ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ~~
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Hari sudah semakin sore, Bumi masih tidak beranjak dari tempat duduk kerjanya. Dering telfonnya berbunyi sedari tadi, beberapa pesan masuk tetapi Bumi masih mengabaikannya.
Pesan dan telfon dari Lea mengabarkan jika anak mereka tengah sakit, katakan Bumi jahat karena masih mengabaikan permintaan Lea untuk segera pulang.
Suara ketukan pintu terdengar, setelah Bumi memperbolehkannya masuk seorang asistennya masuk memberikan sebuah undangan. Bumi hanya membacanya sebentar setelahnya menghela nafas pelan, ia kembali menyenderkan punggungnya pada belakang kursi memejamkan matanya.
Lagi-lagi ketukan pintu terdengar, membuat Bumi berdecak setelahnya ia mengizinkannya untuk masuk. Ternyata Jeff yang datang, membuat Bumi membenarkan duduknya menatap kearah Jeff yang dengan santainya duduk di sofa yang tersedia di dalam ruangannya.
Bumi bangkit untuk ikut duduk di sofa tersebut "Apa ada? Tumben lo kesini"
Menghela nafas kasar, Jeffry menjawab "Ga ada, cuma pengen liat lo"
"Ga jelas―"
"Gimana?"
"Apa sih, ngomong setengah-setengah" Kesal Bumi menatap sinis pada Jeffry.
"Gimana hidup lo anjir, buset dah udah jadi bapak juga masih aja emosian"
Bumi memejamkan mata saat mendengar ucapan dari Jeffry setelahnya ia menjawab "Ga ada yang menarik"
"Anak lo ga menarik gitu?"
Tak ada jawaban disana, Bumi hanya diam masih memajamkan matanya. Jeffry mengerti jika Bumi tidak minak dengan arah pembahasannya kali ini. "Pelan-pelan coba nerima semuanya― Nerima istri lo, anak lo juga― Ga kasian sama anak lo Bum?"
Ucapan Jeffry terus terdengar, Bumi memang masih belum berniat untuk membuka diri pada Lea. "Apalagi anak lo perempuan― Coba pelan-pelan untuk lupain Bulan, bahkan dia udah nikah" Suara Jeffry kian menjadi perlahan tetapi masih bisa di dengar oleh Bumi tentu saja.
Bumi mengangkat pandangannya menatap Jeffry, sebenarnya Jeffry tidak berfikir untuk menyangkut pautkan dengan Bulan lagi tetapi ntah mengapa mulut kotornya ini dengan sengaja berbicara seperti itu.
"Maksud lo?"
Sedetik berikutnya Jeffry dibuat menyesal akan ucapannya. "Sorry, ga bermaksud ikut cam―"
"Apa yang lo bilang terakhir kali tentang Bulan?"
Tatapan Bumi kian menajam tak kala Jeffry bungkam cukup lama tidak menjawabnya. "Bulan nikah? Tau dari mana lo anjing?" Tanyanya menggebu-gebu dengan suara cukup keras.
"Gue ketemu Bulan, dan dia keliatannya udah nikah. Dia bareng suaminya, dia jug―" Ucapannya terhenti tak kala suara dering telfon terdengar, membuat Jeffry menghembuskan nafasnya suaranya juga tak kalah keras tadi.
"Gausah bercanda"
Jeffry tertawa pelan. "Terserah lo mau percaya atau ngga, gue balik. Mending urusin telfon lo yang dari tadi bunyi, anak lo lagi butuh"
Setelah berucap, Jeffry melangkahkan kakinya bergegas pergi dari kantor Bumi.
Sementara Bumi mengepalkan tangannya marah, ia bangkit berjalan menuju meja kerjanya setalahnya membanting keras handphone yang sedari tadi berbunyi. Emosinya kian tak terkontrol saat mendengar ucapan-ucapan dari Jeffry, ia mengusar rambutnya kasar. Membuka laci meja kantornya, dengan tergesa mengambil sebuah bingkai berisikan foto Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MOON 2 | Lizkook ✓
Narrativa generale― Rasa rinduku padamu masih terus meluap-luap, menciptakan banyak kesedihan yang tak tertampung. Seolah-olah wajahmu masih terus terbayang berada di pikiranku. Hati ini berkata, sekeras apapun aku merasakan pahitnya rindu padamu, tak akan pernah ku...