ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sepulangnya dari Jakarta, Bintang segera menuju rumah sakit setelah sampai di kantornya segera ia mengambil menaiki motornya. Keadaan Bintang sungguh berantakan apalagi isi kepalanya, kejadian kemarin malam masih terbayang di pikirannya.
Langkahnya terlihat buru-buru untuk menghampiri kamar menemui Adiknya segera, ia membuka pintu membuat Bulan dan Ibu menatap terkejut akan kehadiran Bintang.
Bintang segera menghampiri Bulan yang tengah menggendong Artlas, ia memeluknya erat membuat Bulan dilanda kebingungan. "Bulan baik-baik saja?" Tanyanya.
"Aku selalu baik-baik saja"
Pelukan Bintang masih belum terlepas, ia terus memeluk erat Adiknya. Pikirannya kembali melayang saat kejadian kemarin, sialnya ia bahkan kembali ingin berteriak marah mengingatnya.
Nafas Bintang terdengar membuat Bulan mengerti jika mungkin Kakaknya tengah tidak baik-baik saja, ia memegang lengan Bintang membuat Bintang menatapnya. Bintang tertawa pelan, masih bertanya-tanya dalam hati, mengapa Adiknya memilik jalan hidup seberat ini? Adiknya selalu menjalani hidup dengan tidak tenang. Ia mengusap pelan rambut Adiknya, lagi-lagi Bintang ingin membawa Bulan dan keluarganya lebih jauh dari ini, pergi kesuatu tempat dimana tidak akan ada yang mengenali Bulan maupun keluarganya. Demi Tuhan dirinya berjanji akan selalu bersama Bulan, dia tidak akan kembali membiarkan Adiknya menderita lagi.
"Bang Bintang akan menjagamu― itu bukan hanya sekedar ucapan, Bang Bintang bersungguh-sungguh akan itu"
Manik mata Bulan menatap Kakaknya, ia tersenyum "Bulan tau, Bang Bintang selalu bilang pada Bulan kan..". Bulan tak mengerti apa yang tengah terjadi pada Kakaknya.
"Ada apa sih Bang?" Tanya Ibu yang berada di depannya yang sedari tadi melihat keduanya.
Bintang menggeleng pelan sembari tersenyum sedikit, ia akan berusaha menjauhkan Bulan dalam potensi untuk tahu dan bertemu dengan Bumi atau bahkan keluarga Bumi. "Kamu langsung ke rumah sakit?"
"Iya Bu, khawatir sama Adik Bintang mangkanya langsung kesini"
"Ada Ibu disini, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Apalagi sampai terburu-buru seperti ini, tidak ada yang perlu di khawatirkan" Jelas Ibu.
"Khawatir aja, yang jagain kalian sekarang cuma Bintang gantiin Ayah" Lirihnya yang nyaris tidak terdengar oleh yang lain.
Bintang hanya mengelus lembut pipi Artlas, ia merasa tidak bisa berdamai dengan apa yang ia ketahui kemarin.
"Aku dan Artlas sudah di perbolehkan untuk pulang besok, sedangkan Arche masih belum di perbolehkan" Beri tau Bulan setelah keheningan melanda.
"Tidak papa, Arche akan segera membaik kondisinya kok" Ibu berusaha menenangkan Bulan. "Pulang dulu sana Bang bersih-bersih, suruh Langit kesini anaknya lagi dirumah"
Bintang mengangguk pelan, ia beralih mengelus lembut pipi bayi yang berada di gendongan Adiknya. "Sebentar lagi akan pulang setelah melihat Arche sebentar"
Selesainya melihat Arche di ruangan khusus inkubator, tidak banyak yang Bintang lakukan ia hanya menatap cukup lama pada sosok bayi yang tengah berjuang untuk pulih.
Di perjalanan menuju pulang, Bintang membelokan setir untuk menuju tempat peristirahatan Ayahnya, berkunjung sebentar pikirnya tak masalah.
Masih dengan setelan jas yang ia pakai untuk berkunjung ke makam, duduk berjongkok hanya memandang nisan yang berada di depannya. Bintang ingin pulang dan melampiaskan amarahnya tapi ntah pada siapa, dirinya merasa lelah sungguh.. tapi ia yakin Adiknya jauh lebih lelah darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MOON 2 | Lizkook ✓
Fiksi Umum― Rasa rinduku padamu masih terus meluap-luap, menciptakan banyak kesedihan yang tak tertampung. Seolah-olah wajahmu masih terus terbayang berada di pikiranku. Hati ini berkata, sekeras apapun aku merasakan pahitnya rindu padamu, tak akan pernah ku...