"Bun.. Hidup berjalan seperti badjingan" Bertaut - Nadin Amizah.ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Melihat kedua anaknya dengan lahap menyantap makan malam yang dibuatnya, Bulan tersenyum ingin mengatakan mengenai hal tawarannya untuk ikut serta didalam proyek tersebut. Tetapi ucapannya diurungkan karena dering telfonnya berbunyi, dilihatnya nama Galen disana pasti urusan pekerjaan yang ia tinggalkan karena pulang lebih awal tadi.
Berpamitan pada kedua anaknya untuk mengangkat telfon karena takut sesuatu mendesak terjadi, hal itu membuat Arche sedikit tak suka. Mereka jarang memiliki waktu bersama Ibunya, hanya kemarin saat pergi merayakan Ulang tahunnya itupun karena permintaan dari Artlas yang meminta untuk menghabiskan waktu bersama.
Mereka masih bertanya-tanya, sebenarnya mengapa mereka tidak memiliki Ayah? atau bahkan sekedar tau sebenarnya siapa Ayah kandung mereka..? Suatu kebohongan besar jika Artlas dan Arche tidak iri pada teman-temannya, ketika memiliki acara besar disekolah yang selalu di hampiri oleh Ayah Ibu mereka, bahkan saat sedari mereka bersekolah dasar rasa iri itu sudah ada.
Rasa kesepian itu semakin datang, tak kala Ibu mereka Bulan selalu sibuk akan pekerjaannya, tanpa memikirkan kedua anaknya yang butuh akan diperhatikan.
Selesai bertelfon, Bulan kembali datang dengan wajah sedikit tersenyum, ia ingin segera mengatakannya pada anaknya. "Ibu ingin mengatakan sesuatu pada kalian―" Ucapannya terjeda saat kedua anaknya menatapnya.
"Eum, Ibu mendapat tawaran untuk ikut serta dalam proyek di Jaka―" Belum selesai berbicara, Arche menyntak sendok yang dipegangnya dengan cukup keras, membuat Bulan menatap kebingungan pada Arche.
"Ibu bisa ga mikirin persaan kita berdua? Selama ini Ibu selalu sibuk, jarang ada waktu untuk Arche ataupun A'a" Arche berucap dengan beranjaknya ia duduk. "Ibu apa tau kalau kita ngerasa kesepian disini? Arche butuh Ibu, kenapa Ibu selalu sibuk sama pekerjaan Ibu"
Artlas ikut bangkit seolah ingin menghentikan Adiknya, tetapi Bulan lebih dulu berusaha mendekat pada Arche yang segera ditepis. "Maaf jika Ibu terlalu sibuk hingga kalian merasa jika tidak diperhatikan oleh Ibu― Tapi Ibu tidak pernah seperti itu, Ibu juga tidak ingin berada di situasi harus sibuk akan pekerjaan"
"Arche hanya ingin Ibu tidak mementingkan urusan pekerjaan disaat kita sedang bersama, apalagi jarang ada waktu bersama. Saat ini saja Ibu sudah sesibuk ini, dan sekarang ditambah dengan Ibu harus mengurus pekerjaan di luar kota"
Seolah tidak diberi waktu untuk berbicara, Arche kembali bersuara. Kata maaf berkali-kali di aungkan kepada anaknya, Bulan sungguh merasa bersalah.
Dengan mata berkaca-kaca dan penuh amarah. "Ibu juga tidak pernah ada untuk aku sama A'a. Ibu juga gatau kan, karena Ibu ga pernah mikirin perasaan Arche― iya Arche selalu ngerasa sedih karena sering dibilang ga punya Ayah.. " Ujarnya lirih, sembari tertawa kecil. "Arche hanya ingin tau, sebenarnya kemana Ayah?"
Disaat itulah Bulan mengeluarkan air matanya yang tak lagi bisa di tampung, ucapan anaknya menusuk Bulan. Ternyata selama ini anaknya merasakan kepahitan itu, lagi-lagi ia hanya bisa terdiam bingung ingin menjawab apa. "Kenapa kalian tidak berbicara mengenai hal ini kepada Ibu.."
"Gimana mau cerita, kalau Ibu aja jarang ada buat aku dan A'a"
"Apaan sih, lo kenapa sih Ar" Artlas berucap karena tak mengerti pada Arche.
"Kenapa sih A'? Gue cuma pengen bilang supaya Ibu ngerti kalau kita selalu ngerasa kurang dapet kasih sayang, Ibu ga pernah tau kan selama ini"
"Jaga ucapan lo Ar, yang lo ajak ngomong sekarang Ibu―" Bentaknya pada Artlas, ia merasa Adiknya telah keterlauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MOON 2 | Lizkook ✓
General Fiction― Rasa rinduku padamu masih terus meluap-luap, menciptakan banyak kesedihan yang tak tertampung. Seolah-olah wajahmu masih terus terbayang berada di pikiranku. Hati ini berkata, sekeras apapun aku merasakan pahitnya rindu padamu, tak akan pernah ku...