Tiga

35K 1.4K 14
                                    

Calon Istri 💖
Assalamualaikum, Pak. Saya Sava Orlin NIM 19.100.1.10 mahasiswi jurusan Hukum yang akan jadi mahasiswi bimbingan Bapak. Kalau boleh tahu, Bapak kapan ada waktunya? Saya mau bimbingan, Pak🙏

Afkari seakan tak percaya melihat pesan yang baru saja masuk di ponselnya. Oh, yang membuat pria itu terkejut bukan karena isi pesannya, karena dia sudah sangat sering mendapatkan pesan seperti itu. Namun, yang membuatnya terkejut adalah nomor pengirim pesan tersebut, apalagi nama kontaknya yang sama sekali tak Afkari ganti walau hubungan mereka kandas dan berpisah hampir dua tahun.

Bukankah ini menunjukkan bahwa Dewa Keberuntungan berpihak padanya? Selama dia ini mencoba menahan diri untuk tidak muncul di hadapan mantan calon istrinya, menjaga jarak agar mantan calon istrinya bisa nyaman di kampus, sekalipun pria itu masih tak terima dengan alasan Sava yang membatalkan pernikahan mereka sampai sekarang.

Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu kembali membaca pesan dari Sava. Itu benar nomor Sava, apalagi nama kontaknya sama sekali tak Afkari ganti. Pria itu kira, nomor Sava sudah ganti. Oh, atau mungkin Sava memblokir nomornya.

Afkari berdeham pelan, lalu kedua ibu jarinya bergerak di layar datar tersebut, membalaskan pesan dari Sava.

Afkari
Saya di ruang dosen.

Hanya itu saja yang Afkari balas, dia tak mungkin membalas lebih panjang lagi, tak mau Sava merasa tak nyaman. Kesan pertama setelah dua tahun tak bertemu harus benar-benar membekas bagi Sava.

Setelah mengirimkan pesan tersebut pada Sava, Afkari langsung meletakkan ponselnya di meja, kemudian mengambil tumpukan makalah mahasiswa yang akan dia periksa.

Namun sayangnya, jantung Afkari berdetak kencang, tak sabar menunggu kedatangan Sava. Ini pertama kalinya mereka kembali bertatap muka setelah pernikahan mereka batal, Afkari bahkan sampai tak fokus memeriksa makalah tersebut lantaran memikirkan Sava.

Bagaimana ini? Apa dia perlu bersiap-siap? Pria itu juga gelisah menunggu Sava. Ruang dosen seharusnya dingin karena ada AC, malah terasa begitu panas dan membuat berkeringat. Bersyukurnya meja antar dosen memiliki sekat, sehingga tak ada yang melihatnya yang tengah gelisah.

"Kalau kayak gini, bisa-bisa gugup kalau bicara sama Sava," gumam Afkari gelisah.

***

Setelah dua minggu lamanya judul Sava di-ACC dan mengurus segala keperluannya menyusun skripsinya nanti, Sava pun kini bimbingan untuk pertama kalinya. Dia sengaja mempercepat proposal skripsinya agar semester delapan nanti dia bisa fokus pada penelitian dan menyusun skripsinya.

Bimbingan pertama kali itu benar-benar mendebarkan, Sava berkali-kali mencoba menahan diri agar tak gugup, tapi sama sekali tak berpengaruh.

Apa yang Sava rasakan saat ini membuatnya malah tak nyaman, tiba-tiba mulas dan ingin mual. Apa karena akan bertemu Afkari?

Tidak mungkin, ini pasti hanya gugup karena akan bimbingan pertama kali. Semua orang pasti merasakan hal seperti ini, bukan? Fahri juga dulu pernah mengatakan sensasi bimbingan pertama kali.

Sava mencoba mengatur napasnya, menarik napasnya kemudian menghembuskan secara perlahan, agar dia tak gugup. Sayangnya, baru juga gadis itu mencoba menenangkan diri, punggungnya yang tiba-tiba ditepuk membuat Sava terkejut karenanya.

"Anying, gue kaget!" umpat Sava pada orang yang telah membuatnya terkejut.

Cantika yang merupakan pelakunya, hanya tertawa tanpa merasa bersalah. Dia bahkan langsung mendudukkan tubuhnya di samping Sava dan langsung merebut bakso pesanan Sava.

"Pesan sendiri sama Mbah kantin," pekik Sava.

"Cuma makan sebiji doang, ikhlasin aja. Jangan pelit!" ucap Cantika.

Choice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang