ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Tak terasa telah seminggu mereka menetap, beberapa kali Arche mengeluh karena tidak memiliki teman selain Kakaknya. Maka Sabtu pagi ini, Bulan ingin mengajaknya keluar.
Kini Artlas dan Arche tengah berada didalam mobil menunggu Ibunya yang masih mengambil barang yang tertinggal, Bulan akan melakukan pertemuan sesama koleganya di Jakarta sebelum mulai kembali masuk minggu depan untuk bekerja. Sementara kedua anaknya, akan ia ajak sekaligus dan membiarkan keduanya berjalan-jalan disekitar tempat pertemuannya.
"Seatbeltnya jangan lupa dipakai Arche―" Tegur Bulan saat melihat Arche yang tengah asik bernyanyi-nyanyi dikursi belakang.
Selama diperjalanan Arche memandang banyak bangunan tinggi, ia bergumam didalam hati pasti hidup disini jauh lebih keras dibanding Bandung.
Sedikit terjebak macet disana, Bulan menunjuk kedepan dimana kemacetan itu terjadi karena banyaknya mobil berdatangan dan antri memasuki kawasan sekolah. "Nah itu sekolah yang akan kalian tempati"
Dengan memandang kedepan, Arche mengangguk mengerti memang terlihat cukup elit untuk sekolah-sekolah pada umumnya, ditambah lagi dengan kemacetan yang terjadi. "Oh― Itu, sepertinya ada acara ya Bu. Macet sekali ini, mana kelihatannya rame juga" Ucapnya.
"Mungkin, sedang terjadi acara perpisahan atau sejenisnya dan juga sekolahnya ini menyatu antara Sekolah menengah pertama dan Sekolah menengah atas"
Mendengar hal tersebut membuat Artlas kembali melihat sekitar sekolah yang berada didepan sana, memang besar sekali sih.
Tak jauh dari area sekolah, kini Bulan telah sampai ditempat pertemuan sesama koleganya. Tempat sebuah cafe yang cukup privat yang cocok untuk berdiskusi atau dalam keadaan serius, ia mengajak kedua anaknya untuk duduk. Bulan datang lebih awal karena ingin anak-anaknya makan terlebih dahulu. "Makan dulu ya, sebelum kalian jalan-jalan disekitar sini"
Setelahnya kedua anaknya dengan nyaman makan bersama, hingga satu orang teman Ibunya datang membuat kedua anaknya segera berpamitan. "Gimana Jakarta?" Tanya Bu Ana selaku teman bisnis Ibunya.
"Nyaman― Kita berdua baru hari ini masih ingin berjalan-jalan"
"Astaga, kenapa tidak diajak berjalan-jalan anakmu Bulan," Ucap Bu Ana sembari menatap Bulan dengan tertawa. "Disekitar sini ada taman kota, dan banyak cafe-cafe tempat untuk bersantai karena dekat dengan area sekolah. Kalian berdua bisa berjalan-jalan menikmatinya, hitung-hitung healing" Bu Ana berucap sembari tertawa, Arche yang ikut meresponnya dengan sedikit tawanya. Bisa dipastikan jika Bu Ana ini adalah Ibu gaul Jakarta sepertinya.
"Terima kasih Tante, kita pergi duluan ya. Ibu― Kita pergi jalan-jalan sebentar" Pamit Artlas pada keduanha, yang setelahnya mengajak Arche untuk pergi berjalan-jalan dan tidak menganggu Ibunya.
"Hati-hati kalian, Ibu menunggu disini jika kalian sudah puas berjalan-jalan" Ucapnya yang diangguki oleh kedua anaknya.
"Anak-anakmu astaga sudah sebesar ini, seingat saya terakhir bertemu sebelum saya pindah ke Jakarta pada saat menjenguk si Bungsu yang mungkin masih berusia 2 tahunan. Saya bangga melihatnya, Bulan berhasil" Ungkapnya menatap Bulan dengan bangga, karena Ana adalah salah satu orang yang melihat sendiri bagaimana berjuangnya Bulan.
Bulan tersenyum senang, Ana berusia lebih tua darinya sudah seperti seorang Ibu yang bangga melihat anaknya. "Itu semua juga berkat dukungan dan doa dari Bu Ana, jika bukan karena banyak orang yang menguatkan aku mungkin tidak akan mampu berdiri saat ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MOON 2 | Lizkook ✓
Ficción General― Rasa rinduku padamu masih terus meluap-luap, menciptakan banyak kesedihan yang tak tertampung. Seolah-olah wajahmu masih terus terbayang berada di pikiranku. Hati ini berkata, sekeras apapun aku merasakan pahitnya rindu padamu, tak akan pernah ku...