ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Setelah melewati banyak diskusi bersama anak-anak dan keluarganya, akhirnya Bulan memutuskan untuk ikut serta dalam proyek besar yang berada di Jakarta.
Bulan juga memutuskan untuk membeli rumah disana, hasil jerih payahnya kini telah berbuah hasil, dirinya bisa membeli rumah sendiri untuk anak-anaknya. Walaupun memang tidak semewah itu, tapi setidaknya dirinya bisa memiliki rumah sendiri.
Sebenarnya tempat tinggal selama di Jakarta akan ditanggung oleh perusahaan yang memberikan kompenasi berupa rumah milik perusahaan untuknya, dan karyawan lainnya juga mendapat kompensasi tersebut.
Ibu akan menetap di Bandung bersama dengan Bintang beserta Istri dan anaknya, tetapi Bintang mengatakan jika setiap bulannya akan mengunjinya di Jakarta dengan membawa Ibu dan Langit bersama. Sudah Bulan katakan jika Ibu bisa ikut bersamanya untuk tingga di Jakarta, dan Ibu menyetujuinya, tetapi Bintang menolak karena beberapa hari ini kesehatan Ibu menurun.
Langit juga menolak untuk Ibu ikut ke Jakarta, karena beralasan jika dirinya sendirian. Sebenarnya tidak masalah asalkan dirinya ikut hehe.. Tetapi tidak bisa karena ia bekerja disuatu perusahaan pabrik yang mengharuskan dirinya tetap berada di Bandung.
Bertepatan dengan kedua anaknya yang telah resmi lulus dari Sekolah Menengah Pertama, jadi tidak perlu repot untuk mengurus surat kepindahan sekolah. Banyak hal yang ia pikirkan sebelum memutuskan untuk pindah, perihal semuanya tentu saja ia pikirkan.
Keberangkatannya menuju Jakarta pada hari Minggu sore hari, tersisa 2 hari lagi dirinya berada di Bandung. Lagi-lagi ia akan kembali menetap di Jakarta, kota yang penuh dengan suka dan duka. Hampir belasan tahun dirinya tidak pernah menginjakkan kaki di Jakarta, tidak menampik jika kini pikirannya kembali melayang akan saat-saat dulu dimana dirinya berada Jakarta.
Sementara itu, di kamar tempat Artlas tengah berdiam diri. Dirinya melamun menghadap jendela kamarnya, pikirannya memikirkan hal yang justru hanya tidak sengaja ia dengar. Percakapan antara Ibu dan Kakaknya Bintang membuat Artlas setidaknya sedikit tau mengenai Ayah kandungnya, pikirannya hanya memikirkan sebuah nama yang Bintang sebutkan tak lain adalah 'Bumi'.
Sejatinya Artlas ingin lebih tau lebih dalam lagi, tetapi percakapan mereka hanya terhenti saat Bintang mengatakan. "Tidak masalah jika kalian bertemu, Bumi tidak akan tau jika Artlas dan Arche anaknya. Cobalah untuk merahasiakannya, Bang Bintang yakin kalian mungkin hanya akan bertemu sesekali itupun tanpa disengaja" Sekiranya begitulah yang ia dengar.
Ternyata nama Ayah kandungnya adalah Bumi.. Dirinya bahkan masih menebak-nebak mengapa Ayahnya meninggalkan Ibunya, hingga Ayahnya tidak tahu menahu jika memiliki anak bersama Ibunya.
"Artlas― boleh Ibu masuk?" Suara Bulan terdengar membuat Artlas segera tersadar dari lamunannya.
"Boleh Bu, masuk aja pintunya ga Artlas kunci"
Tak lama Bulan muncul dengan ditangannya membawa plastik vacum sepertinya, untuk beberapa baju yang sekiranya penting. "Sini biar Ibu bantu ya.."
"Terima kasih Bu―" Dengan segera Artlas bangkit untuk mengambil koper miliknya yang isinya masih berantakan.
Bersama-sama menata baju-baju milik anaknya, Bulan kembali berbicara. "Artlas sungguh tidak keberatan ikut Ibu pindah ke Jakarta?" Tanyanya.
Artlas tersenyum menatap Ibunya disana, Ibunya sudah sangat sering menanyakan hal ini. Awalnya memang dirinya sempat tidak ingin pindah, tetapi setelah mendengar pembicaraan Bulan dan Bintang setidaknya dirinya ingin sedikit lebih tau mengenai Ayahnya yang berada di Jakarta katanya. "Ibu sudah beberapa kali bertanya seperti itu― Artlas tidak sama sekali keberatan, suasana hidup yang baru mungkin akan lebih seru"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MOON 2 | Lizkook ✓
General Fiction― Rasa rinduku padamu masih terus meluap-luap, menciptakan banyak kesedihan yang tak tertampung. Seolah-olah wajahmu masih terus terbayang berada di pikiranku. Hati ini berkata, sekeras apapun aku merasakan pahitnya rindu padamu, tak akan pernah ku...