memang sudah nyaman dengan Angkasa namun di sisi lainnya dia masih menunggu Zyo.

"Aku tau mungkin kamu masih nungguin Benzyo, aku tau kamu masih sayang sama dia. Tapi bisa gak coba buka hati kamu untuk aku, aku udah terlanjur jatuh terlalu dalam sama kamu. Aku gak bakal maksain kamu untuk jawab pertanyaan tadi, maaf mungkin aku ngerusak hari kamu"

Pernyataan dari Angkasa semakin membuat Olin terdiam. Olin benar-benar bingung saat ini. Tiba-tiba tanpa persetujuan Olin, Angkasa menarik tengkuk Olin dan menciumnya tepat di bibir. Olin terpaku dengan perlakuan Angkasa, setelah melepas ciuman pun Olin hanya terpaku dengan tatapan Angkasa.

"Maaf" Hanya kata tersebut yang dapat keluar dari Angkasa. Di saat itu juga Angkasa membiarkan Olin untuk keluar dari mobilnya, Angkasa merasa frustasi dan bersalah kepada Olin karena perlakuannya yang terlalu tidak sopan.



"Loh dek tumben udah pulang, biasa kalo pergi sampe 6 sore, ini 2 siang udah pulang"  Tanya Bara melihat adeknya sudah pulang, padahal biasanya akan sampai sore.

"Nggak, pengen istirahat gua" ujar Olin, kemudian langsung pergi ke kamarnya.

Sesampainya dikamar, Olin langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, tiba-tiba terlintas kejadian di mobil tadi.

Olin terduduk dan menggelengkan kepalanya. Olin mengingat perkataan Angkasa kepadanya, membuatnya menjadi bingung.

Dia masih menunggu Zyo, masih menyayanginya, dan sangat merindukannya. Olin dan Zyo belum memutuskan hubungan mereka, kalau Olin melakukan hubungan dengan Angkasa sama saja kalau dia selingkuh dibelakang Zyo.

Tapi di satu sisi, dia takut kalau Zyo mempunyai perempuan lain dihidupnya kecuali dia.

Tak mau berpikir panjang lagi, rinn beranjak mandi. Badannya terasa lengket dan dia memilih berendam terlebih dahulu di bathtub.

Selesai acara mandinya tadi, Olin turun kebawah.

"Bang, Bunda ma Ayah kapan balek?" Tanya Olin pada abangnya sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Besok" jawab Bara tanpa menatap Olin. Karna dia sedang bermain PS.

"Gue laper, lo gak laper?" Tanya Olin lagi sambil menonton acara televisi.

"Laper, lo mau masak?" Tanya Bara sambil sibuk bermain PS.

"Mager gua, pesen online aja dah" ujar Olin sambil memesan makanan online.

"Lo mau makan apa?"

"Samain aja kayak lo"

"Okeh"



"Samlekom ahli kubur" Baru saja Olin dan Bara makan dengan tenang terdengar suara Bima yang datang, pastinya untuk merusuh karena bosan.

"Gila tu anak emang" Umpat Bara.

"Mau ngapain emang kak Bima?"

"Biasa palingan mau nginap main PS"

"Woy ini tamu gak ada niatan mau di bukain pintu nih?" Teriak Bima yang masih di depan pintu.

"Bentar ya dek, gua bukain dulu pintunya sebelum makin kumat si Bima" Bara langsung pergi membuka pintu untuk Bara sebelum dia bertingkah aneh di sana. Di sisi lain Olin teringat kembali dengan perlakuan Angkasa kepadanya, tak lama setelah sadar dengan hal itu Olin menggelengkan kepalanya agar tidak memikirkan hal itu lagi.

"Eh ada dek Olin cantik, sama abang yuk"

"Bim sekali lagi lu goda adek gua, gua hajar lu" Ancam Bara.

"Lah itu si Benzyo aja dulu boleh" Bela Bima.

"Karena Benzyo anak baek-baek, lah elu mah anak gila. Gak mau gua adek gua gila sama elu"

"Gak ngotak lu Bar"

Setelah perdebatan itu terjadi baku hantam antara Bara dan Bima, yang pastinya hanya bercanda. Untuk Olin, dia hanya menjadi penonton diantara mereka. Setidaknya pikirannya akan kejadian Angkasa terlupakan dengan adegan baku hantam Bara dan Bima.

RUN AWAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang