puisi kolaborasi dengan JustMine-V
•×•×•×
kota sedang rancak berpesta
sedang aku mabuk kasih manusia
ke luar aku mendongak
meletakkan sejambak bunga
di sisi bingkai foto retak
dan terus menapaksekujur angkasa menyambutku
dia menyentuh jemariku
kami bertari tangogemini saling menggesek biola
dan koir ursa major bernyanyian
zuhal dan marikh berdiri sejajar
sambil mabuk teguk nebula
dan kejora, dia sedang
melepaskan aurora berkepul
dari bibir mungilnyaangkasa mendakap aku
membuatku asyik dengan lagu
bumi sedang memanggilku
tapi aku buat-buat tak tahuDia,
bebola gas berbahang,
bersiul halus berhembus haba,
sinarnya dipuja dari kejauhan,
namun dicela saat ia mendekat.Dia pula,
kawah-kawah dingin didakap gelita angkasa,
sekadar diteman kejora dari kejauhan,
sedang suria yang setia cuba memberi cahaya,
hingga ia munculkan gerhana.Dan dia,
iya, dia sebuah planet,
cuma sebuah planet—bernama bumi.Isinya penuh dengan makhluk,
namun sayang; makhluknya sudah berubah sifat.Manusia berlumba menjadi binatang,
sedang binatang makin takut(dengan kebuasan manusia).Bumi makin tenat,
dengan sikap serakah isi penduduknya.Dan engkau...
Di saat semesta hening bersiul merdu,
mengapa engkau biarkan bumi dicemari suara-suara penipu?Di saat semesta menari senang di atas paksinya,
mengapa engkau tega melihat bumi tenat menghirup pencemaran manusia?Hilang malu dijaja murah,
hilang maruah menjaja diri tanpa sedar,
hanya kerana ingin terkenal,
mereka lupa,
alam yang melihat sudah menggelegak; murka.Engkau juga tiada kata berbicara; lucu.
Wahai penduduk semesta,
dengarkan kata aluanku ini,
alu-aluan menuju dunia yang kau tak impikan.Selamat Datang Ke Bumi; planet indah yang kian tenat.
Bukan?
•×•×•×
YOU ARE READING
seinfiniti angkasa.
Poetryantologi puisi: seinfiniti angkasa. ayo ke sini, aku sudah siap bancuh secangkir kopi fikir dan beberapa keping biskut emosi. silakan, duduk di sampingku. di sana adalah semesta di sini adanya kita. ayo berbual perihal kamu dan harimu atau kita berb...