🦋🦋🦋
Happy reading...
.
.
.
Latasha riweh
Vidio call
Reject | Answer"
Latasha..." Ucap Zea.
"Latasha? Orang yang sama?" Batin Emil.
"Halo Sha, Lo dim- Kak Kai?"
"Halo Zea? Ini Gue Kaindra."
"Dimana Tasha?!" Tanya Zea.
"Ada Om Dipta juga, Halo Om masih kenal saya kan?"
"Cepat beri tahu dimana kamu sekarang!" Tegas Dipta.
"Santai dulu gak sih Om? Udah lama loh kita gak ketemu."
"KAINDRA JAWAB!!!" Bentak Dipta.
"Ck, gak seru, yaudah saya kasih tau deh."
Kaindra memutar kameranya menjadi arah belakang, kemudian terlihat Latasha yang duduk di kursi dengan kondisi yang jauh dari kata baik, tangan dan kaki yang diikat, serta mulut yang di tutup oleh kain.
"Hhmmpp-"
"Sha, say hi dulu dong ke temen Lo." Ucap Kaindra.
"Kaindra anjing, cewe Gue! Mati Lo di tangan Gue!" Ucap Emil, kelewat emosi, membuat semua orang yang ada disana menatapnya.
"Hah, Cewe?" Tanya Nanda.
"Oh ya Mil, gimana rasanya pacaran sama sampah? Dapet bekasan dong Lo?" Ucap Kaindra dengan nada mengejek.
Emil membuang nafas kesal, kemudian merebut ponsel Zea dari tangan Zea, "Gue peringatin sama Lo! Tulis surat wasiat, sebelum Lo Gue hajar sampe ketemu nyokap Lo di akhirat!"
"Aduh Sha, cowo Lo galak banget nih, banyak omong gak ada aksi."
"Bacot Lo brengsek!"
Tut- tut- tut-
Emil memutus telfonnya sepihak, lalu mengembalikan ponselnya kepada Zea. Semua orang di ruangan itu menatap aneh ke arahnya, tadi dia yang paling santai, sekarang dia yang paling emosi.
"Ayah, kita harus cari Tasha sekarang!" Ucap Emil.
"Emil gak mau dia kenapa-napa." Lanjutnya.
"Ze, coba liat nomornya, biar Gue lacak siapa tau ketemu tempatnya." Ucap Mirza, kebetulan Ia dan Sadam mengerti hal-hal seperti ini.
Zea mengangguk, kemudian memberikan ponselnya, jujur Ia masih bingung dengan situasi ini, semuanya terlalu tiba-tiba.
🦋🦋🦋
Setelah beberapa menit Mirza dan Sadam mencoba melacak nomor tersebut, akhirnya mereka dapat menemukan lokasinya.
"Gila keren banget pake pistol." Ucap Naufal, seraya memamerkan senjata api berukuran sedang itu.
*canda gais ✌🏼
"Udah, autisnya jangan kumat." Ucap Abi."Nih, enak nih kena kepala Lu." Ucap Hamka seraya mengambil ancang-ancang membidik menggunakan panah nya.
"Huu, bacot Lu jereng." Ucap Naufal. Jereng? Sebenarnya tidak, hanya saja ada yang unik dengan mata Hamka ketika sedang membidik.
"Anying, kurang aja sia." Ucap Hamka.
"Lu yang kurang ajar." Ucap Naufal.
.
.
.
"Yuda yakin penjagaan disana pasti ketat." Ucap Yuda.
"Kita nanti akan membagi tim, Ayah, Nanda, Abi dan Vano, kita halau di depan." Ucap Dipta.
"Baik Ayah." Ucap Vano.
"Untuk Yuda Hamka, kalian dari samping bersama Mirza dan Sadam."
"Iya Ayah." Ucap Yuda.
"Naufal Edgar Samuel, kalian di belakang."
"Oke Yah." Ucap Edgar.
"Emil Jonathan, kalian fokus masuk ke dalam."
"Zea gimana Om?" Tanya Zea.
"Lo gak di ajak." Ucap Naufal.
Plak-!
Pukulan dari Zea mendarat di punggung Naufal, Zea paling gak suka kalau lagi serius malah ada yang bercanda.
"Mampus." Ucap Nanda.
"Kamu di rumah aja, tunggu kabar baiknya." Ucap Dipta.
"Tapi Zea mau ikut." Ucap Zea.
"Lagi pula kalau Zea di rumah sendirian, Kaindra bisa aja kesini, soal Latasha di sekap, itu cuma pengalihan." Ucap Jonathan.
"Bener Yah, target utama Kaindra itu Zea." Ucap Emil.
"Yasudah, kamu ikut Emil dan Jonathan, kalian jaga Zea dengan baik." Ucap Dipta.
"Pasti, Yah." Ucap Jonathan dan Emil.
🦋🦋🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain || So Junghwan - [END]✔️
ФанфикSenyum, Luka, hanya itu yang Zea punya. Sampai akhirnya Ia bertemu dengan Jonathan, laki-laki penuh effort yang selalu memenuhi inner child Zea.