Kepergian

1.9K 118 120
                                    











Hidup selalu terasa hambar saat manusia tidak memiliki tujuan. Saat tak memiliki hasrat untuk menggapai sesuatu, manusia jatuh dalam keputusasaan. Depresi menggerogoti pikiran dan dapat berujung kematian. Karena itulah, banyak individu menggantung harapan setinggi langit.

Mereka menghabiskan masa dengan belajar dan bekerja demi menggapai cita-cita, membuat manusia menjadi pecandu kerja keras.

Saat tersisa satu langkah untuk mengait angan itu, tak ada kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan yang bergemuruh dalam dada. Mungkin akan terasa seperti ingin meledak karena kegembiraan. Pikiran seolah melayang, memikirkan tentang yang menanti di depan. Benar-benar perasaan yang tak bisa dijelaskan. Namun, apa yang terjadi saat mimpi itu direbut?

Di bawah langit yang berselimut kegelapan. Jutaan kerlipan cahaya menebar diri di angkasa. Purnama memberikan senyum terbaiknya dengan indah. Namun, senyumannya tampak sayu seolah rembulan hendak menitikkan air mata. Meskipun begitu, tak ada lagi yang bisa dikeluarkam untuk mengguyur permukaan dunia.








Sudah sekitar setengah tahun berlalu sejak kejadian halilintar mulai menerima keadaan sekitar, kini storm sudah masuk TK. Awalnya halilintar menolak storm yang akan dimasukkan kedalam tk, ia tak ingin berpisah terlalu lama dengan sang anak.

Dirinya yang sudah mendapatkan pekerjaan disuatu perusahaan dan berhasil menerima kedudukan yang lumayan lebih sering mengerjakan pekerjaannya di rumah, ia ingin selalu melihat bagaimana sang anak tumbuh dengan matanya sendiri.

Bahkan halilintar hampir nekat menyewa beberapa guru pribadi untuk storm, beruntung gempa berhasil menyadarkan sang kakak bahwa anak kecil perlu untuk belajar bersosialisasi dengan anak sebaya nya.

Jelas gempa tak ingin keponakannya menjadi seperti kakak sulungnya itu, minimal kemampuan bersosialisasi storm harus mirip dengan taufan.

Kini storm sedang berusaha mengerjakan prnya, tentu diawasi oleh solar. Blaze sendiri sedang sibuk bermain dengan anaknya, sedangkan thorn yang kandungannya sudah besar sudah pergi untuk istirahat.

"Storm, ayo makan dulu" ucap gempa yang berusaha membujuk keponakannya, storm jika menginginkan sesuatu benar-benar mirip dengan taufan. "Kak hali sepertinya akan pulang terlambat, ini sudah lewat jam makan malam lho"

"Nda! Storm mau makan sama papa! " kekeuh storm, ia menggembungkan pipinya karena kesal sedari tadi dipaksa makan terus. "Papa udah janji mau makan bareng storm malam ini... "

"Haishh... Kak hali kan selalu kerja dirumah, sekalinya datang ke perusahaan pasti banyak hal yang harus dia lakukan" gempa masih berusaha membujuk storm, ia baru ingat jika daya tahan tubuh storm tak sekuat anak-anak lainnya. "Nanti kalau storm sakit gimana? Papa dan paman sedih lho"

Storm masih kekeh dengan pendiriannya, ia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Kalau ga makan nanti ga bisa jadi tinggi lho cil" ejek solar. "Storm katanya pengen bisa ngalahin tinggi paman solar yang tampan ini kan? "

"Nda! Papa lebih tinggi dari paman solar, lebih tampan juga" ucapan storm membuat solar merasa ditusuk oleh ribuan pedang tumpul.

"Storm... Kok gitu sih sama paman??? " ucap solar yang tak terima, seharusnya dirinya yang menjadi orang kesayangan storm, dirinya sudah mencurahkan segala hal agar ponakannya ini dekat dengannya, tapi justru yang dekat dengan storm malah gempa.

"Bukannya di bujuk malah kek gitu" gumam gempa mulai lelah.

Tak lama kemudian pintu depan terbuka menampilkan pria yang nampak kelelahan, ia segera melepaskan sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu.

 ✧༺Halitau༻✧ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang